Nistagmus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Nistagmus (Inggris: Nystagmus) adalah kondisi ketika bola mata membuat gerakan yang cepat dan berulang tanpa disengaja. Kondisi ini bisa menyebabkan gangguan penglihatan, seperti pandangan yang kabur atau tidak fokus.

Saat nistagmus terjadi, bola mata dapat bergerak ke segala arah, baik itu horisontal, vertikal, maupun berputar. Hal ini akan mengganggu ketajaman visual dan persepsi penderitanya terhadap suatu objek. Akibatnya, penderita bisa mengalami gangguan dalam koordinasi gerakan.[1]

Ciri-ciri[sunting | sunting sumber]

Penyebab Nistagmus[sunting | sunting sumber]

Nistagmus dapat terjadi akibat faktor keturunan (genetik) atau sebagai gejala dari gangguan kesehatan tertentu. Gangguan yang dimaksud bisa terjadi di bagian otak atau telinga bagian dalam yang mengatur pergerakan mata. Secara garis besar, nistagmus dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

Sindrom nistagmus infantil (INS)[sunting | sunting sumber]

Sindrom nistagmus infantil (Inggris: Infantile nystagmus syndrome) adalah nistagmus yang terjadi akibat faktor keturunan. Kondisi ini sering kali dialami bayi usia 6 minggu sampai 3 bulan. INS umumnya ringan dan cenderung tidak memburuk. Oleh sebab itu, banyak orang tua anak penderita INS yang tidak menyadari kondisi ini. Pada kasus yang jarang terjadi, INS dipicu oleh albinisme pada mata (albinisme okular), perkembangan saraf optik yang tidak sempurna (optic nerve hypoplasia), dan kondisi tidak adanya iris pada mata (aniridia).

Nistagmus sekunder[sunting | sunting sumber]

Acquired nystagmus adalah nistagmus yang terjadi akibat gangguan kesehatan atau penyakit lain. Nistagmus sekunder dapat memengaruhi kerja otak, telinga, dan keseimbangan tubuh. Sejumlah kondisi yang berpotensi menyebabkan nistagmus sekunder adalah:

Gejala[sunting | sunting sumber]

Pengobatan[sunting | sunting sumber]

Metode pengobatan nistagmus tergantung kepada jenisnya. Sindrom nistagmus infantil tidak bisa diobati. Namun, pasien dapat menggunakan kacamata atau lensa kontak untuk membantu meningkatkan kemampuan penglihatan.

Pada kasus INS yang parah, dokter akan melakukan prosedur tenotomi untuk mengubah posisi otot yang mengendalikan gerakan mata. Meski tidak dapat menyembuhkan nistagmus sepenuhnya, prosedur ini dapat mengurangi derajat gangguan penglihatan yang dialami pasien.

Sedangkan pada pasien nistagmus sekunder, pengobatan yang diberikan akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya, antara lain:

Komplikasi[sunting | sunting sumber]

  • Kerusakan otak
  • Gangguan pergerakan dan keseimbangan tubuh
  • Gangguan kemampuan kognitif
  • Kelumpuhan
  • Cacat permanen
  • Koma

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Nistagmus". Alodokter. 2018-11-29. Diakses tanggal 2023-04-21. 
  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Pembedahan dilakukan agar mencegah beberapa komplikasi berupa kelumpuhan.