Murad III
![]() | Artikel biografi tokoh yang masih hidup ini tidak memiliki sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini) |
Artikel atau halaman tentang atau mungkin bertopik biografi tokoh muslim ini membutuhkan lebih banyak rujukan, kutipan, sitasi atau catatan kaki. Gunakan templatnya atau alat untuk pemastian. Anda dapat berkontribusi dalam WBI memperbaiki artikel ini dengan menambahkannya dari sumber yang tepercaya, dalam WBI ada 414 halaman sejenis ini. Silakan menghapus templat pemeliharaan ini setelahnya. Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampilkan] di bagian kanan.
|
Murad III (bahasa Turki Ottoman: مراد ثالث Murād-i sālis, bahasa Turki: III. Murat) (4 Juli 1546 – 15 Januari 1595) adalah Sultan Turki Utsmani dari 1574 hingga kematiannya.
Kehidupan pribadi[sunting | sunting sumber]
Murad III adalah putera sulung sultan Selim II (1566–74) dan valide sultan Nur-Banu (lahir Cecilia Venier-Baffo) dan menggantikan ayahandanya pada 1574.
Murad naik tahta setelah ayahnya wafat. Otoritasnya dipengaruhi oleh kalangan harem, terutama ibunya dan kemudian istri tercintanya Safiye Sultan. Sedangkan pemerintahan Usmaniyah dikendalikan oleh wazirnya yang jenius Mehmed Sokollu yang memerintah sejak masa Salim II hingga terbu-nuhnya pada Oktober 1579.
Dia memberikan pensiunan tentara sebanyak 110.000 uang mas lira. Kebija-kannya ini mampu membendung gejolak yang sering terjadi apabila uang itu terlam-bat dibagikan. Ia juga memerintahkan pelarangan miras. Namun hal ini ditentang pasukan Jenisari sehingga memaksa agar larangan tersebut dicabut.
Awal pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Di awal pemerintahannya (1574), Raja Polska, Henry De Palo melarikan diri ke Prancis. Maka Sultan mengarahkan tokoh-tokoh Polska agar memilih Raja dari Transylvania, sehingga Polska berada dibawah pemerintahan Usmani pada tahun 1575. Dan hal ini diakui Austria pada tahun 1576. Ketika pasukan Tartar pada tahun 1576 menyerang Polska, Sultan Usmaniyah menyatakan perlindungannya. Sultan juga memperbaharui hak-hak Prancis dan Hungaria. Duta Prancis mendapatkan posisi yang penting. Banyak Dubes menemui sultan untuk melakukan kesepakatan bisnis yang kelak menjadi sarana ampuh pihak asing melakukan intervensi atas masalah dalam negeri. Tahun 1577 akibat krisis pada di Persia karena wafatnya Shah Tahmasab, Pemerintah Usmaniyah mengirimkan ekspedisi ke Kaukasia dan berhasil menaklukkan Taples dan Karjistan. Setelah itu tahun 1585 memasuki Kota Tabriz. Lalu menguasai Azerbaijan, Georgia, Syairawan dan Luzastan. Tatkala Syah Abbas men-jadi penguasa Persia, ia berusaha melakukan negoisisasi damai dengan Usmaniyah. Dalam perjanjian itu, ia akan menyerahkan semua wilayah yang kini berada ditangan Usmaniyah menjadi wilayah kekuasaan mereka. Ia juga berjanji tidak akan mencela Abu bakar, Umar dan Usman diwilayah yang menjadi kekuasaannya.
Sementara itu pasukan Jenisari melakukan pembangkangan setelah pepe-rangan terhenti sehingga ketika Sultan Murad menugasi mereka memerangi Hu-ngaria, mereka kalah di depan pasukan Austria yang membantu Hungaria. Mereka mampu menduduki beberapa benteng yang setelah itu berhasil direbut kembali Sinan Pasya. Namun penguasa Valechie, Baghdan dan Transylvania memberontak dan bergabung dengan Austria. Usaha Sinan Pasya pada tahun 1594 untuk menaklukannya gagal dan harus kehilangan beberapa kota. Sementara Migrasi orang Yahudi yang dipimpin oleh Abraham dan keluarganya yang bermukim di Thur terpaksa diusir keluar karena mereka bersikap kasar terhadap pendeta Dirsan Caterin dan juga bersikap kejam yang menyebabkan orang-orang kristen mengadu kepada Sultan. Tercatat Ratu Elizabeth I dari Inggris dan Sultan Murad III saling berkirim surat dan utusan. Dalam satu korespodensi, Murad tertarik dengan gagasan bahwa Islam dan Protestan memiliki "jauh lebih banyak kesamaan daripada dengan Gereja Katolik Roma, karena keduanya menolak penyembahan berhala", dan ini dijadikan alasan persekutuan antara Inggris dan Kesultanan Usmaniyah. Oleh karena itu Inggris mengekspor timah dan peluru meriam dan amunisi untuk Kesultanan Usmaniyah, dan Elizabeth serius membahas operasi militer bersama dengan Murad III selama pecahnya perang dengan Spanyol pada 1585, ketika Francis Walsingham melobi sultan agar melibatkan militer Utsmani untuk melawan Spanyol sebagai musuh bersama.
Sultan Murad wafat pada tanggal 16 Januari 1595.
Murad III
| ||
Didahului oleh: Selim II |
Sultan Utsmaniyah 1574–95 |
Diteruskan oleh: Mehmed III |
![]() | Artikel bertopik biografi tokoh Sultan ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. |
- Biografi yang tidak memiliki referensi
- Semua biografi yang tidak memiliki referensi
- Semua artikel biografi yang tidak memiliki referensi
- Artikel biografi tokoh muslim September 2020
- Artikel biografi tokoh muslim Safar 1442
- Rintisan biografi tokoh muslim September 2020
- Rintisan biografi tokoh muslim Safar 1442
- Kelahiran 1546
- Kematian 1595
- Meninggal usia 49
- Tanggal kelahiran 4 Juli
- Tanggal kematian 15 Januari
- Sultan Utsmaniyah