Muntaha Al-Hafizh

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

K. H.
KH. Muntaha al-Hafidz
Lahir(1912-07-09)9 Juli 1912 [1]
Mojotengah, Jawa Tengah, Jawa Tengah
Meninggal29 Desember 2004(2004-12-29) (umur 92)
Kebangsaan Indonesia
Pekerjaanpengasuh Pondok Pesantren Al-Asy’ariyah
Tahun aktif1912-2004
Dikenal atasUlama
PenggantiKH Mustahal asyari
Suami/istriNy. Hj. Saudah
Ny. Hj. Maryam Parakan
Ny. Hj. Maijan Jariyah Tohari (cerai)
Ny. Hj. Hinduniyah
Ny. Hj. Sahilah Munggang
AnakFaqih Muntaha
Siti Nur Latifah
Agus Muhammad Abdul Malik Abu Yahya
Ahmad Syarif Syukri
Ahmad Walid Awfa
Orang tua
Situs webMuntaha Al-Hafizh


Muntaha Al-Hafizh (09 Juli 1912 – 29 Desember 2004) adalah ulama Indonesia kelahiran Desa Kalibeber, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah yang memiliki julukan Pecinta Al-Qur'an Sepanjang Hayat.[1] Julukan tersebut ia terima karena hampir seluruh hidupnya ia habiskan untuk mendalami dan menyebarkan ajaran al-Qur'an.[1] Ia adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Asy'ariyyah Kalibeber Wonosobo.[2] Melalui pesantren asuhannya, telah terbit sebuah tafsir al-Qur'an tematik (maudhu'i) yang telah memberi sumbangsih terhadap perkembangan kajian ilmu-ilmu al-Qur'an .[3] Gagasannya yang paling monumental adalah membuat mushaf al-Qur'an akbar (al-Qur'an raksasa) setinggi dua meter, dengan lebar tiga meter dan berat lebih dari satu kuintal.[4] Al-Qur'an raksasa tersebut pada saat itu sempat diusulkan untuk masuk Guinness World Records.[4][5]

Riwayat Hidup[sunting | sunting sumber]

Keluarga Beliau[sunting | sunting sumber]

Kiai Muntaha adalah putra ketiga dari pasangan K.H. Asy'ari dan Ny. Safinah.[1] Ibunda KH. Muntaha yakni Ny. Safinah memiliki 5 orang anak dan Muntaha merupakan anak ke-3. Kakaknya adalah K. Mustangin, K. Murtadho, dan adiknya adalah KH. Mudastsir, Ny H. Maziyah. Sedangkan KH. Mustahal Asy’ari merupakan adik yang berbeda ibu yang berasal dari Kertek, Wonosobo yakni Nyai Hj. Sufiyah.[6] Lahir dari keluarga pesantren, Kiai Muntaha memperoleh pendidikan membaca al-Qur'an dan ilmu-ilmu keislaman langsung dari kedua orang tuanya.[1] KH Muntaha memiliki istri-istri antara lain:

  1. Ny. Hj. Saudah dari Wonokromo Wonosobo.
  2. Ny. Hj. Maryam dari Parakan Temanggung.
  3. Ny. Hj. Maijan Jariyah Tohari dari Kalibeber yang kemudian berpisah/cerai.
  4. Ny. Hj. Hinduniyah dari Kalibeber Mojotengah.
  5. Ny. Hj. Sahilah dari Munggang Mojotengah.

Dari kelima istri tersebut KH. Muntaha mempunyai keturunan hanya dari dua orang istrinya. Putra dari Ny. Hj. Maijan Jariyah (Istri ke-3) yaitu Faqih Muntaha dan dari Ny. Hj. Sahilah (istri ke-5) yaitu Siti Nur Latifah, Agus Muhammad Abdul Malik Abu Yahya, Ahmad Syarif Syukri, dan Ahmad Walid Aufa.[7] Selanjutnya, ia melanjutkan perjalanan untuk mencari ilmu dari pesantren satu ke pesantren yang lain.[1]

Riwayat Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Perjalanan belajar KH. Muntaha dalam menjalankan tradisi pemeliharaan tradisi keilmuan al-Qur’an terjalin dalam suatu jaringan guru, murid dan rekan sejawat, yang diyakini sebagai pionir dalam tokoh-tokoh tahfîdz pondok pesantren yang terhubung secara langsung terhubung, dan KH. Muntaha merupakan salah satu bagian daripada mata rantai terpenting tersebut bersama dengan guru-gurunya, yakni KH. Usman dari Kaliwungu, Kendal. K.H. Munawwir dari Krapyak, Yogyakarta, dan KH. Dimyati dari Termas, Pacitan.[8] Dalam perjalanannya tersebut, Kiai Muntaha selalu menempuhnya dengan cara berjalan kaki.[1] Di setiap melakukan perjalan menuju pesantren selanjutnya, Kiai Muntaha menggunakan waktu istirahatnya untuk mengkhatamkan (menyelesaikan bacaan) al-Qur'an.[1] Di antara pesantren yang pernah ia singgahi yakni Pesantren Kaliwungu, Pesantren Krapyak, dan Pesantren Termas.[1] Setelah melakukan perjalanan dari berbagai pesantren, pada tahun 1950 Kiai Muntaha pulang ke Kalibeber untuk melanjutkan kepemimpinan ayahnya (K.H. Asy'ari) untuk mengembangkan Pondok Pesantren Al-Asy'ariyyah di desa kelahirannya.[1]

Pemikiran[sunting | sunting sumber]

Bidang pendidikan[sunting | sunting sumber]

Kiai Muntaha berhasil mengembangkan ide di dunia pendidikan di bawah naungan Yayasan Al-Asy'ariyah.[9] Yayasan tersebut menaungi beberapa jenjang pendidikan, yakni: Taman Kanak-kanak (TK) Hj. Maryam, Madrasah Diniyah Wustho (Pendidikan Islam tingkat menengah), 'Ulya (Tingkat atas) dan Madrasah Salafiyah (Pendidikan Islam yang mengkaji kitab klasik) Al-Asy`ariyyah, SMP dan SMU Takhassus (khusus) Al-Qur'an, SMK Takhassus Al-Qur`an, serta Universitas Sains Al-Qur`an (UNSIQ).[9] Khusus Perguruan Tinggi UNSIQ berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Ilmu-Ilmu Al-Qur'an (YPIIQ).[9] Sebelumnya, YPIIQ telah membangun Institut Islam Al-Qur'an (IIQ) pada tahun 1988 yang dipimpin langsung oleh Kiai Muntaha sebagai rektor, sebelum akhirnya berubah menjadi Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) melalui Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor: 87/D/0/2001 pada bulan Juni 2001.[2][10]

Selain menerapkan idenya dalam mengembangkan Yayasan Al-Asy'ariyyah dari luar (pembangunan), Kiai Muntaha juga telah mengembangkan Yayasan tersebut dari dalam (kurikulum).[9] Ia menekankan perlunya penguasaan bahasa untuk bisa menjelaskan isi dan kandungan Al-Qur'an kepada masyarakat luas (internasional).[9] Tidak hanya bahasa Indonesia dan bahasa Arab saja yang saat ini lazim digunakan dalam dunia pendidikan Islam, melainkan juga mencakup bahasa Inggris, Tiongkok, Jepang, dan lain-lain, yang saat ini telah dipraktikkan oleh para santri, siswa, dan mahasiswa di Yayasan Al-Asy'ariyyah, mulai dari Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Al-Asy'ariyyah hingga Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ).[9]

Bidang dakwah dan sosial[sunting | sunting sumber]

Di Pondok Pesntren Al-Asy'ariyah, Kiai Muntaha mendirikan Korps Dakwah Santri (KODASA) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas santri dalam bidang dakwah (menyiarkan agama Islam).[9] KODASA juga mengabdikan diri kepada masyarakat dalam rangka peduli terhadap kondisi sebenarnya yang dihadapi oleh masyarakat, khususnya di bidang sosial keagamaan.[9] Di antara aktivitas KODASA meliputi: Bacaan shalawat (pujian terhadap Nabi), Qira'atul Qur'an (membaca al-Qur'an), khitobah (ceramah) dengan menggunakan empat bahasa: bahasa Arab, Inggris, Indonesia, dan bahasa Jawa, serta ada juga qosidah dan rebana yang merupakan kesenian Islam.[9] Dalam bidang sosial, Kiai Muntaha juga merintis berdirinya Pusat Pengembangan Masyarakat (PPM) bersama dengan K.H. MA. Sahal Mahfudz dan Adi Sasono.[9]

Bidang kesehatan[sunting | sunting sumber]

Ide dan pemikiran Kiai Muntaha dalam hal kesehatan ia wujudkan dengan mendirikan Pendidikan Akademi Keperawatan (AKPER) yang berada di wilayah Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Wonosbo, Jawa Tengah, atau yang lebih dikenal dengan sebutan AKPER UNSIQ.[9] Selain itu, Kiai Muntaha juga mendirikan balai pengobatan yang ia beri nama Poliklinik Maryam.[9] Poliklinik ini tidak hanya terbatas melayani para santri dan mahasiswa, namun terbuka untuk masyarakat umum.[9] Sebelumnya, pada tahun 1986 Kiai Muntaha juga telah merintis dan mendirikan Balai Kesehatan di Tieng, Kejajar, yang kemudian disusul dengan pendirian Rumah Sakit Islam (RSI) di Mendolo, kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.[9][11]

Bidang pemikiran Islam[sunting | sunting sumber]

Kiai Muntaha ikut memberi sumbangan dalam pemikiran Islam dengan membentuk "Tim Sembilan" yang terdiri dari Kiai-kiai muda dari Pondok Pesantren Al-Asy'ariyah, yang bertujuan untuk menyusun Tafsir Al-Maudhu'i (tematik) dalam bahasa Indonesia.[3][9] Kitab tafsir ini terdiri dari sembilan jilid, dengan tema-tema sebagai berikut: Agama-agama (Adyan), Akidah (Al-Aqidah), Akhlak (Al-Akhlaq), Ibadah (Al-Ibadah), Sistem Kemasyarakatan (An-Nizam al-Ijtima'i), Jinayah (Al-Jinayah), Politik dan Tata Negara (As-Siyasah wa an-Nizham ad-Dauli), Ekonomi (Al-Iqtishadi), Kisah-kisah (Al-Qashash).[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h i j www.sarkub.com: KH. Muntaha Al-Hafizh, Pecinta Al-Qur’an Sepanjang Hayat. Diakses 2 April 2014
  2. ^ a b Samsul Munir Amin (2008). Karomah Para Kiai. Pustaka Pesantren. ISBN 979-8452-49-6.  Halaman 22-28.
  3. ^ a b c Tim Sembilan (2004). Tafsir Maudhu'i al-Muntaha. Pustaka Pesantren. ISBN 979-3381-62-0.  Halaman vi.
  4. ^ a b www.fimadani.com: KH Muntaha, Pecinta Al-Quran Sepanjang Hayat. Diakses 2 April 2014
  5. ^ Fadlly, Harits (2012-02-09). "Biografi KH Muntaha (1912—2004)". Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-01-27. 
  6. ^ Kamal, Faisal (2021). Charismatic leadership : peranan, pemikiran & pandangan hidup KH. Muntaha Wonosobo. Wonosobo. ISBN 978-623-92958-8-2. OCLC 1304493263. 
  7. ^ Kamal, Faisal (2021). Charismatic leadership : peranan, pemikiran & pandangan hidup KH. Muntaha Wonosobo. Wonosobo. ISBN 978-623-92958-8-2. OCLC 1304493263. 
  8. ^ Kamal, Faisal; Mas’ud, Abdurrahman; Uhbiyati, Nur (2022-04-09). "BIOGRAFI KH. MUNTAHA (1912-2004) SEBAGAI PEMIMPIN PONDOK PESANTREN AL-ASY'ARIYYAH WONOSOBO". Jurnal Ilmiah Ar-Risalah: Media Ke-Islaman, Pendidikan dan Hukum Islam (dalam bahasa Inggris). 20 (1): 133–153. ISSN 2540-7783. 
  9. ^ a b c d e f g h i j k l m n o www.nu.or.id: Belajar dari KH Muntaha Al-Hafizh. Diakses 3 April 2014
  10. ^ www.unsiq.ac.id: Sejarah Berdirinya UNSIQ. Diakses 3 April 2014
  11. ^ littlemed.com: RS Islam Wonosobo. Diakses 4 April 2014