Manajemen modal kerja

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Manajemen modal kerja adalah salah satu cabang manajemen keuangan yang mengelola modal kerja dari suatu perusahaan hingga mencapat nilai yang optimal. Tujuan diadakannya manajemen modal kerja adalah untuk menghasilkan kesejahteraan para pemegang saham melalui perolehan laba yang optimal. Manajemen modal kerja diadakan dalam waktu yang lama karena harus diadakan setiap hari. Kegagalan dalam manajemen modal kerja berakibat kepada berkurangnya pendapatan atau bertambahnya biaya operasional perusahaan.[1]

Manajemen modal kerja merupakan salah satu bagian dari strategi keuangan yang mendukung strategi bisnis.[2] Ruang lingkupnya meliputi aset lancar (kas, piutang dan persediaan) dan utang lancar yang dikelola dalam jangka waktu yang pendek.[3] Manajemen modal kerja berpengaruh terhadap pengambilan keputusan investasi khususnya pada risiko keuangan yang ditimbulkan oleh aset lancar dan utang lancar.[4] Adanya manajemen modal kerja dapat menjamin tingkat likuiditas perusahaan melalui pengelolaan aset lancar dan utang lancar.[5] Pada perusahaan kecil yang modal kerjanya bersumber dari keuangan pribadi atau tanpa pinjaman, manajemen modal kerja dimanfaatkan untuk mengetahui hubungan antara penjualan dengan kebutuhan operasi perusahaan.[6]

Kebutuhan modal kerja[sunting | sunting sumber]

Setiap modal yang digunakan dalam jangka waktu yang pendek untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan disebut sebagai modal kerja.[7] Modal kerja selalu diperlukan oleh suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatan perusahaan setiap harinya.[8] Modal kerja yang selalu dibutuhkan oleh perusahaan dalam kegiatan sehari-hari disebut sebagai modal kerja permanen.[9] Modal kerja ini meliputi modal kerja primer, modal kerja normal, dan modal kerja variabel. Modal kerja primer merupakan modal kerja yang harus tersedia untuk menjaga keberlangsungan usaha dalam suatu perusahaan, sedangkan modal kerja normal digunakan untuk produksi dalam keadaan normal. Sementara itu modal kerja variabel berkaitan dengan perubahan jumlah modal pada kondisi tertentu. Modal kerja variabel terbagi menjadi tiga jenis yaitu modal kerja musiman, modal kerja siklus dan modal kerja darurat. Modal kerja musiman merupakan modal kerja yang nilainya berubah akibat perubahan keadaan musim pada bisnis. Modal kerja siklus merupakan modal kerja yang nilainya berubah-ubah karena adanya siklus bisnis. Sedangkan modal kerja darurat merupakan modal kerja yang nilainya berubah pada kondisi-kondisi darurat dalam perusahaan.[10]

Tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat diketahui dengan menghitung modal kerja. Perusahaan dapat membayar seluruh kewajiban lancar jangka pendeknya ketika memiliki modal kerja yang memadai.[11] Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk memperlancar likuiditas perusahaan. Kekurangan modal kerja dapat menghambat kegiatan produksi oleh perusahaan. Perlambatan kegiatan produksi kemudian berdampak pula ke kegiatan distribusi produk menuju ke konsumen.[12]

Kebutuhan akan modal kerja dihitung melalui selisih antara pembayaran dan penerimaan kas.[13] Selain itu, kebutuhan akan modal kerja juga dapat ditinjau dari sudut pandang manajemen keuangan. Pihak manajemen keuangan umumnya memberikan perhatian yang besar terhadap aset lancar sebagai faktor penting dalam operasi perusahaan. Operasi perusahaan yang baik dapat terwujud dengan jumlah aset lancar dengan persentase minimal 5% dari keseluruhan aset perusahaan. Pada perusahaan kecil atau usaha mikro kecil menengah, aset lancar ini menjadi faktor yang menjamin berlangsungnya usaha. Sementara itu, aset lancar juga berkaitan langsung dengan kegiatan penjualan pada perusahaan. Kondisi-kondisi ini yang kemudian membuat modal kerja mendapat perhatian yang besar oleh perusahaan.[14]

Tujuan[sunting | sunting sumber]

Manajemen modal kerja diadakan dengan beberapa tujuan utama. Tujuan-tujuan ini yaitu memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan, kewajiban dan persediaan untuk konsumen. Manajemen modal kerja juga bertujuan untuk memperoleh tambahan dana dari kreditur dan memberikan persyaratan kredit bagi konsumen secara menarik.[15] Pemastian sumber daya keuangan jangka pendek merupakan salah satu tujuan diadakannya manajemen modal kerja. Bagi pihak pelaksana manajemen keuangan, manajemen modal kerja termasuk dalam manajemen keuangan jangka pendek yang pengelolaannya memerlukan waktu terlama dibandingkan dengan manajemen keuangan jangka panjang. Manajemen modal kerja ini berkaitan dengan manajemen kas, manajemen piutang, dan manajemen persediaan.[16]

Metode[sunting | sunting sumber]

Besarnya modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat diperkiraan oleh manajemen keuangan perusahaan. Manajemen modal kerja sebagai bagian dari manajemen keuangan berperan dalam menentukan perkiraan kebutuhan modal kerja perusahaan dalam kegiatan sehari-hari. Metode manajemen modal kerja secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu manajemen modal kerja dengan pendakatan teori, manajemen modal kerja dengan pendekatan konservatif, dan manajemen modal kerja dengan pendekatan agresif.[17]

Pendekatan konservatif[sunting | sunting sumber]

Salah satu pendekatan konservatif dalam pengadaan manajemen modal kerja adalah menggunakan rasio lancar. Likuiditas perusahaan dapat diketahui melalui analisis rasio lancar selama periode waktu tertentu. Menurunnya tingkat likuiditas perusahaan diketahui dengan kecenderungan penurunan rasio lancar. Praktik manajemen modal kerja yang efisien juga dapat diketahui melalui rasio lancar. Analisis periode waktu dari rasio lancar harus mempertimbangkan fluktuasi keuangan musiman dan dalam konteks norma-norma industri atau perusahaan tertentu.[18]

Setiap industri atau perusahaan umumnya memiliki nilai rasio yang tidak sama pada sektor yang berbeda. Nilai kenormalan rasio lancar pada suatu perusahaan dengan sektor bisnis yang berbeda juga dapat berbeda-beda. Suatu nilai rasio dengan nilai yang sama pada dua perusahaan dapat diartikan sebagai efisien di salah satu perusahaan, sementara di perusahaan yang lain dianggap sebagai kekurangan modal kerja.[19]

Manfaat[sunting | sunting sumber]

Manajemen modal kerja diperlukan dalam perusahaan karena kegiatan manajemen operasional perusahaan berlangsung setiap hari.[20] Modal kerja membutuhkan manajemen oleh perusahaan agar operasinya dapat berjalan dengan lancar.[21] Kinerja perusahaan umumnya dinilai dari laba yang diperoleh dan arus kas operasi. Manajemen modal kerja merupakan salah satu kegiatan yang harus ada di dalam perusahaan untuk dapat memperoleh dan mempertahankan arus kas operasi. Kondisi arus kas operasi yang kuat kemudian akan berdampak pada perolehan laba yang ideal bagi perusahaan. Perolehan manfaat dari manajemen modal kerja wajib disertai dengan kemampuan memperoleh margin dari gabungan pos modal kerja yaitu aset lancar dan utang lancar. Manajemen modal kerja yang baik tidak akan memberi manfaat yang besar jika penjualan produk yang diterima pasar tidak memiliki margin kontibusi yang cukup. Syarat agar manajemen modal kerja memperoleh manfaat ialah disertai dengan kemampuan mengelola konsumen dan piutangnya, kemampuan mengelola rantai pasok dan pemasoknya, serta kemampuan mengelola persediaan produk.[22]

Risiko[sunting | sunting sumber]

Ketidakstabilan arus kas[sunting | sunting sumber]

Manajemen modal kerja yang tidak memadai dapat menyebabkan ketidakstabilan arus kas meskipun laba perusahaan memadai. Perolehan arus kas akan kembali memberikan nilai yang positif atau memberi laba ketika manajemen modal kerja dilaksanakan dengan baik. Sebaliknya, arus kas akan memperoleh nilai negatif atau kerugian ketika perusahaan memperoleh laba tetapi laba dasarnya tidak memadai dan manajemen modal kerjanya dilaksanakan dengan buruk.[23]

Keterlambatan pembayaran kewajiban jangka pendek[sunting | sunting sumber]

Pengambilan keputusan investasi terhadap aset lancar dan utang lancar merupakan bagian penting dari manajemen modal kerja.[24] Keterlambatan pembayaran kewajiban jangka pendek dapat terjadi jika modal kerja tidak tersedia dengan jumlah yang cukup. Investasi modal kerja merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus dan setiap hari oleh perusahaan. Perputaran modal kerja ini umumnya kurang dari satu periode operasi perusahaan. Penyebab kekurangan modal kerja umumnya disebabkan oleh aliran kas yang tidak sejalan dengan siklus bisnis pada investasi jangka pendek dan jangka menengah. Operasi perusahaan yang sering mengalaminya adalah bagian pengadaan bahan, proses produksi dan distribusi selama penjualan produk.[25]

Efisiensi[sunting | sunting sumber]

Pengukuran tingkat efisiensi manajemen modal kerja dapat diketahui melalui periode keterikatan modal kerja. Periode ini dihitung pada setiap siklus kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran tingkat efisiensi manajemen modal kerja dapat menggunakan salah satu dari dua jenis rasio keuangan. Masing-masing adalah rasio perputaran modal kerja dan rasio periode modal kerja.[26]

Perputaran modal kerja[sunting | sunting sumber]

Efisiensi manajemen modal kerja dapat diukur menggunakan rasio perputaran modal kerja. Metode yang digunakan adalah perbandingan. Terdapat dua jenis perbandingan dalam perputaran modal kerja yaitu perbandingan antara penjualan dengan modal kerja, dan perbandingan antara modal kerja dengan modal kerja rata-rata. Jenis penjualan yang dapat dibandingkan adalah penjualan bersih. Sementara itu seluruh total aset lancar dijadikan sebagai pembanding. Perputaran modal kerja kemudian dirumuskan sebagai perbadingan antara penjualan bersih dengan modal kerja.[27]

Pemakai[sunting | sunting sumber]

Perusahaan multinasional[sunting | sunting sumber]

Perusahaan multinasional menerapkan manajemen modal kerja yang mirip dengan perusahaan domestik. Manajemen modal kerja dilakukan untuk mempercepat perputaran modal agar laba dapat diperoleh dengan waktu yang singkat. Manajemen modal kerja pada perusahaan multinasional dilakukan dengan percepatan pengumpulan piutang, perlambatan pembayaran utang jangka pendek, dan pengoptimalan alokasi kas untuk investasi jangka pendek.[28] Salah satu faktor yang mempengaruhi manajemen modal kerja pada perusahaan multinasional di luar negeri adalah perpajakan.[29]

Rumah sakit[sunting | sunting sumber]

Rumah sakit menjadikan manajemen modal kerja sebagai salah satu cara dalam mengelola bisnis. Manajemen modal kerja dilakukan dengan perencanaan dan penghematan modal kerja.[30] Modal kerja pada rumah sakit umumnya bersifat musiman. Modal sendiri di dalam rumah sakit berasal dari laba ditahan, aset tetap dan depresiasi. Pemenuhan modal rumah sakit yang musiman ini memerlukan modal dari luar.[31]

Hotel[sunting | sunting sumber]

Manajemen modal kerja pada hotel diadakan melalui pengelolaan modal kerja bersih. Perhitungannya dengan pengurangan antara aset lancar dan kewajiban lancar. Permasalahan manajemen modal kerja di dalam perhotelan berkaitan dengan kas, piutang dagang, persediaan dan utang dagang. Pengaturan manajemen modal kerja pada perhotelan umumnya dilakukan secara kondisi aset lancar yang tinggi pada periode waktu tertentu dalam kondisi usaha yang ramai. Permasalahan yang diatasi dimulai dari pembayaran atau pembelian yang melebihi nilai pada hari-hari biasa memerlukan kas yang tinggi. Kemudian penjualan yang melebihi kondisi normal terjadi ketika piutang dagang yang besar. Sementara pada aktivitas yang melebihi kondisi normal memerlukan persediaan yang banyak untuk tetap dapat dilaksanakan dengan lancar.[32]

Usaha mikro kecil menengah[sunting | sunting sumber]

Usaha mikro kecil menengah memerlukan manajemen modal kerja karena sumber keuangannya berasal dari keuangan pribadi atau pinjaman dari kreditur. Sumber keuangan pada usaha mikro kecil menengah berbeda dengan perusahaan yang telah terdaftar di bursa efek. Perusahaan sejenis ini telah mendapatkan modal kerja dari pemegang saham perusahaan. Bagi usaha mikro kecil menengah, manajemen modal kerja digunakan untuk menentukan laba yang diperoleh. Caranya dengan memperhatikan siklus konversi kas. Siklus ini dapat memberikan informasi mengenai lamanya waktu keterikatan antara dana dengan modal kerja dalam satu periode waktu.[33] Berkaitan dengan pinjaman, usaha mikro kecil menengah umumnya meminjam dalam jangka pendek. Pinjaman ini dilakukan dalam bentuk nvestasi terhadap kas, piutang dan persediaan. Kondisi ini juga membuat manajemen modal kerja menjadi penting bagi usaha mikro kecil menengah dalam pembiayaan melalui pinjaman jangka pendek.[34]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Anwar, Mokhamad (2019). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana. hlm. 28. ISBN 978-602-422-875-0. 
  2. ^ Suyanto, M. (2007). Strategic Management: Global Most Admired Companies. Yogyakarta: ANDI. hlm. 183. ISBN 978-979-29-0212-9. 
  3. ^ Santoso, Singgih (2005). Seri Solusi Bisnis Berbasis TI: Aplikasi Excel pada Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 11. ISBN 979-20-9862-3. 
  4. ^ Kariyoto (2018). Manajemen Keuangan: Konsep dan Implementasi. Malang: UB Press. hlm. 157. ISBN 978-602-432-465-0. 
  5. ^ Suryanto, W., dkk. (2021). Irnawati, Jeni, ed. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Bandung: Penerbit Media Sains Indonesia. hlm. 15. ISBN 978-623-362-058-1. 
  6. ^ Margaretha, Farah (2005). Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan: Investasi dan Sumber Keuangan Jangka Pendek. Jakarta: Penerbit PT Grasindo. hlm. 87. ISBN 979-759-233-2. 
  7. ^ Kasmir (2009). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana. hlm. 212. 
  8. ^ Arifin, Agus Zainul (2018). Manajemen Keuangan. Sleman: Zahir Publishing. hlm. 1. ISBN 978-602-5541-19-3. 
  9. ^ Sulindawati, (2017). Manajemen Keuangan: Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Bisnis. Depok: Rajawali Pers. hlm. 26. ISBN 978-602-425-179-6. 
  10. ^ Setijani, E., Sugito, P., dan Sumartono (2019). Manajemen Bisnis: Three Piilars of Business Approach. Malang: Media Nusa Creative. hlm. 95. ISBN 978-602-462-202-2. 
  11. ^ Mardiyanto, Hardono (2011). Inti Sari Manajemen Keuangan: Teori, Soal, dan Jawaban. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. hlm. 98. ISBN 978-979-0255-84-5. 
  12. ^ Ingga, Ibrahim (2016). Implementasi Manajemen Strategik (PDF). Sleman: Deepublish. hlm. 25–26. ISBN 978-602-401-569-5. 
  13. ^ Soekrano, S., dkk. (2021). Manajemen Keuangan untuk Wirausaha Mula. Jakarta: Prenada. hlm. 70. ISBN 978-602-383-080-0. 
  14. ^ Manurung 2021, hlm. 146.
  15. ^ Septiana, Aldila (2019). Analisis Laporan Keuangan: Konsep Dasar dan Deskripsi Laporan Keuangan. Pamekasan: Duta Media Publishing. hlm. 133. ISBN 978-602-65469-8-2. 
  16. ^ Sukamulja, Sukmawati (2021). Tjen, Susi, ed. Manajemen Keuangan Korporat: Teori, Analisis, dan Aplikasi dalam Melakukan Investasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta. hlm. 6–7. ISBN 978-623-01-1764-0. 
  17. ^ Manurung 2021, hlm. 147.
  18. ^ Darmawan (2020). Dasar-dasar Memahami Rasio dan Laporan Keuangan (PDF). Yogyakarta: UNY Press. hlm. 26. ISBN 978-602-498-136-5. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-11-16. Diakses tanggal 2021-11-24. 
  19. ^ Hien, K. S., dan Mariani, F. I. (2017). Financial Management Canvas. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 130. ISBN 978-602-04-3396-7. 
  20. ^ Sa'adah, Lailatus (2020). Manajemen Keuangan. Jombang: LPPM Universitas KH. A. Wahab Hasbullah. hlm. 12. ISBN 978-623-6185-33-9. 
  21. ^ Musthafa (2017). Christian, Putri, ed. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: ANDI. hlm. 13. ISBN 978-979-29-6271-0. 
  22. ^ Prihadi 2019, hlm. 128.
  23. ^ Prihadi 2019, hlm. 129.
  24. ^ Umar, Husein (2003). Business: An Introduction. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 162. ISBN 979-655-844-0. 
  25. ^ Hubeis, M., dan Najib, M. (2014). Manajamen Startegik dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 91. ISBN 978-602-02-3296-6. 
  26. ^ Irfani, Agus S. (2020). Manajemen Keuangan dan Bisnis: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 269. ISBN 978-602-06-4460-8. 
  27. ^ Efendi, M. J., dan Dewianawati, D. (2021). Manajemen Keuangan. Sleman: Bintang Pustaka Madani. hlm. 87. ISBN 978-623-6372-53-1. 
  28. ^ Padangaran, Ayub M. (2013). Analisis Kuantitatif Pembiayaan Perusahaan Pertanian. Bogor: IPB Press. hlm. 187. ISBN 978-979-493-547-7. 
  29. ^ Zain, Mohammad (2008). Manajemen Perpajakan (edisi ke-3). Jakarta: Salemba Empat. hlm. 312. ISBN 978-979-691-408-1. 
  30. ^ Hary, dkk. 2018, hlm. 128.
  31. ^ Hary, dkk. 2018, hlm. 124.
  32. ^ Margaretha, Farah (2007). Manajemen Keuangan bagi Industri Jasa. Jakarta: Penerbit PT Grasindo. hlm. 90. ISBN 979-759-850-0. 
  33. ^ Haryono (2021). Rofiq, Abdul, ed. Kewirausahaan Era Kampus Merdeka. Surabaya: CV. Jakad Media Publishing. hlm. 387. ISBN 978-623-6955-35-2. 
  34. ^ Basmar, E., dkk. (2021). Ekonomi Bisnis Indonesia. Yayasan Kita Menulis. hlm. 106. ISBN 978-623-342-044-0. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]