Keleluasaan berjalan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jalan Gauchetière, di Montreal

Walkabilitas atau keleluasaan berjalan adalah sebuah ukuran seberapa ramah suatu area untuk dapat dilalui dengan berjalan kaki. Walkability memiliki manfaat untuk kesehatan, lingkungan, dan juga ekonomi.[1] Beberapa faktor yang memengaruhi tingkat area berjalan kaki termasuk ada atau tidaknya kualitas jalan setapak, trotoar atau hak jalan pejalan kaki lainnya, lalu lintas dan juga kondisi jalan, antara lain pola penggunaan lahan, aksesibilitas bangunan, dan keamanan sekitar area pejalan kaki.[2]

Walkability merupakan konsep yang sangat penting di kawasan desain perkotaan yang sustainable.[3] Project Drawdown menjelaskan bahwa menjadikan kota sebagai kawasan yang ramah untuk berjalan kaki merupakan salah satu solusi penting dalam mengatasi perubahan iklim dan kota. Karena dengan adanya Walkability dapat mengurangi emisi karbon, dan dapat meningkatkan kualitas hidup di kota tersebut.[4]

Definisi[sunting | sunting sumber]

Kawasan campuran penggunaan jalan yang ramah bagi pejalan kaki di Bitola, Makedonia Utara.

Salah satu definisi yang lebih tepat untuk mengartikan walkability adalah "Sejauh mana lingkungan binaan ramah terhadap keberadaan orang yang tinggal, berbelanja, berkunjung, menikmati atau bahkan menghabiskan waktu di suatu daerah".[5] Beberapa faktor yang memengaruhi suatu wilayah disebut ramah untuk berjalan kaki (Walkability) termasuk diantaranya, namun tidak terbatas pada:

  • Adanya konektivitas jalan
  • Penggunaan lahan campuran
  • Kepadatan tempat tinggal (unit tempat tinggal per area penggunaan tempat tinggal)
  • Terdapat pohon dan tumbuhan
  • Memiliki frekuensi dan variasi bangunan
  • Adanya pintu masuk dan sensasi lainnya di bagian depan jalan
  • Transparansi, yang mencakup jumlah kaca di jendela dan pintu, orientasi dan kedekatan rumah, dan bangunan ke jalan
  • Banyak terdapat tempat untuk dikunjungi dan dekat dengan sebagian besar perumahan, termasuk adanya layanan seperti toko, restoran, bar, teater, sekolah, taman, atau juga pusat olahraga[6]
  • Penempatan, seperti adanya desain jalan yang cocok untuk orang, bukan hanya mobil
  • Rasio luas lantai[7]

Faktor utama dari infrastruktur termasuk adanya akses angkutan massal, kemudian keberadaan dan kualitas jalan setapak, ada terdapat jalur perkebunan di jalan parkir atau jalur sepeda dan terdapat penyeberangan pejalan kaki, estetika, kualitas udara, adanya tempat berteduh sesuai pada musim, memiliki volume dan kecepatan lalu lintas.[2][8] dan juga kondisi angin.

Walkability juga diperiksa berdasarkan lingkungan buatan di sekitarnya. Reid Ewing dan Robert Cervero berpendapat bahwa Walkability dapat dilihat dari lingkungan binaan — termasuk kepadatan, keragaman, desain, aksesibilitas tujuan, dan jarak antar transit angkutan massal — sangat memengaruhi kondisi untuk berjalan kaki di suatu area.[9] Kombinasi dari faktor-faktor ini mempengaruhi keputusan seseorang untuk berjalan kaki atau tidak.[10]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Walk Short Distances - Go oleh Shanks Pony

Sebelum adanya produksi massal jenis kendaraan mobil, motor dan sepeda, berjalan kaki merupakan cara utama manusia untuk bepergian ke segala tempat tujuan. Dan hal itu menjadi satu-satunya cara untuk bisa pergi dari suatu tempat ke tempat lain untuk sebagian besar keberlangsungan sejarah kehidupan manusia.[11] Hingga tahun 1930-an, terjadi sebuah pertumbuhan ekonomi secara global dan menyebabkan adanya peningkatan produksi mobil. Kendaraan mobil pun pada saat itu sangat terjangkau, sehingga banyak muncul berbagai jenis mobil selama ekspansi ekonomi Pasca-Perang Dunia II.[12] Namun ada efek negatif yang merugikan karena banyaknya produksi mobil yakni emisi mobil yang menimbulkan kekhawatiran publik atas polusi udara. Sehingga muncul berbagai alternatif untuk mengatasi hal tersebut, termasuk penyediaan transportasi umum dan adanya infrastruktur jalan kaki yang lebih baik, hal ini menjadi perhatian khusus para perencana dan pembuat kebijakan dan pengembangan kota.

Manfaat[sunting | sunting sumber]

Kesehatan[sunting | sunting sumber]

Indeks walkability memiliki korelasi dengan Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index (BMI)) dan aktivitas fisik.[7][13] Aktivitas fisik dapat mencegah berbagai penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, hipertensi, obesitas, depresi, dan juga osteoporosis.[14] Sebagai contoh, peningkatan skore berjalan (Walk score) telah dikaitkan dengan profil risiko kardio metabolik yang lebih baik[15] dan dapat menurunkan risiko serangan jantung.[16] Dana Penelitian Kanker Dunia dan Institut Penelitian Kanker Amerika juga merilis laporan perkembangan terbaru mereka, dimana mereka memberi anjuran supaya mendorong masyarakat lebih aktif untuk berjalan, karena dengan berjalan kaki dapat berkontribusi pada pengurangan penyakit kanker.[17] Hal lain sebagai pembenaran dari penelitian ini berpendapat bahwa gaya berjalan sangat penting untuk membantu perkembangan otak pada manusia.[18]

Karena adanya perbedaan tingkat kesehatan bagi penduduk di lingkungan dalam kota dan di lingkungan pinggiran kota, dengan ukuran yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki, penting untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan indeks kemampuan berjalan kaki berdasarkan faktor lingkungan dari setiap wilayah.[19]

Lingkungan[sunting | sunting sumber]

Walking bus, Třebíč-Vnitřní Město, Třebíč District, Vysočina Region, Czechia, Karlovo náměstí

Salah satu manfaat penting dari banyaknya masyarakat yang berjalan kaki adalah berkurangnya polusi udara karena kendaraan di masyarakat. Kemudian akan terjadi pengurangan emisi karbon apabila masyarakat lebih memilih untuk berjalan kaki dibandingkan memakai kendaraan pribadi atau transportasi umum saat bepergian ke suatu tempat. Manfaat dari pengurangan emisi karbon berdampak pada peningkatan kondisi kesehatan dan kualitas hidup masyarakat, dan akan lebih sedikit terjadinya kabut asap, dan dapat mengurangi masalah perubahan iklim global.[4]

Sosial ekonomi[sunting | sunting sumber]

Walkability juga terbukti memiliki banyak manfaat dalam bidang sosial ekonomi, termasuk aksesibilitas, penghematan biaya baik secara individu maupun juga publik,[20] transportasi (mencakup bus, peningkatan efisiensi dalam penggunaan lahan, peningkatan daya huni, memengaruhi peningkatan kesehatan masyarakat, dan juga pembangunan ekonomi.[21] Manfaat walkability semakin baik jika seluruh sistem fasilitas publik dapat dilalui dengan berjalan kaki, tanpa terbatas pada rute khusus tertentu. Kemudian, ketersediaan trotoar yang lebih banyak dan adanya peningkatan keawasan untuk berjalan kaki dapat meningkatkan promosi sektor pariwisata dan juga meningkatkan nilai properti.[22]

Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan perumahan di kawasan perkotaan yang mudah dilalui dengan berjalan kaki telah mengalami peningkatan, khususnya di kota-kota maju atau kota berkembang. Salah satu perumahan yang diminati ialah tipe perumahan "Missing Middle Housing" (Perumahan Menengah yang Hilang), sebuah istilah yang diciptakan oleh Daniel Parolek dari Opticos Design, Inc.,[23]. Ini merupakan tipe rumah multi-unit (seperti duplex, fourplex, lapangan bungalow, dan apartemen mansion yang tidak lebih besar dari sebuah rumah besar), yang memiliki integrasi dengan lingkungan Pra-1940 yang dapat dilalui dengan berjalan kaki, tetapi menjadi jauh lebih jarang dipakai setelah Perang Dunia II, sehingga muncul istilah "hilang". Tipe perumahan seperti ini sering diintegrasikan ke dalam sebuah blok di komplek rumah keluarga tunggal, dengan menyediakan pilihan perumahan yang beragam sehingga menghasilkan kepadatan yang cukup untuk mendukung adanya transit transportasi dan fasilitas komersial yang melayani masyarakat.

Walkability dapat meningkatkan interaksi sosial, kemudian adanya pencampuran populasi, memiliki jumlah teman dan rekan di mana orang tinggal, mengurangi tingkat kejahatan (dengan lebih banyak orang berjalan dan pegawasan lingkungan, ruang terbuka dan jalan utama), meningkatkan rasa bangga, dan meningkatkan rasa sukarela. Faktor sosial ekonomi berkontribusi pada kemauan untuk memilih berjalan kaki daripada mengemudi kendaraan pribadi. Pendapatan, usia, ras, etnis, pendidikan, status rumah tangga, dan memiliki anak dalam rumah tangga semuanya dapat memengaruhi perjalanan dengan berjalan kaki.[24]

Peningkatan walkability[sunting | sunting sumber]

Sebuah jalan aspal bata sidewalk di Hudson, Ohio, Amerika Serikat.

Berbagai komunitas di banyak negara telah menggunakan mobilitas pejalan kaki sebagai alternatif dari praktik bangunan lama yang menyukai mobil. Alasan terjadinya pergeseran ini karena masyarakat meyakini bahwa ketergantungan pada mobil tidak berkelanjutan secara ekologis. Sebuah lingkungan yang berorientasi pada mobil akan menimbulkan banyak bahaya baik bagi pengendara dan maupun bagi pejalan kaki, dan pada umumnya akan kehilangan estetika.[25] Berbagai alat yang digunakan beberapa kota di Amerika Serikat, seperti di Cincinnati, Ohio untuk meningkatkan kawasan untuk berjalan kaki yakni dengan melakukan sistem zonasi yang disebut Pengodean berbasis formulir.[26][27]

Mengukur walkability[sunting | sunting sumber]

Salah satu cara untuk menilai dan mengukur kawasan untuk berjalan kaki adalah dengan melakukan audit berjalan. Alat mengukur audit berjalan yang mapan dan paling banyak digunakan adalah dengan PERS (Sistem Tinjauan Lingkungan Pejalan Kaki) yang telah digunakan secara luas di Inggris.[28]

Cara sederhana untuk menentukan kualitas berjalan kaki sebuah blok, koridor, atau lingkungan yakni dengan cara menghitung jumlah orang yang berjalan, jumlah orang yang bertahan dan terlibat dalam aktivitas opsional dalam sebuah ruangan.[29] Proses ini merupakan perbaikan besar pada indikator tingkat layanan pejalan kaki (LOS), direkomendasikan dalam Highway Capacity Manual.[30] Namun itu mungkin tidak diterjemahkan dengan baik ke lokasi non-Barat di mana gagasan tentang kegiatan "opsional" mungkin berbeda.[31] Bagaimanapun juga, dengan adanya keragaman orang (penduduk), dan terutama kehadiran anak-anak, manula, dan juga penyandang disabilitas, menunjukkan adanya kualitas, kelengkapan, dan kesehatan ruang suatu lingkungan .[32]

Pemetaan walkability[sunting | sunting sumber]

Sebuah konsep pemetaan walkability yang baru berkembang adalah peta waktu transit (terkadang disebut peta gudang transit), yang merupakan jenis peta isochrone.[33] Pemetaan ini merupakan peta (sering kali digunakan secara online dan interaktif) yang dapat menampilkan area metropolis yang bisa dicapai dari titik awal tertentu, dalam kurun waktu tempuh tertentu. Peta seperti ini berguna untuk mengevaluasi seberapa hal, termasuk hubungan suatu alamat dengan tujuan perkotaan lain, atau sebaliknya, dan dapat memetakan berapa luas suatu wilayah untuk mencapai alamat tertentu dengan cepat. Cara perhitungan peta waktu transit yaitu dengan intensif komputasi. Sebuah pekerjaan yang cukup besar sedang dilakukan dengan sistem algoritme yang lebih efisien supaya dapat menghasilkan peta semacam itu dengan cepat.[34] Agar dapat berguna dengan baik, pembuatan peta waktu transit harus mempertimbangkan jadwal transit mendetail, frekuensi layanan, waktu, dan juga hari.[35][36][37][38][39]

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Richard, Florida, "Walkability Is Good for You", www.bloomberg.com, diakses tanggal 31 Desember 2020 
  2. ^ a b Online TDM Encyclopedia chapter on pedestrian improvements Walkability Improvements Strategies to Make Walking Convenient, Safe and Pleasant, www.vtpi.org, diakses 31 Desember 2020
  3. ^ "S. Grignaffini, S. Cappellanti, A. Cefalo, "Visualizing sustainability in urban conditions", WIT Transactions on Ecology and the Environment, Vol. 1, hlm. 253-262, 10 Jun 2008". Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Desember 2020. Diakses tanggal 31 Desember 2020. 
  4. ^ a b "Walkable Cities @ProjectDrawdown #ClimateSolutions". Project Drawdown (dalam bahasa Inggris). 6 Juni 2020. Diakses tanggal 31 Desember 2020. 
  5. ^ Abley, Stephen. "Walkability Scoping Paper" 21 Maret 2005. Dikutip 31 Desember 2020
  6. ^ León-Quismondo, Jairo; Bonal, José; Burillo, Pablo; Fernández-Luna, Álvaro. "Walkability and Fitness Center Prices, Opening Hours, and Extra Services: The Case of Madrid, Spain". International Journal of Environmental Research and Public Health (dalam bahasa Inggris). 17 (15): 5622. doi:10.3390/ijerph17155622alt=Dapat diakses gratis. ISSN 1660-4601. Diakses tanggal 31 Desember 2020. 
  7. ^ a b Frank; et al. (Winter 2006). "Many Pathways from Land Use to Health" (PDF). Journal of the American Planning Association. hlm. 77. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-09-27. Diakses tanggal 2020-12-31. , diakses 31 Desember 2020
  8. ^ Ramirez; et al. "Indicators of Activity-Friendly Communities: An Evidence-Based Consensus Process". American Journal of Preventive Medicine. hlm. 515–524. Diakses tanggal 31 Desember 2020. 
  9. ^ Ewing, Reid and Cervero, Robert. "Travel and the Built Environment: A Meta-Analysis", Journal of the American Planning Association, vol 76, no 3 (2010): hlm. 265-294, diakses 31 Desember 2020
  10. ^ Wang, Ke. "Causality Between Built Environment and Travel Behavior: Structural Equations Model Applied to Southern California." Transportation Research Record, no 2397 (2013): hlm. 80- 88, diakses 31 Desember 2020
  11. ^ Rich, Nathaniel (April 23, 2015). "The History of a City Underfoot". The New York Times Magazine. The New York Times Company. Diakses tanggal 31 Desember 2020. 
  12. ^ Hendee, Caitlin. "More on the cover story: A short history of walkable urbanism and transit-oriented development". Denver Business Journal.[1], www.bizjournals.com, diakses 31 Desember 2020
  13. ^ Frank; et al. (Februari 2005). "Linking objectively measured physical activity with objectively measured urban form: Findings from SMARTRAQ". American Journal of Preventive Medicine. hlm. 117–125. , diakses 31 Desember 2020
  14. ^ Gase, Lauren N., Paul A. Simon, et al.. "Public Awareness of and Support for Infrastructure Changes Designed to Increase Walking and Biking in Los Angeles County." Preventive Medicine 72 (2015): hlm. 70-75, diakses 31 Desember 2020
  15. ^ Méline, Julie; Chaix, Basile; Pannier, Bruno; Ogedegbe, Gbenga; Trasande, Leonardo; Athens, Jessica; Duncan, Dustin T. (2017-12-19). "Neighborhood walk score and selected Cardiometabolic factors in the French RECORD cohort study". BMC Public Health. 17 (1): 960. doi:10.1186/s12889-017-4962-8. ISSN 1471-2458. PMC 5735827alt=Dapat diakses gratis. PMID 29258476. , diakses 31 Desember 2020
  16. ^ Mazumdar, Soumya; Learnihan, Vincent; Cochrane, Thomas; Phung, Hai; O'Connor, Bridget; Davey, Rachel (2016-12-01). "Is Walk Score associated with hospital admissions from chronic diseases? Evidence from a cross-sectional study in a high socioeconomic status Australian city-state". BMJ Open (dalam bahasa Inggris). 6 (12): e012548. doi:10.1136/bmjopen-2016-012548. ISSN 2044-6055. PMC 5168632alt=Dapat diakses gratis. PMID 27932340. , diakses 31 Desember 2020
  17. ^ Miranda Hitti, "Report: Good Diet, Physical Activity, and Healthy Weight May Prevent 34% of 12 Common Cancers in the U.S.", WebMD Health News, diakses 31 Desember 2020
  18. ^ Stanford, Craig (2003) Upright: The Evolutionary Key to Becoming Human, Houghton-Mifflin: New York, hlm. 122-171, diakses 31 Desember 2020
  19. ^ Lopez, Russel P. and H. Patricia Hynes (2006). "Obesity, physical activity, and the urban environment: public health research needs". Environmental Health: A Global Access Science Source. doi:10.1186/1476-069X-5-25.  diakses 31 Desember 2020
  20. ^ The Sixth Carbon Budget Surface Transport (PDF). UKCCC (Laporan). ...there is zero net cost to the economy of switching from cars to walking and cycling .... as the cost of provision of improved walking and cycling infrastructure is expected to be substantially outweighed by the benefits through reduced cost of travel, better air quality, lower congestion and improved health and wellbeing. 
  21. ^ Todd Littman, "Economic Value of Walkability", Transportation Research Board of the National Academies, Vol. 1828, 2003.[pranala nonaktif permanen], Litman, Todd Alexander (2004-10-12). "Economic Value of Walkability" (PDF). Victoria Transport Policy Institute. , diakses 31 Desember 2020
  22. ^ [2], The Benefit of Creating a Walking Comunity, diakses tanggal 31 Desember 2020
  23. ^ Parolek, Daniel. "Missing Middle Housing: Responding to the Demand for Walkable Urban Living". Opticos Design, Inc. Diakses tanggal 31 Desember 2020. 
  24. ^ Joh, Kenneth, Sandip Chakrabarti, Marlon G Boarnet, and Ayoung Woo. "The Walking Renaissance: A Longitudinal Analysis of Walking Travel in the Greater Los Angeles Area, USA." Sustainability 7, no. 7 (2015): 8985-9011, diakses 31 Desember 2020
  25. ^ Zehner, Ozzie (2012). Green Illusions. Lincoln and London: University of Nebraska Press. hlm. 263–300. , diakses 31 Desember 2020
  26. ^ "Cincinnati Form-Based Code". www.formbasedcodes.org. Form-Based Codes Institute. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-25. Diakses tanggal 31 Desember 2020. 
  27. ^ Yung, John. "Here's how Cincinnati's form-based codes are designed to spur redevelopment". Diakses tanggal 31 Desember 2020. 
  28. ^ Davies, A. and Clark, S. (2009) Identifying and prioritising walking investment through the PERS audit tool - Walk21 Proceedings, 10th International Conference for Walking, New York, USA, October 2009 Diarsipkan 2012-03-01 di Wayback Machine., diakses 31 Desember 2020
  29. ^ Gehl, J. and Gemzoe, L. (1996). Public spaces and public life. Copenhagen: Danish Architectural Press, diakses 31 Desember 2020
  30. ^ Transportation Research Board (2000). Highway capacity manual: HCM2000. Washington D.C.: National Research Council, diakses 31 Desember 2020
  31. ^ Hutabarat Lo, R. (2009). "Walkability: what is it?", Journal of Urbanism Vol. 2, No. 2, hlm 145-166, diakses 31 Desember 2020
  32. ^ Zehner, Ozzie (2012). Green Illusions. Lincoln and London: University of Nebraska Press. hlm. 250–251, 265–266.  diakses 31 Desember 2020
  33. ^ Dovey, K., Woodcock, I. & Pike, L. (2017) 'Isochrone Mapping of Urban Transport', Planning Practice & Research, 32(4): hlm. 402-416. doi: 10.1080/02697459.2017.1329487, diakses 31 Desember 2020
  34. ^ Steiniger, S., Poorazizi, M.E. & Hunter, A.J.S (2013) 'WalkYourPlace - evaluating neighbourhood accessibility at street level', UDMS 2013 - Proceedings of the 29th Urban Data Management Symposium, https://core.ac.uk/download/pdf/194261782.pdf, diakses 31 Desember 2020
  35. ^ "Transit Time Map: Bay Area, 9:00am". Walk Score. Walk Score. Diakses tanggal 31 Desember 2020. 
  36. ^ Wehrmeyer, Stefan. "Dynamic Public Transport Travel Time Maps". Mapnificent. Stefan Wehrmeyer. Diakses tanggal 31 Desember 2020. 
  37. ^ Roth, Matthew. "Walk Score Updates Transit Travel Map for Bay Area". sf.streetsblog.org. streetsblog.org. Diakses tanggal 31 Desember 2020. 
  38. ^ Walker, Jarrett. "Beyond "transit scores": an exchange with Matt Lerner". Human Transit. humantransit.org. Diakses tanggal 31 Desember 2020. 
  39. ^ Wehrmeyer, Stefan (31 Oktober 2010). "A Mapnificent World". On the Things I Do. stefanwehrmeyer.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-02-05. Diakses tanggal 31 Desember 2020.