Lompat ke isi

Kajian wilayah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kajian Wilayah)

Kajian wilayah merupakan aktivitas dalam mengkaji suatu wilayah dilihat dari unsur-unsur esensial di dalamnya. Informasi ini yang nantinya akan sangat menentukan jalannya suatu perencanaan pembangunan wilayah. Semakin banyak unsur esensial wilayah yang dikaji, maka akan semakin banyak informasi yang didapatkan mengenai kelemahan maupun kelebihan suatu wilayah. Dari sini dapat ditentukan strategi perencanaan yang tepat bagi wilayah tersebut dan pembangunan atau pengembangan seperti apa yang menunjang wilayah itu.[1]

Perbedaan perencanaan dan kajian wilayah

[sunting | sunting sumber]
  • Perencanaan wilayah adalah menetapkan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah memperhatikan faktor-faktor pembatas dalam mencapai tujuan, memilih dan menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan. Perencanaan merupakan kegiatan yang sangat kompleks, rumit, lebih menekankan pada teknis dan luas cakupannya. Dengan perencanaan akan diperoleh informasi yang lebih akurat, karena tidak hanya informasi wilayah yang digali namun juga informasi sosial terkait masyarakat dalam ruang wilayah tersebut.
  • Sedangkan kajian wilayah hanya memberikan gambaran kecil mengenai unsur esensial suatu wilayah. Informasi yang digali dalam suatu wilayah hanya seputar unsur esensial itu.
  • Kajian wilayah merupakan salah satu langkah/bagian dari perencanaan. Suatu perencanaan pembangunan wilayah tidak terlepas dari pengkajian wilayah itu sendiri.[2]

Teori kajian wilayah

[sunting | sunting sumber]

Teori kajian wilayah meliputi:

  1. Teori Lokasi Von Thunen

Teori Von Thunen berusaha menghubungkan antara konsep ekonomi dengan lokasi spasial. Konsep yang digagas Von Thunen mengilustrasikan suatu kota yang berada dipusat dataran yang subur yang ditengahnya terdapat sungai. Dataran tersebut memiliki kondisi tanah yang dapat ditanami serta memiliki kesamaan kesuburan. Semakin jauh dari wilayah perkotaan, dataran yang terlihat ialah hutan belantara yang memutus hubungan Negara kota ini berada dengan dunia luar. Garis besar asumsi-asumsi yang dibuat oleh Von Thunen: a.) Pusat kota sebagai kota pemasaran, lokasi di pusat suatu wilayah homogen secara geografis, bagian pusat digambarkan sebagai pusat pemukiman, pusat industri dan sekaligus pusat pasar. b.) Biaya transportasi berbanding lurus dengan jarak yang ditempuh. Setiap petani di kawasan sekeliling kota akan menjual kelebihan hasil pertanian ke kota tersebut, dan biaya transportasi ditanggung sendiri. c.) Petani secara rasional cenderung memilih jenis tanaman yang menghasilkan keuntungan maksimal. Pola Penggunaan Lahan dari Von Thunen Semakin jauh dari kota, lahan secara progresif memproduksi barang dengan biaya transportasi murah dibandingkan dengan lainnya. Dengan alasan tersebut terbentuk lingkaran-lingkaran konsentrik di sekililing kota dengan produk pertanian utama tertentu. Setiap lingkaran produk pertanian, sistem pertaniannya akan berubah, dan pada berbagai lingkaran akan ditemukan sistem pertanian yang berbeda. Kesimpulan penting yang dapat diambil dari pengembangan teori Von Thunen adalah: (1) kecenderungan semakin menurunnya keuntungan akibat makin jauhnya lokasi produksi dari pasar, namun terdapat perbedaan laju penurunan (gradien) antar komoditas, dan (2) Jumlah pilihan-pilihan menguntungkan yang semakin menurun dengan bertambahnya jarak ke kota atau pusat pasar.

  1. Teori Lokasi Burges (1925)

Sebuah model skematis yang dikembangkan dalam mengelompokkan aktivitas-aktivitas atas dasar konsentrasi dalam jarak yang berturut-turut dalam kawasan dari pusat ke arah hinterland. Hipotesis Burges menyatakan bahwa zona-zona penggunaan lahan akan menjaga keteraturan, tetapi karena kota tumbuh dan berkembang maka setiap zone harus menyebar dan bergerak keluar, menggeser zona berikutnya dan menciptakan zone transisi penggunaan tanah.[2]

  1. Teori Lokasi Harvey (1996)

Teori pembangunan aksial atau radial, dikembangkan oleh Harvey merupakan sebuah peningkatan dalam memodifikasi zone konsentrasi untuk mengikuti pola topografi. Sungai-sungai yang dapat dilayari menyediakan bentuk paling mudah dari transportasi air, sedangkan desa-desa memfasilitasi konstruksi jalan dan rel. Hal ini berarti biaya transportasi per unit lebih rendah dalam beberapa arah dari yang lainnya. Yang lebih realistik konstruksi jalan dan rel akan menyebabkan zone-zone berbentuk bintang laut, sampai pelosok-pelosok yang meluas sepanjang rute transportasi utama. Jadi meskipun A dan B berbeda jarak dari pusat, mereka akan menggambarkan penggunaan tanah yang sama berdasarkan waktu tempuh yang sama dari pusat.

  1. Teori Lokasi Christaller (1993)

Lokasi pusat (central place) merupakan suatu tempat dimana sejumlah produsen cenderung mengelompok di lokasi tersebut untuk menyediakan barang dan jasa bagi populasi disekitarnya. Lokasi pusat tertata dalam suatu pola yang vertikal maupun horizontal. Kepentingan relative lokasi pusat tergantung pada jumlah dan order barang dan jasa yang disediakan. Cristaller berpendapat bahwa sistem lokasi pusat membentuk suatu hierarki tersebut didasarkan atas prinsip bahwa suatu tempat menyediakan tidak hanya barang dan jasa untuk tingkatannya sendiri tetapi juga semua barang dan jasa lain yang ordernya rendah seperti Model Christaller mencerminkan suatu hubungan tetap antara setiap level dalam hierarki. Sistem lokasi pusat ditentukan secara bertahap sesuai dengan dua prinsip dasar. Pertama, semua hamparan wilayah disuplai barang-barang dari sejumlah pusat-pusat tertentu. Kedua, suatu lokasi pusat dengan range tertentu menyediakan barang dan jasa sesuai dengan rangenya dan semua barang dan jasa dari order yang lebih rendah.

  1. Teori Lokasi Pendekatan Losch

Menurut Losch tidak ada alasan mengapa daerah pasar dikaitkan dengan pusat-pusat produksi dan bersifat kaku seperti yang diungkapkan Christaller. Losch menyadari bahwa model hasil yang dikembangkan kurang efisien dikarenakan sulitnya mengkombinasikan jaringan daerah pasar untuk pembentukkan struktur spasial yang efisien bagi produsen ataupun konsumen. Model pengaturan spasial pusat kota menurut Losch konsisten terhadap unsur dasar organisasi manusia yakni prinsip usaha minimal. Usaha tersebut dilakukan dengan cara memaksimalkan jumlah perusahaan yang beroperasi di dalam pasar serta meminimalkan biaya transportasi secara keseluruhan. Skema hierarki Christaller terdiri dari serangkaian tingkatan distrik dimana satu pusat menghasilkan campuran barang-barang yang sama dengan pusat lain pada tingkatan hierarki yang sama. Skema Losch membiarkan terjadinya spesialisasi produksi di central place sedangkan Christaller tidak demikian, kecuali jika tingkat hierarki dibedakan oleh barang berhierarki spesifik. Ada dua konsekuensi dari model landscape Losch, yakni yang berhubungan dengan pengaturan sektoral pada pergerakan yang berimplikasi terhadap distribusi populasi.[2]

  1. Teori Sistem Lokasi Pusat (Central Place)

Dengan mempertimbangkan keputusan logis individu untuk menjual barang kepada pihak lain, telah dikembangkan logika yang sama untuk memahami hal-hal yang penting dan menarik tentang organisasi spasial lokasi pusat dalam landscape sederhana. Berdasarkan variabel jarak saja dapat dihasilkan jaringan hierarki lokasi pusat yang kompleks di atas isotropic land. Objek dari sistem ini (market areal atau daerah pasar dan rumah tangga yang terdistribusi sama) dihubungkan bersama-sama oleh aliran barang dan penerimaan tunai seperti halnya permintaan dan penawaran yang di hubungkan oleh pertukaran. Kekuatan dinamis sistem ini menyebabkan strukturnya sendiri merupakan proses pertukaran berputar (siklus) dimana input uang ( permintaan) dari koperasi yang tersebar di transformasikan ke dalam output barang-barang dan jasa dari sub sistem produksi individu yang di hasilkan di lokasi pusat. Proses pertukaran ini baik sub sistem produksi individu maupun agregrat tergantung dari ketahanannya. Pertukaran menghasilkan suatu pola spasial karena perbedaan lokasi antara titik permintaan dan penawaran. Dalam pergerakan menuju lokasi pusat untuk mempertukarkan pendapatan dengan barang dan jasa, seorang konsumen harus menghabiskan sumber daya yang langka (uang,watu,fisik, dan energi) untuk mengatasi friksi jarak ini. Pada jarak tertentu dari titik penawaran, pengeluaran menjadi begitu tinggi yang apabila di tambahkan kepada harga yang harus di bayar akan menurunkan permintaan menjadi nol. Pada jarak itulah proses pertukaran berhenti karena tidak adanya permintaan. Kisaran spasial dariproses tersebut beragam tergantung ordernya. Oleh karena itu bentuk dan struktur dari lokasi pusat keseluruhanya tergantung pada keragaman sistematis dari tinggi rendahnya kisaran spasial dari proses pertukaran tersebut. Struktur hierarki yang di bangun dalam pembahasan ini menampilkan kondis kekokohan (steady state) dari sitem lokasi pusat yaitu kondisi keseimbangan dinamis dimana organisasi fungsional dapat mencapai keseimbangan input dan output secara alamiah. Dengan kata lain permintaan penduduk dapat di penuhi secara efisien

  1. Hierarki dan Pergerakan Konsumen ke Lokasi Pusat

Menurut teori lokasi pusat dalam memenuhi kebutuhan barang dan jasa konsumen bergerak menuju pusat terdekat. Begitu juga halnya dengan pergerakan barang. Barang berorder lebih rendah yang dihasilkan oleh sejumlah pusat berorder rendah cenderung bergerak dengan jarak tempuh pendek, sedangkan pergerakan barang berorder lebih tinggi dicirikan dengan jarak yang lebih panjang. Dengan kata lain, jarak yang ditempuh untuk memperoleh barang-barang di lokasi pusat berhubungan langsung dengan order barang. Teori ini dapat diuji dengan membuat peta perilaku konsumen dalam ruang. Untuk setiap jenis barang dibuat garis yang menghubungkan lokasi konsumen dengan lokasi pusat yang disebut sebagai Desire Line (garis keiinginan). Pola perilaku konsumen terhadap barang berorder lebih rendah akan menunjukkan garis Desire line pendek yang terpusat pada tempat-tempat kecil yang banyak jumlahnya. Pola perilaku konsumen terhadap barang yang berorder lebih tinggi akan menunjukkan banyaknya garis (desire line) yang lebih panjang dan mengumpul pada pusat yang lebih besar dan berjumlah sedikit.[3]

Paham kajian wilayah

[sunting | sunting sumber]
  1. Konsep Landschaft menurut Hettner

Landschaft merupakan bagian permukaan bumi yang memberikan gambaran individualitas tersendiri dan meliputi bentuk keadaan alamnya beserta isinya yang terdiri atas:

  • Tumbuh-tumbuhan
  • Hewan
  • Manusia yang menghuninya
  1. Paham ini menjadi dasar bagi kajian wilayah di muka bumi. Hettner memandang bahwa tugas utama geografi ialah membuat pelukisan, deskripsi, kajian wilayah tentang muka bumi, yang meliputi lingkungan fisik, lingkungan manusia, serta gejala dan sifat muka bumi. Dalam menjelaskan kajian wilayah Hettner menggunakan bagan yang dikenal dengan sebutan bagan Hettner yakni urutan unsur-unsur yang harus dipelajari dalam mengkaji wilayah sebagai berikut:
  • Letak
  • Luas
  • Perlikuan horizontal
  • Perilaku vertical
  • Susunan geologi
  • Geomorfologi
  • Keadaan agro geografi
  • Iklim
  • Gejala irigasi
  • Vegetasi
  • Hewan
  • Manusia
  1. Pandangan menurut Vidal de Blache

Vidal (ahli geografi budaya) mengemukakan teori “life style” dalam konsep genre de vie yang berarti gaya hidup dan cara hidup. Dalam mengkaji wilayah-wilayah geografi adalah keragaman genre de vie yang ciri - cirinya ditentukan oleh:

  • Tingkat peradaban.
  • Kemungkinan-kemungkinan alam.
  • Pengaruh keduanya.

Dalam perkembangannya manusia dengan peradabannya memilih dan menentukan corak kehidupan dari kemungkinan-kemungkinan yang disediakan oleh lingkungan alamnya. Bentuk keragaman genre de vie merupakan hasil kegiatan manusia dalam usaha kesejahteraan di muka bumi.[3] Pandangan Vidal ada beberapa faktor yang berpengaruh yakni:

  • Sosial
  • Sejarah
  • Kejiwaan
  • Alam
  1. Pandangan Wilayah menurut Hartshorne

Richard Hartshome dalam bukunya the natural of Geography yang mengkaji wilayah Amerika yang memisahkan antara aspek fisik dan aspek manusia. Dalam perkembangan selanjutnya terjadi pembagian mengenai kajian wilayah yaitu secara umum (regional) dan khusus (topikal). Hartshorne berpendapat bahwa kedua aspek baik fisik maupun sosial tidak dapat dipisahkan karena pemisahan hanya akan menimbulkan ketidakselarasan serta mengacaukan gagasan. Hartshorne berasumsi bahwa studi wilayah (geografi) adalah deferensiasi areal muka bumi atau keanekaragaman bentang alam di muka bumi yang masing-masig memiliki karakteristik yang bisa sama atau berbeda.

Unsur esensial dalam kajian wilayah

[sunting | sunting sumber]
  1. Letak atau lokasi, merupakan unsur terpenting dalam kajian keruangan dimuka bumi (wilayah). Ada dua letak yang sering dipakai, yaitu:
    1. Letak fisik, terdiri atas:
      1. Letak astronomi (absolut), yaitu letak yang mendasarkan kedudukan suatu tempat muka bumi yang bulat menurut garis lintang dan garis bujur. Letak astronomi dasar penentuannya adalah hasil pengamatan posisi suatu tempat terhadap benda langit bintang atau matahari. Letak ini berpengaruh pada kondisi geografis suatu tempat atau wilayah.
      2. Letak geografis (relative), merupakan letak atau kedudukan suatu tempat atau wilayah dalam hubungannya dengan keadaan atau kondisi lingkungan disekitarnya. Letak ini bisa berubah sesuai dengan perubahan kondisi lingkungan sekitar.
  2. Luas wilayah

Luas wilayah yang besar akan memberikan potensi yang besar baik sumber daya alamnya maupun manusianya. Wilayah yang sempit biasanya sumber daya alam dan manusianya juga sedikit. Namun wilayah yang luas juga tidak lepas dari masalah manusianya dalam mengelola sumber daya tersebut. Masalah perbatasan dan keamanan wilayah itu juga semakin kompleks.

  1. Bentuk wilayah dapat dibedakan atas bentuk wilayah kompak, memanjang, menjorok, terpecah, berada didalam wilayah lain dan sebagainya. Bentuk wilayah ini memungkinkan persebaran penduduk serta pola pemukiman penduduk diwilayah tersebut.
  2. Relief adalah bentuk vertikal suatu wilayah yang sangat berpengaruh terhadap iklim, kemiringan, perkembangan wilayah, budaya, dan masih banyak aspek kehidupan yang terpengaruh juga.[3]
  3. Iklim, antara satu wilayah dengan wilayah lain tentu memiliki iklim yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh letak geografis yang berbeda, indonesia merupakan negara dengan iklim tropis yang berakibat pada banyaknya hujan, lebatnya hutan, temperatur kelembapan tinggi, dan masih banyak akibat lain yang ditimbulkannya.
  4. Geologi, mendasarkan pada struktur geologi/lapisan bumi dalam kaitannya dengan keadaan lingkungan secara keseluruhan. Secara geologis, indonesia dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu pegunungan mediterania di barat dan pegunungan sirkum pasifik di timur. Akibatnya indonesia memiliki banyak gunung berapi aktif dan rawan gempa bumi. Kajian wilayah indonesia juga tidak bisa lepas dari negara lain yang turut membawa pengaruh terhadap kondisi geologinya.
  5. Geomorfologi Merupakan bentuk permukaan bumi yang menunjang dalam kajian wilayah yang menentukan kondisi tanah suatu wilayah. Lapisan tanah menentukan subur tidaknya tanah tersebut. Hal ini akan berpengaruh terhadap mata pencaharian penduduk sekitar serta perkembangan perekonomiannya.
  6. Sejarah, latar belakang suatu wilayah menjadi sangat penting ketika pengkajian wilayah. Dari sejarah kita akan tahu bagaimana perkembangan wilayah tersebut dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian akan memudahkan dalam pemecahan suata masalah yang ada atau muncul dalam wilayah tersebut. Pengkajian juga akan semakin baik dengan berkaca pada sejarah dahulu di wilayah tersebut.
  7. Penduduk menjadi hal yang penting dalam suatu wilayah. Karena dengan adanya penduduk wilayah tersebut akan berkembang dan menjadi cikal bakal kehidupan wilayah itu sendiri.
  8. Budaya adalah hasil karya cipta, rasa, dan karsa manusia yang dikembangkan dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Budaya suatu wilayah berkaitan dengan letak wilayah tersebut terhadap wilayah lainnya. Semakin dekat suatu wilayah dengan wilayah lain maka besar kemungkinan adanya akulturasi budaya diantara penduduknya.
  9. Mata pencaharian, kajian suatu wilayah dilakukan berdasarkan kehidupan ekonomi yang dilakukan oleh wilayah tersebut. Hal-hal yang biasanya dikaji meliputi potensi sekitar di wilayah tersebut, sarana dan prasarana, alat komunikasi yang tersedia, latar belakang wilayah, dan sebagainya. Pengkajian berdasarkan mata pencaharian sangat bermanfaat bagi kelanjutan wilayah tersebut nantinya.
  10. Potensi suatu wilayah tergantung pada unsur-unsur yang telah dipaparkan sebelumnya. Antara wilayah satu dengan lainnya memiliki potensi yang berbeda karena sejarahnya juga berbeda, namun letak suatu wilayah menjadikan wilayah tersebut merasa saling membutuhkan satu sama lain sehingga memungkinkan untuk saling berinteraksi.
  11. Permasalahan utama suatu wilayah berbeda. Semakin luas wilayah tersebut akan semakin banyak penduduknya, baik penduduk asli maupun pendatang. Masalah juga semakin kompleks, dari segi sosial budaya maupun pertahanan wilayah itu sendiri.

referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Rustiadi, Renan, dkk:" Perencanaan dan Pengembangan Wilayah ", halaman 65. 2011
  2. ^ a b c Tarigan, Robinson:" Perencanaan Pembangunan Wilayah", halaman 66. 2006
  3. ^ a b c Agus Sudarsono dan Raras G. Rosardi:" Kajian Wilayah.Yogyakarta ", halaman 85. 2015
  • Agus Sudarsono dan Raras G. Rosardi.2015.Kajian Wilayah.Yogyakarta: FIS,UNY
  • Rustiadi, Renan, dkk. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
  • Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

lihat juga

[sunting | sunting sumber]

perencanaan wilayah