Suriansyah dari Banjar: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot melakukan perubahan kosmetika !
Bhaskara (bicara | kontrib)
k bjn
Baris 83: Baris 83:
[[Kategori:Suku Banjar]]
[[Kategori:Suku Banjar]]
[[Kategori:Sultan Banjar]]
[[Kategori:Sultan Banjar]]

[[bjn:Sultan Suriansyah]]

Revisi per 23 November 2010 10.42

Sultan Suriansyah[1]
Sulthan Sjoerian Sjach
Sultan Suryanullah
Surian Allah[1]
Panembahan Batu Habang[1]
Mata Habang
Pangeran Surya Angsa[2]
Pangeran Samudera[3]
Raden Samudera[3]
Pangeran Jaya Samudera[4]
Berkuasa1520-1550
PendahuluPangeran Tumenggung[3]
PenerusSultan Rahmatullah[3]
SultanLihat daftar
WangsaDinasti Banjarmasin
AyahRaden Mantri Alu[3]
IbuPutri Galuh Baranakan[3]
Berkas:Makam Sultan Suriansyah.jpg
Makam Sultan Suriansyah.
Balai Pertemuan yang dinamakan Gedung Sultan Suriansyah di Banjarmasin.

Sultan Suryanullah [5] atau Sultan Suriansyah[6] atau Sultan Suria Angsa[7] adalah Raja Banjarmasih I yang memerintah tahun 1520-1550, dan menjadi raja pertama yang memeluk Islam kemudian bergelar Sultan di Kesultanan Banjar. Setelah mangkat Sultan ini mendapat gelar anumerta Panembahan Batu Habang atau Susuhunan Batu Habang, yang dinamakan berdasarkan warna merah (habang) pada batu yang menutupi makamnya di Komplek Makam Sultan Suriansyah di kecamatan Banjarmasin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Nama kecilnya adalah Raden Samudera kemudian ketika diangkat menjadi Raja di Banjarmasih oleh para patih, namanya menjadi Pangeran Samudera atau Pangeran Jaya Samudera. Kemudian memakai gelar Sultan Suriansyah, dari kata surya (matahari) dan syah (raja) yang disesuaikan dengan gelar dari Raden Putra (Rahadyan Putra) yaitu Suryanata (nata = raja) seorang pendiri dinasti di zaman kerajaan Hindu sebelumnya.

Selain itu gelar lainnya yang dipakai adalah Suryanullah (= matahari Allah), selanjutnya sultan-sultan Banjar berikutnya memakai kata Allah pada nama belakangnya, sedangkan nama belakang syah tidak pernah digunakan lagi oleh penerusnya.

Pada 24 September 1526 bertepatan 6 Zulhijjah 932 H, Pangeran Samudera memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah. Tanggal ini dijadikan Hari Jadi Kota Banjarmasin, sekarang 483 tahun.

Raden Samudera adalah putera dari Puteri Galuh Beranakan (Ratu Intan Sari) yaitu puteri dari Maharaja Sukarama dari Kerajaan Negara Daha. Dan nama bapaknya adalah Raden Mantri Alu, keponakan Maharaja Sukarama.[3] Nama "Suriansyah" sering dipakai sebagai nama anak laki-laki suku Banjar atau orang Melayu-Kalimantan.

Sistem Pemerintahan

Ketika Pangeran Samudera pertama kali mengatur kerajaan terpilih Patih Masih menjabat sebagai mangkubumi yang dibantu oleh 4 orang deputi, yaitu :

  1. Pangiwa dijabat Patih Balit
  2. Panganan dijabat Patih Balitung
  3. Gampiran (Gumpiran) dijabat Patih Kuin
  4. Panumping dijabat Patih Muhur

Dibawah Gampiran dan Panumping terdapat 30 wilayah Mantri (captain). Keempat deputi ini juga berwenang sebagai hakim.

Sesudah lenyapnya Negara Daha, patih tertua, Aria Taranggana dari Negera Daha diangkat sebagai Mangkubumi dengan wewenang :

  1. menangani masalah administrasi negara dari seluruh wilayah negara
  2. menentukan keputusan terakhir terhadap seseorang yang dijatuhi hukuman mati.
  3. menentukan perihal hak penyitaan segala harta benda yang dijatuhi hukuman.

Keempat deputi berwenang juga sebagai jaksa dan hakim, tetapi segala keputusan mereka berdasarkan sebuah kodifikasi hukum yang disebut Kutara (Kutara Manawa?), yang disusun oleh Aria Taranggana ketika menjabat Mangkubumi Kerajaan Negara Daha.

Kementerian :

  • Mantri Bandar (Kiai Palabuhan) mempunyai anak buah 100 (seratus) orang untuk menjalankan kegiatan pemungutan bea cukai pelabuhan.
  • Mantri Tuhabun, dengan gelar pangkatnya : Andakawan (The Captain of The Tuhabun corps) mempunyai anggota 40 orang. Tugasnya untuk melayani raja, para famili raja seperti antara lain sebagai regu pengayuh perahu ketangkasan raja.
  • Singabana, untuk menjaga keamanan terdapat dua orang kepala :
    • Singantaka
    • Singapati.
  • Mantri Besar bertugas sebagai duta kerajaan di daerah ataupun ke luar daerah kerajaan.

Surat Kepada Sultan Demak (Sultan Trenggono)

Datang Patih Balit itu membawa surat Sultan Demak, maka disuruh baca oleh Mangkubumi. Bunyinya:
Salam sembah putra andika pangeran di Banjarmasih sampai kepada Sultan Demak. Putra andika mencatu nugraha tatulung bantu tatayang sampiyan, karena putra andika barabut karajaan lawan patuha itu namanya Pangeran Tumenggung. Tiada dua-dua putra andika mancatu nugraha tatulung bantu tatayang sampiyan. Adapun lamun manang putra andika mangawula kepada andika. Maka persembahan putra andika: intan sapuluh, pekat saribu gulung, tatudung saribu buah, damar batu saribu kindai, jaranang sapuluh pikul, lilin sapuluh pikul.
Demikianlah bunyinya surat itu. Maka sembah Patih Balit: ”Tiada dua-dua yang diharap putra andika nugraha sampiyan itu”. Banyak tiada tersebut. Maka kata Sultan Demak: Mau aku itu membantu lamun anakku Raja Banjarmasih itu masuk Islam. Lamun tiada masuk Islam tidak mau aku bertulung. Patih Balit kembali dahulu berkata demikian, maka kata Patih Balit: ”hinggih”. [3]

Daerah yang Takluk

Daerah-daerah yang takluk pada masa Sultan Suryanullah - Sultan Banjarmasin I disebutkan dalam Hikayat Banjar.
Hikayat Banjar menyebutkan :
Sudah itu maka orang Sebangau, orang Mendawai, orang Sampit, orang Pembuang, orang Kota Waringin, orang Sukadana, orang Lawai, orang Sambas sekaliannya itu dipersalin sama disuruh kembali. Tiap-tiap musim barat sekaliannya negeri itu datang mahanjurkan upetinya, musim timur kembali itu. Dan orang Takisung, orang Tambangan Laut, orang Kintap, orang Asam-Asam, orang Laut-Pulau, orang Pamukan, orang Paser, orang Kutai, orang Berau, orang Karasikan, sekaliannya itu dipersalin, sama disuruh kembali. Tiap-tiap musim timur datang sekaliannya negeri itu mahanjurkan upetinya, musim barat kembali.

Rujukan


Didahului oleh:
Maharaja Tumenggung
Sultan Banjar
1520-1550
Diteruskan oleh:
Rahmatullah


Referensi

  1. ^ a b c Ahmad Basuni; Nur Islam di Kalimantan Selatan: sejarah masuknya Islam di Kalimantan, Penerbit Bina Ilmu, 1986
  2. ^ Karl Helbig, Eine Durchquerung der Insel Borneo (Kalimantan): nach den Tagebüchern aus dem Jahre 1937, D. Reimer, 1982 ISBN 3496001542, 9783496001546
  3. ^ a b c d e f g h (Melayu) Johannes Jacobus Ras, Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor, Malaysia. Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "hikayat banjar" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  4. ^ (Belanda) De tijdspiegel, Jilid 2, K. Fuhri, 1867
  5. ^ (Indonesia) H Purwanta, dkk, Sejarah SMA/MA Kls XI-Bahasa, Grasindo, ISBN 979-759-653-2, 9789797596538
  6. ^ Sejarah daerah Kalimantan Selatan, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978
  7. ^ Martijn Theodoor Houtsma, E.J. Brill's first encyclopaedia of Islam, 1913-1936, Jilid 9