Friedrich I, Kaisar Romawi Suci: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Adesio2010 (bicara | kontrib)
Friedrich I, Kaisar Romawi Suci
Adesio2010 (bicara | kontrib)
Baris 54: Baris 54:


Para sejarahwan menganggapnya sebagai salah satu Kaisar Romawi Suci terhebat dari abad pertengahan. Ia menggabungkan kualitas-kualitas yang membuatnya hampir seperti manusia super di jamannya: panjang umurnya, ambisinya, keterampilannya yang luar biasa di dalam organisasi, ketangkasannya di medan perang serta politiknya yang bagus. Dari sumbangan-sumbangannya untuk masyarakat Eropa Tengah dan budaya termasuk membentuk kembali ''{{lang|la|[[Corpus Juris Civilis]]}}'', atau hukum pemerintahan Romawi, yang mengimbangi kuasa kepausan yang mendominasi negara Jerman sejak penyimpulan [[Kontroversi Penobatan]].
Para sejarahwan menganggapnya sebagai salah satu Kaisar Romawi Suci terhebat dari abad pertengahan. Ia menggabungkan kualitas-kualitas yang membuatnya hampir seperti manusia super di jamannya: panjang umurnya, ambisinya, keterampilannya yang luar biasa di dalam organisasi, ketangkasannya di medan perang serta politiknya yang bagus. Dari sumbangan-sumbangannya untuk masyarakat Eropa Tengah dan budaya termasuk membentuk kembali ''{{lang|la|[[Corpus Juris Civilis]]}}'', atau hukum pemerintahan Romawi, yang mengimbangi kuasa kepausan yang mendominasi negara Jerman sejak penyimpulan [[Kontroversi Penobatan]].

===Tahun-tahun awal===
Friedrich lahir pada tahun 1122. Pada tahun 1147 ia menjadi Adipati wilayah Jerman selatan, Swabia (Herzog von Schwaben), dan tak lama setelah itu, ia melakukan perjalanan pertamanya ke Timur,yang ditemani oleh pamandanya, raja Jerman [[Konrad III dari Jerman|Konrad III]], pada [[Perang Salib Kedua]]. Ekspedisi tersebut menjadi sebuah bencana,<ref>{{harvp|Comyn|1851|p=199}}</ref> namun Friedrich dapat membedakan dirinya dan memenangkan kepercayaan raja sepenuhnya. Ketika Konrad meninggal pada bulan Februari 1152, hanya Friedrich dan [[Keuskupan Bamberg|uskup-raja Bamberg]] yang menjadi saksi kematiannya. Keduanya menegaskan setelah itu bahwa Konrad menyerahkan lambang kerajaan untuk Friedrich dan menunjukkan bahwa ia memilih Friedrich daripada putra Konrad yang hanya berusia enam tahun, calon [[Friedrich IV dari Swabia]], menggantikannya sebagai raja.<ref name="Comyn, pg. 200">{{harvp|Comyn|1851|p=200}}</ref> Friedrich dengan penuh semangat mengejar mahkota dan di [[Frankfurt]] pada tanggal 4 Maret 1152 [[Raja-pemilih]] kerajaan menunjuknya sebagai raja Jerman yang berikutnya.<ref name="Comyn, pg. 200"/> Ia domahkotai sebagai [[Raja Romawi]] di [[Aachen]] bebeapa hari kemudian, pada tanggal 9 Maret 1152.<ref>{{harvp|Le Goff|2000|p=266}}</ref> Ayahanda Friedrich berasal dari [[Wangsa Hohenstaufen]], dan ibundanya dari [[Wangsa Guelf]], dua wangsa yang paling berkuasa di Jerman. Wangsa Hohenstaufen sering disebut [[Guelf dan Ghibellin|Ghibellin]], yang diambil dari Italianisasi kastil [[Waiblingen]], kedudukan keluarga di Swabia; Wangsa Welf, di dalam Italianisasi disebut [[Wangsa Guelf]].<ref>{{harvp|Dahmus|1969|pp=300–302}}</ref>

Pemerintahan [[Heinrich IV, Kaisar Romai Suci|Heinrich IV]] dan [[Heinrich V, Kaisar Romai Suci|Heinrich V]] membuat status kekaisaran Jerman berantakan, wewenangnya sangat berkurang di bawah [[Kontroversi Penobatan]]. Selama seperempat abad setelah kematian Heinrich V pada tahun 1125, monarki Jerman sebagian besar hanya gelar nominal tanpa kekuasaan apapun.<ref>{{harvp|Bryce|1913|p=166}}</ref> Raja dipilih oleh para pangeran, tidak diberi sumber di luar wilayah mereka, dan ia dicegah untuk bertindak dengan wewenang yang sesungguhnya. Gelar kerajaan selanjutnya diteruskan dari satu keluarga ke yang lainnya untuk menghalangi perkembangan kepentingan wangsa di mahkota Jerman. Ketika Friedrich I dari Hohenstaufen terpilih seagai raja pada tahun 1152, kekuasaan raja telah ditunda secara efektif selama lebih dari dua puluh lima tahun, dan untuk maju ke tingkat yang cukup lebih dari delapan puluh tahun. Satu-satunya tuntutan nyata atas kekayaan di kota-kota Italia utara, yang masih berada di dalam kendali raja Jerman.<ref>{{harvp|Cantor|1969|pp=302–303}}</ref> Garis Salier punah dengan kematian Heinrich V pada tahun 1125. Pangeran-pangeran Jerman menolak untuk memberkan mahkota kepada keponakannya, adipati Swabia, yang khawatir ia akan mencoba untuk mendapatkan kembali kekuasaan kekaisaran yang dipegang oleh Heinrich V. Sebaliknya mereka memilih [[Lothar II, Kaisar Romawi Suci|Lothar III]] (1125–1137), yang terlihat di dalam sengketa yang berlangsung lama dengan Wangsa Hohenstaufen, dan yang menikah ke dalam Wangsa Guelf. Salah satu dari anggota Wangsa Hohenstaufen naik takhta sebagai [[Konrad III dari Jerman]] (1137–1152). Ketika Friedrich Barbarossa menggantikan pamandanya pada tahun 1152, tampaknya terdapat prospek yang sangat baik untuk mengakhiri permusuhan, karena ia juga berasal dari Guelf dari pihak ibundanya.<ref name="Comyn, pg. 200"/> Adipati Sachsen Welf, [[Heinrich der Löwe]], tidak begitu senang, namun tetap menjadi musuh bebuyutan monarki Hohenstaufen. Barbarossa memiliki kadipaten-kadipaten Swabia dan Franconia, kekuatan kepribadiannya sendiri, dan sangat sedikit dari yang lainnya untuk membangun sebuah kerajaan.<ref name="harvp|Cantor|1969|pp=428–429">{{harvp|Cantor|1969|pp=428–429}}</ref>

Jerman yang ingin disatukan oleh Friedrich adalah sebuah tambal sulam yang masing-masing lebih dari 1600 negara, yang memiliki pangerannya sendiri-sendiri. Beberapa dari wilayah tersebut besar seperti Bayern dan Sachsen. Banyak yang terlalu kecil untuk ditunjukkan di dalam peta.<ref>{{harvp|Dahmus|1969|p=359}}</ref> Gelar-gelar yang diberikan kepada raja Jerman adalah "Caesar", "Augustus", dan "Kaisar Romawi". Pada saat Friedrich akan mengambil gelar-gelar tersebut, mereka tidak lebih dari sebuah slogan propaganda dengan sedikit makna lainnya.<ref>{{harvp|Brown|1972}}</ref> Friedrich adalah seorang pragmatis yang berurusan dengan pangeran-pangeran dengan mencari kepentingan bersama. Tidak seperti [[Henry II dari Inggris]], Friedrich tidak berusaha mengakhiri feodalisme abad pertengahan, melainkan mencoba untuk megembalikannya, meskipun berada di luar kemampuannya. Para pemain besar di dalam perang sipil Jerman yang menjadi Paus, Kaisar, Ghibellin dan Guelf, namuntidak ada satupun dari ini yang muncul sebagai pemenangnya.<ref>{{harvp|Davis|1957|pp=318–319}}</ref>


==Lihat pula==
==Lihat pula==

Revisi per 30 Desember 2016 17.04

Friedrich Barbarossa
Sebuah patung emas Friedrich I, yang diberikan kepada ayah angkatnya Comte Otto dari Cappenberg pada tahun 1171. Patung tersebut digunakan sebagai relik di Biara Cappenberg dan konon di dalam akta hadiah dibuat sama "seperti rupa kaisar".
Kaisar Romawi Suci
Berkuasa2 Januari 1155 – 10 Juni 1190
Penobatan18 Juni 1155, Roma
PendahuluLothar III
PenerusHeinrich VI
Raja Italia
Berkuasa1155–1190
Penobatanskt. 1155, Pavia
PendahuluKonrad III
PenerusHeinrich VI
Raja Jerman
resminya Raja Romawi
Berkuasa1152–1190
Penobatan9 Maret 1152, Aachen
PendahuluKonrad III
PenerusHeinrich VI
Raja Bourgogne
Berkuasa1152–1190
Penobatan30 Juni 1178, Arles
Informasi pribadi
Kelahiran1122
Kematian10 Juni 1190 – 1122; umur -69–-68 tahun
Sungai Saleph, Armenia Kilikia
Pemakaman
WangsaWangsa Hohenstaufen
AyahFriedrich II dari Swabia
IbuJudith dari Bayern
Pasangan
Anak
more...
AgamaKatolik Roma

Friedrich I (1122 – 10 Juni 1190), juga dikenal sebagai Friedrich Barbarossa, merupakan seorang Kaisar Romawi Suci dari tahun 1155 sampai kematiannya. Ia terpilih sebagai Raja Jerman di Frankfurt pada tanggal 4 Maret 1152 dan dimahkotai di Aachen pada tanggal 9 Maret 1152. Ia menjadi Raja Italia pada tahun 1155 dan dimahkotai sebagai Raja Romawi oleh Paus Adrianus IV pada tanggal 18 Juni 1155. Dua tahun kemudian, istilah sacrum ("suci") pertama kali muncul di dalam dokumen yang berhubungan dengan Kekaisarannya.[1] Ia kemudian secara resmi dimahkotai sebagai Raja Borgogne, di Arles pada tanggal 30 Juni 1178. Ia mendapat julukan Barbarossa dari kota-kota Italia utara yang ingin dikuasainya: Barbarossa berarti "berjenggot merah" di dalam Bahasa Italia;[2] di Jerman, ia dikenal sebagai (Bahasa Jerman: Kaiser Rotbart), yang memiliki arti yang serupa.

Sebelum pemilihan kekaisaran, Friedrich adalah ahli waris gelar Adipati Swabia (1147–1152, sebagai Friedrich III). Ia adalah putra Adipati Friedrich II dari Wangsa Hohenstaufen dan Judith, putri Heinrich IX dari Bayern, dari saingannya, Wangsa Guelf. Oleh karena itu, Friedrich adalah keturunan dari dua keluarga terkemuka di Jerman, yang membuatnya terpilih sebagai Raja-pemilih Kekaisaran.

Para sejarahwan menganggapnya sebagai salah satu Kaisar Romawi Suci terhebat dari abad pertengahan. Ia menggabungkan kualitas-kualitas yang membuatnya hampir seperti manusia super di jamannya: panjang umurnya, ambisinya, keterampilannya yang luar biasa di dalam organisasi, ketangkasannya di medan perang serta politiknya yang bagus. Dari sumbangan-sumbangannya untuk masyarakat Eropa Tengah dan budaya termasuk membentuk kembali Corpus Juris Civilis, atau hukum pemerintahan Romawi, yang mengimbangi kuasa kepausan yang mendominasi negara Jerman sejak penyimpulan Kontroversi Penobatan.

Tahun-tahun awal

Friedrich lahir pada tahun 1122. Pada tahun 1147 ia menjadi Adipati wilayah Jerman selatan, Swabia (Herzog von Schwaben), dan tak lama setelah itu, ia melakukan perjalanan pertamanya ke Timur,yang ditemani oleh pamandanya, raja Jerman Konrad III, pada Perang Salib Kedua. Ekspedisi tersebut menjadi sebuah bencana,[3] namun Friedrich dapat membedakan dirinya dan memenangkan kepercayaan raja sepenuhnya. Ketika Konrad meninggal pada bulan Februari 1152, hanya Friedrich dan uskup-raja Bamberg yang menjadi saksi kematiannya. Keduanya menegaskan setelah itu bahwa Konrad menyerahkan lambang kerajaan untuk Friedrich dan menunjukkan bahwa ia memilih Friedrich daripada putra Konrad yang hanya berusia enam tahun, calon Friedrich IV dari Swabia, menggantikannya sebagai raja.[4] Friedrich dengan penuh semangat mengejar mahkota dan di Frankfurt pada tanggal 4 Maret 1152 Raja-pemilih kerajaan menunjuknya sebagai raja Jerman yang berikutnya.[4] Ia domahkotai sebagai Raja Romawi di Aachen bebeapa hari kemudian, pada tanggal 9 Maret 1152.[5] Ayahanda Friedrich berasal dari Wangsa Hohenstaufen, dan ibundanya dari Wangsa Guelf, dua wangsa yang paling berkuasa di Jerman. Wangsa Hohenstaufen sering disebut Ghibellin, yang diambil dari Italianisasi kastil Waiblingen, kedudukan keluarga di Swabia; Wangsa Welf, di dalam Italianisasi disebut Wangsa Guelf.[6]

Pemerintahan Heinrich IV dan Heinrich V membuat status kekaisaran Jerman berantakan, wewenangnya sangat berkurang di bawah Kontroversi Penobatan. Selama seperempat abad setelah kematian Heinrich V pada tahun 1125, monarki Jerman sebagian besar hanya gelar nominal tanpa kekuasaan apapun.[7] Raja dipilih oleh para pangeran, tidak diberi sumber di luar wilayah mereka, dan ia dicegah untuk bertindak dengan wewenang yang sesungguhnya. Gelar kerajaan selanjutnya diteruskan dari satu keluarga ke yang lainnya untuk menghalangi perkembangan kepentingan wangsa di mahkota Jerman. Ketika Friedrich I dari Hohenstaufen terpilih seagai raja pada tahun 1152, kekuasaan raja telah ditunda secara efektif selama lebih dari dua puluh lima tahun, dan untuk maju ke tingkat yang cukup lebih dari delapan puluh tahun. Satu-satunya tuntutan nyata atas kekayaan di kota-kota Italia utara, yang masih berada di dalam kendali raja Jerman.[8] Garis Salier punah dengan kematian Heinrich V pada tahun 1125. Pangeran-pangeran Jerman menolak untuk memberkan mahkota kepada keponakannya, adipati Swabia, yang khawatir ia akan mencoba untuk mendapatkan kembali kekuasaan kekaisaran yang dipegang oleh Heinrich V. Sebaliknya mereka memilih Lothar III (1125–1137), yang terlihat di dalam sengketa yang berlangsung lama dengan Wangsa Hohenstaufen, dan yang menikah ke dalam Wangsa Guelf. Salah satu dari anggota Wangsa Hohenstaufen naik takhta sebagai Konrad III dari Jerman (1137–1152). Ketika Friedrich Barbarossa menggantikan pamandanya pada tahun 1152, tampaknya terdapat prospek yang sangat baik untuk mengakhiri permusuhan, karena ia juga berasal dari Guelf dari pihak ibundanya.[4] Adipati Sachsen Welf, Heinrich der Löwe, tidak begitu senang, namun tetap menjadi musuh bebuyutan monarki Hohenstaufen. Barbarossa memiliki kadipaten-kadipaten Swabia dan Franconia, kekuatan kepribadiannya sendiri, dan sangat sedikit dari yang lainnya untuk membangun sebuah kerajaan.[9]

Jerman yang ingin disatukan oleh Friedrich adalah sebuah tambal sulam yang masing-masing lebih dari 1600 negara, yang memiliki pangerannya sendiri-sendiri. Beberapa dari wilayah tersebut besar seperti Bayern dan Sachsen. Banyak yang terlalu kecil untuk ditunjukkan di dalam peta.[10] Gelar-gelar yang diberikan kepada raja Jerman adalah "Caesar", "Augustus", dan "Kaisar Romawi". Pada saat Friedrich akan mengambil gelar-gelar tersebut, mereka tidak lebih dari sebuah slogan propaganda dengan sedikit makna lainnya.[11] Friedrich adalah seorang pragmatis yang berurusan dengan pangeran-pangeran dengan mencari kepentingan bersama. Tidak seperti Henry II dari Inggris, Friedrich tidak berusaha mengakhiri feodalisme abad pertengahan, melainkan mencoba untuk megembalikannya, meskipun berada di luar kemampuannya. Para pemain besar di dalam perang sipil Jerman yang menjadi Paus, Kaisar, Ghibellin dan Guelf, namuntidak ada satupun dari ini yang muncul sebagai pemenangnya.[12]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Peter Moraw, Heiliges Reich, in: Lexikon des Mittelalters, Munich & Zurich: Artemis 1977–1999, vol. 4, pp. 2025–28.
  2. ^ Canduci (2010), hlm. 263
  3. ^ Comyn (1851), hlm. 199
  4. ^ a b c Comyn (1851), hlm. 200
  5. ^ Le Goff (2000), hlm. 266
  6. ^ Dahmus (1969), hlm. 300–302
  7. ^ Bryce (1913), hlm. 166
  8. ^ Cantor (1969), hlm. 302–303
  9. ^ Cantor (1969), hlm. 428–429
  10. ^ Dahmus (1969), hlm. 359
  11. ^ Brown (1972)
  12. ^ Davis (1957), hlm. 318–319
  13. ^ Kershaw (2001), hlm. 335

Sumber pertama

Sumber kedua

  • Brady, Charles Townsend (1901). Hohenzollern; a Story of the Time of Frederick Barbarossa. New York: The Century Co. 
  • Brown, R. A. (1972). The Origins of Modern Europe. Boydell Press. 
  • Bryce, James (1913). The Holy Roman Empire. MacMillan. 
  • Canduci, Alexander (2010). Triumph & Tragedy: The Rise and Fall of Rome's Immortal Emperors. Pier 9. ISBN 978-1-74196-598-8. 
  • Cantor, N. F. (1969). Medieval History. Macmillan and Company. 
  • Comyn, Robert (1851). History of the Western Empire, from its Restoration by Charlemagne to the Accession of Charles V. I. 
  • Crowley, John William (2006). Little, Big. New York: Perennial. ISBN 978-0-06-112005-3. 
  • Dahmus, J. (1969). The Middle Ages, A Popular History. Garden City, NY: Doubleday. 
  • Davis, R. H. C. (1957). A History of Medieval Europe. Longmans. 
  • Falco, G. (1964). The Holy Roman Republic. New York: Barnes and Co. 
  • Freed, John (2016). Frederick Barbarossa: The Prince and the Myth. New Haven, CT: Yale University Press. ISBN 978-0-300-122763. 
  • Jarausch, K. H. (1997). After Unity; Reconfiguring German Identities. New York: Berghahn Books. ISBN 1-57181-041-2. 
  • Kershaw, Ian (2001). Hitler, 1936–45: Nemesis. Penguin. 
  • Le Goff, J. (2000). Medieval Civilization, 400–1500. New York: Barnes and Noble. 
  • Leyser, Karl J. (1988). Frederick Barbarossa and the Hohenstaufen Polity. University of California Press. 
  • Munz, Peter (1969). Frederick Barbarossa: a Study in Medieval Politics. Ithaca and London: Cornell University Press. 
  • Novobatzky, Peter; Shea, Ammon (2001). Depraved and Insulting English. Orlando: Harcourt. 
  • Walford, Edward; Cox, John Charles; Apperson, George Latimer (1885). "Digit folklore, part II". The Antiquary. XI: 119–123. 

Pranala luar

Friedrich I, Kaisar Romawi Suci
Lahir: 1122 Meninggal: 1190
Gelar
Didahului oleh:
Konrad III
Raja Jerman
resminya Raja Romawi

1152–1190
Diteruskan oleh:
Heinrich VI
Raja Italia
1155–1190
Didahului oleh:
Lothar III
Raja Arles
1152–1190
Kaisar Romawi Suci
1155–1190
Didahului oleh:
Friedrich II
Adipati Swabia
1147–1152
Diteruskan oleh:
Friedrich IV
Didahului oleh:
Béatrice I
Comte Palatinus Bourgogne
1156–1190
bersama dengan Béatrice I
Diteruskan oleh:
Otto I