Disfungsi ereksi
| Disfungsi ereksi | |
|---|---|
| Ilustrasi penampang melintang penis yang lembek | |
| Informasi umum | |
| Nama lain | Impotensi |
| Spesialisasi | Urologi |
Disfungsi ereksi (bahasa Inggris: erectile dysfunction) atau impotensi (bahasa Belanda: impotentie), kadang disebut sebagai lemah syahwat, mati pucuk, atau lemah zakar, adalah salah satu bentuk gangguan seksual pada laki-laki yang ditandai dengan kesulitan yang terus-menerus atau berulang untuk mencapai atau mempertahankan ereksi dengan kekerasan dan durasi yang cukup untuk melakukan hubungan seksual secara memuaskan. Ini merupakan masalah seksual paling umum pada laki-laki, dan sering menimbulkan beban psikologis karena memengaruhi citra diri serta hubungan intim.
Sebagian besar kasus disfungsi ereksi disebabkan oleh faktor risiko fisik. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi masalah pembuluh darah, saraf, kondisi lokal pada penis, hormon, serta pengaruh obat-obatan. Beberapa hal yang sering menjadi pemicu antara lain penuaan, penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, tekanan darah tinggi, kegemukan, kadar lemak darah yang tidak normal, rendahnya kadar hormon kelamin, kebiasaan merokok, depresi, dan penggunaan obat tertentu. Sekitar 10% kasus berhubungan dengan faktor psikologis dan sosial, seperti depresi, stres, serta masalah dalam hubungan.[1]
Istilah disfungsi ereksi tidak mencakup gangguan lain yang berkaitan dengan ereksi, misalnya priapisme (ereksi berkepanjangan yang menyakitkan).
Penanganan disfungsi ereksi umumnya berfokus pada penyebab dasarnya, perubahan gaya hidup, dan mengatasi persoalan psikologis. Dalam banyak kasus, terapi obat digunakan, khususnya golongan penghambat PDE5 seperti sildenafil. Obat ini bekerja dengan melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah ke jaringan spons penis meningkat, mirip dengan membuka katup lebih lebar agar air mengalir deras dalam selang pemadam. Cara lain yang lebih jarang digunakan antara lain pelet prostaglandin yang dimasukkan ke dalam saluran kencing, suntikan obat pelemas otot dan pelebar pembuluh langsung ke penis, pemasangan implan penis, penggunaan pompa vakum, serta operasi pembuluh darah.[2]
Disfungsi ereksi dilaporkan dialami sekitar 18% laki-laki berusia 50–59 tahun, dan meningkat hingga 37% pada usia 70–75 tahun.
Penyebab
[sunting | sunting sumber]Impotensi biasanya merupakan akibat dari:
- Kelainan pembuluh darah
- Kelainan persyarafan
- Obat-obatan
- Kelainan pada penis
- Masalah psikis yang memengaruhi gairah seksual.
Penyebab yang bersifat fisik lebih banyak ditemukan pada pria lanjut usia, sedangkan masalah psikis lebih sering terjadi pada pria yang lebih muda. Semakin bertambah umur seorang pria, maka impotensi semakin sering terjadi, meskipun impotensi bukan merupakan bagian dari proses penuaan tetapi merupakan akibat dari penyakit yang sering ditemukan pada usia lanjut. Sekitar 50% pria berusia 65 tahun dan 75% pria berusia 80 tahun mengalami impotensi.
Agar bisa tegak, penis memerlukan aliran darah yang cukup. Karena itu penyakit pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) bisa menyebabkan impotensi. Impotensi juga bisa terjadi akibat adanya bekuan darah atau akibat pembedahan pembuluh darah yang menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke penis.
Kerusakan saraf yang menuju dan meninggalkan penis juga bisa menyebabkan impotensi. Kerusakan saraf ini bisa terjadi akibat:
- Cedera akibat diabetes melitus
- Sklerosis multiple
- Stroke
- Obat-obatan
- Alkohol
- Penyakit tulang belakang bagian bawah
- Pembedahan rektum atau prostat.
Sekitar 25% kasus impotensi disebabkan oleh obat-obatan (terutama pada pria usia lanjut yang banyak mengonsumsi obat-obatan).
Obat-obat yang bisa menyebabkan impotensi adalah:
Kadang impotensi terjadi akibat rendahnya kadar hormon testosteron. Namun, penurunan kadar hormon pria (yang cenderung terjadi akibat proses penuaan), biasanya lebih sering menyebabkan penurunan gairah seksual (libido).
Beberapa faktor psikis yang bisa menyebabkan impotensi:
- Depresi
- Kecemasan
- Perasaan bersalah
- Perasaan takut akan keintiman
- Kebimbangan tentang jenis kelamin.
Gejala: Penderita tidak mampu memulai dan mempertahankan ereksi.
Faktor yang menyebabkan kenapa banyak kasus disfungsi ereksi tidak terdeteksi adalah karena adanya beberapa persepsi yang salah dari kaum pria mengenai disfungsi ereksi itu sendiri, seperti:
- Disfungsi ereksi terjadi karena masalah psikologis saja.
- Dengan bertambahnya usia, maka wajar saja bila mengalami disfungsi ereksi.
- Disfungsi ereksi adalah masalah pribadi, jadi sebaiknya jangan diceritakan ke orang luar termasuk dokter.
- Hal-hal yang menyangkut masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan.
- Adanya penghalang dari segi psikologis yaitu rasa malu untuk mencari pertolongan.
- Adanya penghalang dari segi sosial-budaya yaitu lebih memercayai bentuk pengobatan mistis untuk menangani masalah disfungsi ereksi.
Diagnosis
[sunting | sunting sumber]Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari adanya perubahan ciri seksual pria, misalnya payudara, testis dan ukuran penis, serta perubahan pada rambut, suara maupun kulit.
Untuk membedakan penyebab fisik atau psikis, dapat dilihat dari ereksi tidur yang biasanya dijumpai pula saat bangun pagi/morning erection. jika saat penderita masih mengalami morning erction, berarti impotensinya disebabkan oleh masalah psikis dan sebaliknya, jika penderita tidak mengalami morning erection maka penyebab impotensinya adalah masalah fisik.
Untuk mengetahui adanya kelainan pada arteri di panggul dan selangkangan (yang memasok darah ke penis), dilakukan pengukuran tekanan darah di tungkai.
Pemeriksaan lainnya yang mungkin perlu dilakukan:
- Pemeriksaan darah lengkap
- Pemeriksaan gula darah untuk diabetes
- Pemeriksaan kadar TSH
- USG penis.
Pengobatan
[sunting | sunting sumber]Nutrisi yang dibutuhkan: Calcium I, Zinc, Cordyceps, Beneficial dan Vitality
Impotensi biasanya bisa diobati tanpa pembedahan dan jenis pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Latihan khusus dilakukan oleh penderita impotensi akibat masalah psikis, yaitu yang disebut Teknik pemusatan sensasi 3 tahap.
Teknik ini mendorong hubungan intim dan kehangatan emosional, yang lebih menitikberatkan kepada membangun sebuah hubungan:
- Tahap I: Bercumbu, pasangan berkonsentrasi untuk menyenangkan satu sama lain tanpa menyentuh daerah kemaluan.
- Tahap II: Pasangan mulai menyentuh daerah kemaluan atau daerah erotis lainnya, tetapi belum melakukan hubungan badan.
- Tahap III: Melakukan hubungan badan.
Masing-masing mencapai kenyamanan pada setiap tahap keintiman sebelum berlanjut ke tahap selanjutnya. Jika teknik tersebut tidak berhasil, mungkin penderita perlu menjalani psikoterapi atau terapi perilaku seksual. Jika penderita mengalami depresi, bisa diberikan obat anti depresi.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Rosen, RC; Khera, M (2023). "Epidemiology and etiologies of male sexual dysfunction". Dalam O'Leary, MP; Cummingham, GR (ed.). UpToDate. Post, TW. Waltham, MA: UpToDate.
- ^ Montague DK, Jarow JP, Broderick GA, Dmochowski RR, Heaton JP, Lue TF, Milbank AJ, Nehra A, Sharlip ID (July 2005). Smith J Jr (ed.). "Chapter 1: The management of erectile dysfunction: an AUA update". The Journal of Urology. 174 (1). Elsevier: 230–39. doi:10.1097/01.ju.0000164463.19239.19. ISSN 1527-3792. PMID 15947645. S2CID 1761196.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Inggris) Erectile Dysfunction at MedicineNet
- (Inggris) Enzyte investigation reported on CBS-TV news site
- (Inggris) Useful and comprehensive article on ED and treatment options with accurate and mainly neutral content with a higher level of detail than contained in this article. Diarsipkan 2006-07-25 di Wayback Machine.
- (Inggris) SexHealthMatters.org, managed by the Sexual Medicine Society of North America has been created to educate patients in the matters of sexual dysfunction, namely ED (Erectile Dysfunction).
- Disfungsi ereksi di Curlie (dari DMOZ)