Hubungan Afrika Selatan dengan Jerman

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hubungan Jerman - Afrika Selatan
Peta memperlihatkan lokasiGermany and South Africa

Jerman

Afrika Selatan

Hubungan Jerman dengan Afrika Selatan merujuk pada hubungan bilateral antara Jerman dan Afrika Selatan. Hubungan diplomatik telah berlangsung sejak 1994. Hal itu bermula dari kunjungan mantan presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela dan Thabo Mbeki ke Jerman dan juga kunjungan mantan kanselir Helmut Josef Michael Kohl serta mantan presiden federal yakni Roman Herzog dan Johannes Rau ke Afrika Selatan.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Pertemuan antara Jerman dan Afrika Selatan telah berlangsung pada masa Perang Dunia I, tepatnya saat Afrika Barat Daya Jerman masih berdiri. Afrika Barat Daya Jerman sendiri merupakan koloni kekaisaran Jerman yang ada pada 1884 hingga 1915. Sejak itu Afrika Selatan dan Jerman mengalami sejarah perjalanan panjang hingga akhirnya menjalin hubungan diplomatik dari 1994 sampai sekarang.

Masa Perang Dunia I[sunting | sunting sumber]

Afrika Barat Daya Jerman

Pada 10 Agustus 1914 Afrika Selatan melalui Uni Afrika Selatan setuju untuk menginvasi Afrika Barat Daya Jerman atas permintaan pemerintahan Inggris. Beberapa tempat umum seperti Pelabuhan Luderitzbuch, Pelabuhan Swakopmund, Stasiun Nirkabel Windhoek, Stasiun Swakopmund dan Stasiun Lüderitzbucht menjadi sasaran utama. Pemikiran Perdana Menteri Afrika Selatan saat itu, yakni Louis Botha dan sahabatnya, Jan Smuts untuk menguasai daerah lain dan menggabungkan wilayah Afrika Barat Daya Jerman menjadi bagian dari Uni Afrika Selatan merupakan cikal bakal dari rencana ini. Sejak itu Afrika Selatan menyatakan perang terhadap Afrika Barat Daya Jerman.[2]

Kendati Afrika Selatan setuju untuk berperang menghancurkan Afrika Barat Daya Jerman, tidak berarti semua orang menyetujuinya. Pada 15 September 1914 Brigadir Jenderal Frederick Beyers beserta sejumlah orang lainnya kontra atas keputusan Afrika Selatan dalam menginvasi Afrika Barat Daya Jerman. Mereka mengatakan bahwa invasi tidak perlu dilakukan karena Jerman telah aktif membantu mereka selama Perang Anglo-Boer kedua yang berlangsung pada 1899-1902. Mereka pun melayangkan protes namun usaha mereka sia-sia. Sejak 16 September 1914, Afrika Selatan mulai melakukan serangan dan hal itu berdampak pada keadaan di Afrika Barat Daya Jerman.[3][4]

Dengan melibatkan 50.000 orang, Afrika Selatan berhasil menaklukkan Afrika Barat Daya Jerman selama beberapa bulan. Puncaknya terjadi ketika Jerman menyerah pada 9 Juli 1915. Sejak itu Afrika Barat Daya Jerman bubar dan 16 hari kemudian Afrika Barat Daya Jerman resmi menjadi wilayah Afrika Selatan.[5]

Masa Perang Dunia II[sunting | sunting sumber]

Berkas:Swastika nazi.svg
Nazi Jerman

Pada saat Perang Dunia II berlangsung, Afrika Selatan memosisikan diri berada di pihak sekutu. Itu artinya, Afrika Selatan kontra terhadap Nazi Jerman dan anggota Axis lainnya. Hal ini menimbulkan beragam respon. Salah satunya adalah banyak penduduk Afrika Selatan, terutama Ossewabrandwag (OB) atau kelompok anti-Inggris dan pro-Jerman di Afrika Selatan yang merasa keberatan dan memilih netral kecuali jika Afrika Selatan berpihak pada Jerman.[6] Akibatnya, banyak anggota OB yang menolak untuk mendaftar sebagai Pasukan Afrika Selatan. Sikap kontra ini kemudian berdampak pada terjadinya kerusuhan di Johannesburg pada 1 Februari 1941 yang menyebabkan 140 orang tentara mengalami luka-luka.[7]

Masa Holocaust[sunting | sunting sumber]

Saat pemerintahan Nazi memberlakukan holocaust, banyak warga Yahudi Jerman menyelamatkan diri. Salah satunya adalah dengan melakukan imigrasi ke Afrika Selatan. Dari Oktober 1936 hingga awal tahun 1937, tercatat ada sekitar 3.500 warga Yahudi Jerman yang melakukannya. Hal ini menimbulkan pro dan kontra. Beberapa tokoh di Afrika Selatan seperti Hendrik Verwoerd dan Daniel Malan yang di kemudian hari menjabat sebagai Perdana Menteri Afrika Selatan menentang kedatangan warga Yahudi Jerman ke negara mereka. David Malan bahkan berpendapat bahwa kedatangan umat Yahudi dari Jerman dalam jumlah banyak berpotensi membangkitkan masalah. Kondisi itu menyebabkan[8]

Gua Cango, Afrika Selatan

Perbandingan Negara[sunting | sunting sumber]

Berlin

Dalam menjalin hubungan bilateral, terdapat perbedaan di antara kedua negara. Berikut adalah sejumlah perbedaannya:

Jerman Jerman[9] Afrika Selatan Afrika Selatan[10]
Populasi 82.175.684 (per 31 Desember 2015) 54.002.000
Luas Negara 357.375 km2 1.219.090 km²
Ibu kota Berlin Pretoria (eksekutif) Bloemfontein (yudikatif) Cape Town (legislatif)
Kota Terbesar Berlin Johannesburg
Lagu Kebangsaan Deutschlandslied Nkosi Sikelel' iAfrika' (Tuhan Memberkati Afrika)
Mata Uang Euro Rand
Sistem Pemerintahan Federal Republik sistem campuran
Bahasa Resmi Bahasa Jerman Bahasa Inggris, Bahasa Afrikaans, Bahasa Xhosa, Bahasa Zulu,

Bahasa Sesotho, Bahasa Tswana, Bahasa Sepedi, Bahasa Venda,

Bahasa Tsonga, Bahasa Swati dan Bahasa Ndebele Selatan

Kunjungan Negara[sunting | sunting sumber]

Kunjungan Jerman[sunting | sunting sumber]

Sejarah mencatat bahwa telah terjadi beberapa kunjungan kenegaraan ke Afrika Selatan yang dilakukan oleh para pemimpin Jerman. Presiden Roman Herzog telah berkunjung ke Afrika Selatan selama beberapa kali, yakni pada 1994 dan 1998. Dalam kunjungan lima harinya ke Afrika Selatan pada Maret 1998 Herzog menyampaikan tentang rencana Jerman untuk melakukan investasi di Afrika Selatan lebih banyak.[11][12]

Kanselir Angela Merkel mendatangi Afrika Selatan pertama kali pada Oktober 2007 dalam kunjungan sub-sahara Afrika dan bertemu dengan Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki di sana. Dominic Johnson, editor koran taz Jerman dan pakar Afrika menjelaskan bahwa maksud Angela berkunjung ke Afrika Selatan adalah dalam rangka memperkuat hubungan mitra perdagangan antara Jerman dengan Afrika Selatan. Afrika Selatan juga dipilih sebagai kunjungan Merkel karena negara tersebut memegang peranan penting terutama sejak terpilih sebagai tuan rumah pada perhelatan Piala Dunia 2010.[13]

Kunjungan negara dari Jerman ke Afrika Selatan juga dilakukan oleh Guido Westerwelle, Menteri Luar Negeri Jerman pada 2010. Kedatangannya ke Afrika Selatan adalah dalam rangka kerja sama di bidang ekonomi. Melalui kunjungan tersebut, pemerintah Jerman akan mengeluarkan dana untuk perkembangan ekonomi di Afrika Selatan sebesar 112 juta euro (atau setara dengan $151 saat itu) selama dua tahun dari 2010 hingga 2012.[14] Pada 2014 kunjungan oleh Menteri Luar Negeri ke Afrika Selatan juga dilakukan lagi untuk membahas masalah ekonomi. Bedanya, pada 2014 jabatan menteri luar negeri telah dipegang oleh Frank-Walter Steinmeier.[15]

Kunjungan Afrika Selatan[sunting | sunting sumber]

Beberapa pemimpin Afrika Selatan tercatat telah beberapa kali melakukan kunjungan negara ke Jerman. Nelson Mandela pernah mengunjungi Jerman pada 1996.[12] Pada 7-10 Juli 2006 President Thabo Mbeki melakukan kunjungan ke Jerman. Selain untuk menghadiri pembukaan logo Piala Dunia 2010, tujuannya ke Jerman adalah untuk melakukan diskusi politik dan ekonomi dengan Presiden Horst Köhler dan Kanselir Angela Merkel.[16]

Hal yang sama juga terjadi saat Jacob Zuma terpilih sebagai presiden. Pada 9-10 November 2015 ia berkunjung ke Berlin, Jerman dalam rangka memenuhi undangan Kanselir Angela Merkel. Itulah kunjungan resmi pertama yang dilakukan oleh Jacob Zuma sebagai presiden. Dalam kunjungan tersebut kedua negara akan membahas beberapa hal seperti politik, perdagangan dan investasi, sains dan teknologi, lingkungan, kerja sama pengembangan, energi, pertahanan, krisis pengungsi, terorisme, pendidikan kejuruan dan pelatihan bahkan juga budaya.[17][18]

Kerja Sama[sunting | sunting sumber]

Dalam menjalin hubungan bilateral, Jerman dan Afrika melakukan kerja sama satu sama lain. Berikut adalah bidang-bidang kerja sama yang dilakukan oleh Jerman dan Afrika Selatan:

Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Jerman merupakan mitra penting kedua setelah Tiongkok dalam hal kerja sama ekonomi bagi Afrika Selatan. Tercatat ada 600 perusahaan asal Jerman di Afrika Selatan yang berinvestasi dengan nilai lebih dari 6 miliar euro. Sebagian besar di antaranya merupakan perusahaan di bidang otomotif, kimia, mekanik dan teknik elektro. Berkat kehadiran perusahaan-perusahaan Jerman pula, Afrika Selatan dapat mengatasi masalah pengangguran karena hampir 100.000 orang di Afrika Selatan telah mendapatkan pekerjaan. Di sisi yang sama, Afrika Selatan juga merupakan pasar yang potensial bagi Jerman. Hal itu dikarenakan kerja sama yang dilakukan dengan Afrika Selatan dapat menjadi gerbang bagi Jerman untuk memperluas jaringan di negara-negara Afrika lainnya.[15][19][20]

Dampak ekonomi kedua negara semakin terasa setelah Trade and Development Cooperation Agreement (TDCA) (Perjanjian Kerjasama Pengembangan dan Perdagangan) disepakati pada awal tahun 2000. Pada 1999, Jerman mengimpor barang-barang senilai 2,5 miliar euro dari Afrika Selatan. Sejak era TDCA berlaku, jumlah transaksi meningkat sampai 63 persen hingga 2006 dengan tercapainya ekspor Afrika Selatan ke Jerman dengan total sebesar 4.126 miliar euro.[21]

Pada 2014, perdagangan kedua negara menghasilkan transaksi dengan nilai yang lebih tinggi, yakni sebesar 132 miliar euro. Jerman berhasil mengekspor produk-produknya ke Afrika Selatan dengan nilai sebesar 8.3 miliar dan sebaliknya, Afrika Selatan juga berhasil mengekspor produk-produknya ke Jerman sebesar 4.8 miliar euro. Jumah ini kemudian meningkat pada 2015 dengan tercapainya jumlah transaksi perdagangan sebesar 15.5 miliar euro. Keseriusan antara Jerman dan Afrika Selatan dalam menjalin kerja sama di bidang ekonomi ditunjukkan dengan pertemuan antara Presiden Jacob Zuma dengan Kanselir Angela Merkel di Berlin pada November 2014 silam.[21][22]

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Hubungan bilateral antara Jerman dengan Afrika Selatan tak hanya tampak pada bidang ekonomi, tapi juga dapat dilihat pada sektor pendidikan. Tercatat ada 4 sekolah Jerman yang yang tersebar di 4 kota berbeda di Afrika Selatan, yakni Hermannsburg, Johannesburg, Cape Town and Pretoria.[20] Kemudian guna meningkatkan kualitas pendidikan kejuruan, kedua negara melakukan kerja sama lewat perjanjian pendidikan kejuruan yang disepakati sejak 2013. Melalui kesepakatan tersebut kedua negara berfokus pada kegiatan penasehat dalam kerangka hukum, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi dan pembentukan kapasitas untuk penelitian dan konseling kejuruan.[23]

Logo DAAD

Sejak 1996 baik Jerman maupun Afrika Selatan juga telah menyepakati perjanjian kerja sama di bidang sains dan teknologi untuk mendukung penelitian dan pengembangan di bidang agrikultur, kehidupan, bumi, matematika, teknik, fisika dan ilmu kesehatan. Lewat kesepakatan tersebut, kini telah ada lebih dari 400 proyek penelitian dan pengembangan yang dihasilkan dengan menghabiskan dana sebesar 80 juta Rand. Salah satu realisasinya dilakukan pada 16 April 2013 dalam program kolaboratif German-South African Year of Science 2012/2013 yang berlangsung di Berlin. Mengambil tema "Enhancing Science Partnerships for Innovation and Sustainable Development" (Meningkatkan Kemitraan Ilmu untuk Inovasi dan Pembangunan Berkelanjutan), program tersebut berhasil mendanai 41 proyek kolaboratif antara ilmuwan Jerman dan Afrika Selatan.[24]

Bentuk kerja sama lainnya juga ditunjukkan lewat kesepakatan kerangka terhadap kerja sama antaruniversitas di Jerman dan Afrika Selatan. Kesepakatan yang disepakati oleh Konferensi Rektor Jerman (HRK) dan Perguruan Tinggi Afrika Selatan (HESA) tersebut meliputi kerja sama di bidang pengajaran, studi dan penelitian. Tercatat ada 153 bentuk kerja sama yang dilakukan antara universitas-universitas Jerman dan Afrika Selatan.[25]

Untuk memberikan informasi seputar pendidikan di Jerman kepada warga Afrika Selatan yang hendak melanjutkan studinya lebih lanjut, tersedia pula DAAD (Dinas Pertukaran Akademis Jerman) yang terletak di Universitas Witwatersrand di Johannesburg. Walau fokus DAAD adalah pendidikan di Jerman, DAAD juga memberikan beasiswa untuk program pendidikan yang dilakukan di Afrika dan Afrika Selatan. Pada 2018/2019 DAAD telah menyediakan 11 program beasiswa yang terdiri dari 1 program jangka pendek, 5 program magister, 4 program doktoral dan 1 program profesional yang dilaksanakan di Jerman, Afrika Selatan dan Afrika.[26]

Budaya[sunting | sunting sumber]

Goethe Institut

Goethe Institut sebagai pusat kebudayaan Jerman dapat ditemukan di Johannesburg, Afrika Selatan. Tidak hanya kursus Bahasa Jerman dan ujian Bahasa Jerman, Goethe Institut juga menyediakan perpustakaan yang dapat dimanfaatkan bagi warga Afrika Selatan untuk mengenal budaya Jerman lebih lanjut. Kegiatan lainnya adalah pameran foto dan diskusi. Di samping itu Goethe Institut juga aktif memberikan informasi terkait acara budaya Jerman di Afrika Selatan melalui website, baik itu dilaksanakan oleh Goethe Institut sendiri ataupun oleh pihak lain.[27]

Duta Besar[sunting | sunting sumber]

Walter Lindner, mantan dubes Jerman untuk Afrika Selatan

Untuk melancarkan hubungan diplomatik kedua negara, baik Jerman ataupun Afrika Selatan memiliki duta besar yang bertugas di kedutaan besar masing-masing. Terdapat perbedaan antara duta besar Afrika Selatan dengan duta besar Jerman berdasarkan cakupan negara yang diwakilinya. Jika duta besar Afrika Selatan mencakup hanya satu negara, yakni Jerman, maka duta besar Jerman mencakup tiga negara. Selain Afrika Selatan, duta besar untuk Jerman juga menjadi perwakilan untuk Swaziland dan Lesotho.

Sejak Agustus 2015 hingga Januari 2017, duta besar Jerman untuk Afrika Selatan, Swaziland dan Lesotho dipegang oleh Walter J. Lindner. Jabatannya hanya berlangsung selama hampir 1.5 tahun. Hal itu dikarenakan Menteri Luar Negeri Jerman, Sigman Gabriel memintanya untuk pulang ke Jerman untuk menempati posisi sebagai State Secretary di Kementerian Luar Negeri Jerman per 14 Februari 2017.[28][29] Selepas Walter, Jerman kemudian memilih Martin Schäfer sebagai duta besar Jerman untuk Afrika Selatan, Swaziland dan Lesotho. Setelah sempat bekerja di kedutaan besar Jerman di sejumlah negara seperti Ukraina, Chile dan Afrika Selatan, lulusan doktor Universitas Munster asal Bremen ini kemudian menjabat sebagai duta besar Jerman. Jabatannya dimulai per Oktober 2017 hingga sekarang.[30]

Sementara itu duta besar Afrika Selatan untuk Jerman adalah Phumelele Stone Sizani. Pria kelahiran Port Elizabeth, 2 Maret 1994 ini menjabat sebagai duta besar sejak 2016.[31]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Germany (Federal Republic of)". www.dirco.gov.za. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-23. Diakses tanggal 2017-11-27. 
  2. ^ Strachan, Hew (2004). The First World War in Africa. New York. hlm. 63-64. 
  3. ^ General Staff (1924). The Union of South Africa and the Great War. Pretoria. hlm. 13–16. 
  4. ^ Van der Waag (2013). The Battle of Sandfontein, First World War Studies 4(2). hlm. 149–154. 
  5. ^ "Germans surrender Southwest Africa to Union of South Africa - Jul 09, 1915 - HISTORY.com". HISTORY.com. Diakses tanggal 2017-11-27. 
  6. ^ Van den Berghe, Pierre L. (1967). South Africa, a study in conflict. Berkeley: University of California Press. hlm. 79–81. ISBN 0-520-01294-1. 
  7. ^ Bunting, Brian. The Rise Of The South African Reich, Chapter 6 Diarsipkan 2009-10-12 di Wayback Machine.
  8. ^ (www.dw.com), Deutsche Welle. "Jews and apartheid in South Africa | German-Jewish cultural heritage in South Africa | DW | 29.11.2012". DW.COM (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-27. 
  9. ^ "Kedutaan Besar Republik Indonesia Berlin - Jerman". www.kemlu.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-01. Diakses tanggal 2017-11-27. 
  10. ^ "KBRI Pretoria - Afrika Selatan". www.kemlu.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-06. Diakses tanggal 2017-11-27. 
  11. ^ "BBC News | EUROPE | German president in South Africa". news.bbc.co.uk. Diakses tanggal 2017-11-28. 
  12. ^ a b "South Africa: President Zuma Pays Tribute to Herzog". SAnews.gov.za (Tshwane). 2017-01-12. Diakses tanggal 2017-11-28. 
  13. ^ (www.dw.com), Deutsche Welle. "Merkel Embarks on First Sub-Saharan Tour as Chancellor | Germany | DW | 02.10.2007". DW.COM (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-28. 
  14. ^ (www.dw.com), Deutsche Welle. "German ministers strengthen ties with South Africa | Germany | DW | 10.04.2010". DW.COM (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-28. 
  15. ^ a b (www.dw.com), Deutsche Welle. "German corporate unease in South Africa | Africa | DW | 21.11.2014". DW.COM (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-28. 
  16. ^ "President Thabo Mbeki's Visit to Germany for the unveiling of the 2010 Soccer World Cup". www.dirco.gov.za. Diakses tanggal 2017-11-28.  line feed character di |title= pada posisi 72 (bantuan)
  17. ^ "President Zuma to visit the Federal Republic of Germany | The Presidency". www.thepresidency.gov.za (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-28. 
  18. ^ "Federal Government | Cooperation with South Africa to be stepped up". www.bundesregierung.de (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-28. 
  19. ^ (www.dw.com), Deutsche Welle. "Trade ties dominate between Germany and South Africa | Africa | DW | 17.11.2016". DW.COM (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-27. 
  20. ^ a b Amt, Auswärtiges. "Federal Foreign Office - South Africa". Auswärtiges Amt DE (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-27. 
  21. ^ a b Gschwind, Enrica Hölzinger,Patrick. "trade - South African Embassy to the Federal Republik of Germany". www.suedafrika.org (dalam bahasa Jerman). Diakses tanggal 2017-11-27. 
  22. ^ "Germany, South Africa to deepen relations - THE AFRICAN COURIER". THE AFRICAN COURIER (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-27. 
  23. ^ "International Bureau". www.internationales-buero.de (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-27. 
  24. ^ "Germany and South Africa look to more advanced partnerships in science and technology - International Bureau". www.internationales-buero.de (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-28. 
  25. ^ Conference, German Rectors'. "Framework Agreement Between Germany and South Africa on Inter-University Cooperation" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-01. Diakses tanggal 2017-11-28. 
  26. ^ "DAAD South Africa". www.daad.org.za (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-28. 
  27. ^ "Goethe-Institut Südafrika". www.goethe.de (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-28. 
  28. ^ Kianja. "German Ambassador bids South Africa an unexpected farewell" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-27. 
  29. ^ "German Missions in South Africa, Lesotho and Swaziland - Ambassador Lindner bids farewell". www.southafrica.diplo.de (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-01. Diakses tanggal 2017-11-27. 
  30. ^ "German Missions in South Africa, Lesotho and Swaziland - Curriculum Vitae". www.southafrica.diplo.de (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-01. Diakses tanggal 2017-11-27. 
  31. ^ Gschwind, Enrica Hölzinger,Patrick. "Ambassador - South African Embassy to the Federal Republik of Germany". www.suedafrika.org (dalam bahasa Jerman). Diakses tanggal 2017-11-27.