Favipiravir

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Favipiravir
Nama
Nama IUPAC
6-Fluoro-3-hidroksipirazin-2-karboksamida
Nama lain
Avigan; favilavir, T-705
Penanda
Model 3D (JSmol)
3DMet {{{3DMet}}}
ChEMBL
ChemSpider
Nomor EC
Nomor RTECS {{{value}}}
UNII
  • InChI=1S/C5H4FN3O2/c6-2-1-8-5(11)3(9-2)4(7)10/h1H,(H2,7,10)(H,8,11)
    Key: ZCGNOVWYSGBHAU-UHFFFAOYSA-N
  • InChI=1/C5H4FN3O2/c6-2-1-8-5(11)3(9-2)4(7)10/h1H,(H2,7,10)(H,8,11)
    Key: ZCGNOVWYSGBHAU-UHFFFAOYAM
  • Oc1ncc(F)nc1C(=O)N
Sifat
C5H4FN3O2
Massa molar 157,10 g·mol−1
Farmakologi
Kode ATC J05AX27
Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku pada suhu dan tekanan standar (25 °C [77 °F], 100 kPa).
Referensi

Favipiravir, atau yang dikenal dengan nama Avigan dan favilavir adalah obat antivirus yang dikembangkan oleh Toyama Chemical (anak perusahaan Fujifilm). Obat ini memiliki aktivitas melawan berbagai virus RNA. Senyawa antivirus ini merupakan turunan dari pirazinkarboksamida. Dalam percobaan yang dilakukan pada hewan, favipiravir menunjukkan adanya aktivitas melawan virus influenza, virus West Nile, virus demam kuning, virus penyakit mulut dan kuku, flavivirus, arenavirus, bunyavirus, dan alphavirus.[1] Selain itu, favipiravir juga menunjukkan adanya aktivitas melawan enterovirus[2] dan virus demam lembah rift.[3] Favipiravir juga memiliki efektivitas yang terbatas terhadap virus Zika dalam penelitian pada hewan.[4] Obat ini juga menunjukkan efektivitas melawan rabies.[5] Favipiravir telah digunakan secara eksperimental pada beberapa pasien yang terinfeksi virus.[6]

Pada Februari 2020, favipiravir sedang diteliti di Tiongkok sebagai pengobatan terhadap penyakit koronavirus 2019.[7][8] Pada 17 Maret, pejabat pemerintah Tiongkok mengatakan bahwa favipiravir efektif dalam mengobati penyakit koronavirus di Wuhan dan Shenzhen.[9][10]

Mekanisme kerja[sunting | sunting sumber]

Mekanisme kerja obat ini diduga dengan menghambat secara selektif polimerase RNA dependen RNA dari virus.[11] Penelitian lain menunjukkan bahwa favipiravir merangsang mutasi transversi RNA yang mematikan bagi virus.[12] Favipiravir merupakan bakal obat yang harus melewati proses metabolisme sebelum dapat memberikan efek antivirus. Metabolit tersebut adalah favipiravir-ribofuranosil-5'-trifosfat (favipiravir-RTP). Favipiravir tersedia dalam bentuk tablet dan injeksi intravena.[13][14] Hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) diyakini memegang peran utama dalam proses metabolisme.[15] Favipiravir tidak menghambat sintesis RNA atau DNA dalam sel mamalia, sehingga tidak berbahaya bagi manusia.[1] Pada tahun 2014, favipiravir mendapat izin edar di Jepang untuk persediaan obat jika terjadi pandemi influenza.[16] Namun, favipiravir belum terbukti efektif pada sel di saluran pernapasan, sehingga terdapat keraguan mengenai efektivitas dalam pengobatan influenza.[17]

Status persetujuan[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2014, Jepang memberikan izin edar pada Favipiravir untuk mengobati virus yang tidak mempan terhadap antivirus yang ada saat ini.[18] Awalnya Toyama Chemical berharap bahwa Avigan akan menjadi obat influenza pengganti Tamiflu. Namun, percobaan pada hewan menunjukkan adanya efek teratogenik pada janin. Hal tersebut membuat pemberian izin edar oleh Kementerian Kesehatan Jepang tertunda lama. Selain itu, produksi obat ini hanya terbatas ketika terjadi keadaan darurat di Jepang.[19]

Pada Maret 2015, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS telah meninjau hasil dari uji klinis fase III yang meneliti keamanan dan efektivitas Favipiravir dalam pengobatan influenza.[20]

Uji coba virus Ebola[sunting | sunting sumber]

Beberapa penelitian pada mencit menunjukkan bahwa Favipiravir mungkin efektif melawan Ebola. Namun, obat ini tidak terbukti efektif melawan Ebola pada manusia.[21][22][23] Selama wabah virus Ebola di Afrika Barat tahun 2014, terdapat laporan yang menyatakan seorang perawat MSF dari Prancis yang terkena Ebola di Liberia pulih setelah mendapat pengobatan dengan favipiravir.[24] Pada Desember 2014, dilakukan uji klinis yang meneliti efektivitas favipiravir terhadap penyakit virus Ebola. Penelitian ini dimulai Guéckédou, Guinea.[25] Hasil awal menunjukkan penurunan tingkat kematian pada pasien Ebola dengan jumlah virus yang rendah-sedang dalam darah. Namun, Favipiravir tidak memiliki dampak yang signifikan pada pasien dengan jumlah virus yang tinggi.[26] Desain penelitian ini dikritik oleh peneliti lainnya karena hanya menggunakan kontrol historis.[27]

Uji coba untuk COVID-19[sunting | sunting sumber]

Pada uji coba dengan sampel subjek sebanyak 80 orang, favipiravir memiliki aktivitas antivirus yang lebih kuat dibandingkan lopinavir/ritonavir dalam melawan SARS-CoV-2 [28] Pada Maret 2020, pejabat pemerintah Tiongkok mengatakan bahwa favipiravir efektif dalam mengobati penyakit koronavirus 2019.[29]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Furuta Y, Takahashi K, Shiraki K, Sakamoto K, Smee DF, Barnard DL, Gowen BB, Julander JG, Morrey JD (Juni 2009). "T-705 (favipiravir) and related compounds: Novel broad-spectrum inhibitors of RNA viral infections". Antiviral Research. 82 (3): 95–102. doi:10.1016/j.antiviral.2009.02.198. PMID 19428599. 
  2. ^ Furuta Y, Gowen BB, Takahashi K, Shiraki K, Smee DF, Barnard DL (November 2013). "Favipiravir (T-705), a novel viral RNA polymerase inhibitor". Antiviral Research. 100 (2): 446–54. doi:10.1016/j.antiviral.2013.09.015. PMC 3880838alt=Dapat diakses gratis. PMID 24084488. 
  3. ^ Caroline AL, Powell DS, Bethel LM, Oury TD, Reed DS, Hartman AL (April 2014). "Broad spectrum antiviral activity of favipiravir (T-705): protection from highly lethal inhalational Rift Valley Fever". PLoS Neglected Tropical Diseases. 8 (4): e2790. doi:10.1371/journal.pntd.0002790. PMC 3983105alt=Dapat diakses gratis. PMID 24722586. 
  4. ^ Mumtaz N, van Kampen JJ, Reusken CB, Boucher CA, Koopmans MP (2016). "Zika Virus: Where Is the Treatment?". Current Treatment Options in Infectious Diseases. 8 (3): 208–11. doi:10.1007/s40506-016-0083-7. PMC 4969322alt=Dapat diakses gratis. PMID 27547128. 
  5. ^ Yamada K, Noguchi K, Komeno T, Furuta Y, Nishizono A (April 2016). "Efficacy of Favipiravir (T-705) in Rabies Postexposure Prophylaxis". The Journal of Infectious Diseases. 213 (8): 1253–61. doi:10.1093/infdis/jiv586. PMC 4799667alt=Dapat diakses gratis. PMID 26655300. 
  6. ^ Murphy J, Sifri CD, Pruitt R, Hornberger M, Bonds D, Blanton J, Ellison J, Cagnina RE, Enfield KB, Shiferaw M, Gigante C, Condori E, Gruszynski K, Wallace RM (Januari 2019). "Human Rabies - Virginia, 2017". MMWR. Morbidity and Mortality Weekly Report (dalam bahasa Inggris). 67 (5152): 1410–14. doi:10.15585/mmwr.mm675152a2. PMC 6334827alt=Dapat diakses gratis. PMID 30605446. 
  7. ^ Li G, De Clercq E. Therapeutic options for the 2019 novel coronavirus (2019-nCoV). Nature Reviews Drug Discovery 2020 Feb DOI:10.1038/d41573-020-00016-0
  8. ^ BRIEF-Corrected-Zhejiang Hisun Pharma gets approval for clinical trial to test flu drug Favipiravir for pneumonia caused by new coronavirus Diarsipkan 2020-03-13 di Wayback Machine.. Reuters Healthcare, 20 Maret 2020.
  9. ^ "NHK World News 'China: Avigan effective in tackling coronavirus'". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-03-18. Diakses tanggal 2020-03-20. 
  10. ^ "Huaxia. "Favipiravir shows good clinical efficacy in treating COVID-19: official." Xinhuanet.com, 17 Maret 2020". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-03-18. Diakses tanggal 2020-03-20. 
  11. ^ Jin Z, Smith LK, Rajwanshi VK, Kim B, Deval J (2013). "The ambiguous base-pairing and high substrate efficiency of T-705 (Favipiravir) Ribofuranosyl 5'-triphosphate towards influenza A virus polymerase". PLOS ONE. 8 (7): e68347. Bibcode:2013PLoSO...868347J. doi:10.1371/journal.pone.0068347. PMC 3707847alt=Dapat diakses gratis. PMID 23874596. 
  12. ^ Baranovich T, Wong SS, Armstrong J, Marjuki H, Webby RJ, Webster RG, Govorkova EA (April 2013). "T-705 (favipiravir) induces lethal mutagenesis in influenza A H1N1 viruses in vitro". Journal of Virology. 87 (7): 3741–51. doi:10.1128/JVI.02346-12. PMC 3624194alt=Dapat diakses gratis. PMID 23325689. 
  13. ^ Guedj J, Piorkowski G, Jacquot F, Madelain V, Nguyen TH, Rodallec A, et al. (Maret 2018). "Antiviral efficacy of favipiravir against Ebola virus: A translational study in cynomolgus macaques". PLoS Medicine. 15 (3): e1002535. doi:10.1371/journal.pmed.1002535. PMC 5870946alt=Dapat diakses gratis. PMID 29584730. 
  14. ^ Smee DF, Hurst BL, Egawa H, Takahashi K, Kadota T, Furuta Y (Oktober 2009). "Intracellular metabolism of favipiravir (T-705) in uninfected and influenza A (H5N1) virus-infected cells". The Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 64 (4): 741–46. doi:10.1093/jac/dkp274. PMC 2740635alt=Dapat diakses gratis. PMID 19643775. 
  15. ^ Naesens L, Guddat LW, Keough DT, van Kuilenburg AB, Meijer J, Vande Voorde J, Balzarini J (Oktober 2013). "Role of human hypoxanthine guanine phosphoribosyltransferase in activation of the antiviral agent T-705 (favipiravir)". Molecular Pharmacology. 84 (4): 615–29. doi:10.1124/mol.113.087247. PMID 23907213. 
  16. ^ Koons, Cynthia (7 Agustus 2014). "Ebola Drug From Japan May Emerge Among Key Candidates". Bloomberg.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-07. Diakses tanggal 2020-03-20. 
  17. ^ Yoon JJ, Toots M, Lee S, Lee ME, Ludeke B, Luczo JM, et al. (Agustus 2018). "Orally Efficacious Broad-Spectrum Ribonucleoside Analog Inhibitor of Influenza and Respiratory Syncytial Viruses". Antimicrobial Agents and Chemotherapy. 62 (8): e00766–18. doi:10.1128/AAC.00766-18. PMC 6105843alt=Dapat diakses gratis. PMID 29891600. 
  18. ^ Hayden, Frederick. "Influenza virus polymerase inhibitors in clinical development". Current Opinion in Infectious Diseases. doi:10.1097/QCO.0000000000000532. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-29. 
  19. ^ 条件付き承認で普及に足かせ 富山化学インフル薬の"無念". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-09. Diakses tanggal 20 Maret 2020. 
  20. ^ "Phase 3 Efficacy and Safety Study of Favipiravir for Treatment of Uncomplicated Influenza in Adults - T705US316". FDA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-11. Diakses tanggal 20 Maret 2020. 
  21. ^ Gatherer D (Agustus 2014). "The 2014 Ebola virus disease outbreak in West Africa". The Journal of General Virology. 95 (Pt 8): 1619–24. doi:10.1099/vir.0.067199-0. PMID 24795448. 
  22. ^ Oestereich L, Lüdtke A, Wurr S, Rieger T, Muñoz-Fontela C, Günther S (Mei 2014). "Successful treatment of advanced Ebola virus infection with T-705 (favipiravir) in a small animal model". Antiviral Research. 105: 17–21. doi:10.1016/j.antiviral.2014.02.014. PMID 24583123. 
  23. ^ Smither SJ, Eastaugh LS, Steward JA, Nelson M, Lenk RP, Lever MS (April 2014). "Post-exposure efficacy of oral T-705 (Favipiravir) against inhalational Ebola virus infection in a mouse model". Antiviral Research. 104: 153–55. doi:10.1016/j.antiviral.2014.01.012. PMID 24462697. 
  24. ^ "First French Ebola patient leaves hospital". Reuters. 4 Oktober 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-19. Diakses tanggal 2020-03-20. 
  25. ^ "Guinea: Clinical Trial for Potential Ebola Treatment Started in MSF Clinic in Guinea". AllAfrica – All the Time. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-23. Diakses tanggal 20 Maret 2020. 
  26. ^ Fink, Sheri (4 Februari 2015). "Ebola Drug Aids Some in a Study in West Africa". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-03-18. Diakses tanggal 2020-03-20. 
  27. ^ Cohen, Jon (26 Februari 2015). "Results from encouraging Ebola trial scrutinized". Science. doi:10.1126/science.aaa7912. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-19. Diakses tanggal 20 Maret 2020. 
  28. ^ Dong, L; Hu, S; Gao, J (2020). "Discovering drugs to treat coronavirus disease 2019 (COVID-19)". Drug discoveries & therapeutics. 14 (1): 58–60. doi:10.5582/ddt.2020.01012. PMID 32147628. 
  29. ^ "Japanese flu drug 'clearly effective' in treating coronavirus, says China". The Guardian. 2020-03-18. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-03-18. Diakses tanggal 20 Maret 2020.