Badegan, Ponorogo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Badegan
Peta lokasi Kecamatan Badegan
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenPonorogo
Pemerintahan
 • CamatRingga D.H. Irawan, S.STP, M.SI.
Populasi
 • Total34,295 jiwa
Kode pos
63455
Kode Kemendagri35.02.13
Kode BPS3502140
Luas52,35 km²
Desa/kelurahan-10

Badegan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Badegan terletak pada 7º51’17” - 7º56’26” LS, dan 111º16’24” BT - 111º22’9” BT, dengan luas wilayah 52,35 km² dan didiami oleh 34.295 jiwa (data tahun 2020).

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Tahun 1742 timbul geger Pecinan yang menyebabkan Sunan Pakubuwono II terusir dari tahta. Ditemani para abdinya yang setia ia mengungsi ke Ponorogo dari arah barat.

Sampai di perbatasan Ponorogo, ia merasa haus namun tidak ada air lalu penduduk memberinya badeg (minuman dari perasan buah). Sunan Pakubuwono II lalu berkata “Di sini rupanya sulit air yang ada hanya badeg. Nanti berilah nama tempat ini Badegan”.

Geografi[sunting | sunting sumber]

Dilihat menurut topografinya, Kecamatan Badegan terletak pada ketinggian antara 160 meter sampai dengan 390 meter di atas permukaan laut. Desa yang berada di permukaan paling tinggi adalah Desa Dayakan dengan ketinggian 273 meter di atas permukaan laut.

Kecamatan Badegan yang mempunyai luas wilayah 52,35 km² merupakan kecamatan yang terletak di ujung barat Kabupaten Ponorogo. Desa terluas adalah Desa Dayakan yang mempunyai luas wilayah mencapai 12,03 km2 atau 22,98 persen dari total luas wilayah Kecamatan Badegan. Sedangkan wilayah terkecil adalah Desa Bandaralim dengan luas 1,74 km2 atau 3,32 persen dari total luas wilayah kecamatan.

Pada tahun 2020 secara administratif Kecamatan Badegan terbagi menjadi 10 Desa yang terbagi lagi menjadi 34 Dusun, 46 Rukun Warga, dan 234 Rukun Tetangga.

Wisata[sunting | sunting sumber]

Jembatan Pelangi Biting[sunting | sunting sumber]

Jembatan ini terletak di Desa Biting, Badegan dan awalnya merupakan jalan akses utama warga Dukuh Temon menuju jalan raya. Jembatan yang dulunya dikenal dengan jembatan gantung berwarna kuning ini disulap oleh warga desa Biting menjadi jembatan Pelangi pada tahun 2018. Wisatawan bisa ber-swafoto di atas jembatan yang indah. Wisatawan juga bisa turun ke sungai untuk menikmati segarnya air sungai dengan batu-batuan alam yang tersebar. Selain itu di kawasan ini juga dikembangkan wisata taman bunga yang tidak kalah menarik.

Taman Bunga Rest Area Biting[sunting | sunting sumber]

Terletak satu kawasan dengan Jembatan Pelangi Biting. Sesuai namanya, tanaman bunga mendominasi keindahan tempat yang banyak memiliki spot yang instagramable. Di tempat ini juga dilengkapi gazebo yang bisa menghilangkan kepenatan dan tempat istirahat yang nyaman bagi yang sedang menempuh perjalanan. Aneka kuliner baik makanan dan minuman juga banyak tersedia disini.

Bendungan Sumorobangun[sunting | sunting sumber]

Bendungan Sumorobangun terletak di pinggir jalan Raya Ponorogo-Solo, tepatnya di Desa Biting. Bendungan ini diperkirakan buatan jaman Belanda dan masih berfungsi sebagai pengendali air untuk aliran anak sungai Bengawan Solo. Selain suasananya yang sejuk, bendungan Sumorobangun juga menyuguhkan panorama pegunungan dan hutan yang cantik.

Monumen Bukit Soeharto[sunting | sunting sumber]

Monumen Bukit Soeharto yang terletak di Desa Biting, Kecamatan Badegan, Ponorogo merupakan salah satu tempat sejarah yang ada di Kabupaten Ponorogo. Tempat yang pernah disinggahi Presiden kedua RI yaitu Soeharto itu selain memiliki pemandangan yang menakjubkan, juga mempunyai sejarah dengan berdirinya monumen yang ditandatangani langsung oleh Presiden Soeharto pada tahun 1978. Saat malam Bukit Soeharto mempunyai kenampakkan alam yang unik, lampu-lampu di pemukiman warga tampak seperti Taman Bintang.

Hutan Wisata Kucur[sunting | sunting sumber]

Kawasan ini merukan hutan heterogen yang cukup luas, yang terdiri dari tanaman jati, mahoni dan beberapa tanaman lainnya. Hutan Kucur memiliki luas 1,6 hektar dan tercatat masuk Desa Biting. Wanawisata ini pernah menjadi salah satu kawasan yang begitu legendaris. Tak kurang, mantan presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto pernah singgah di kawasan ini. Taman Rekreasi Kucur adalah taman rekreasi yang ada karena adanya mata air di sekitar taman tersebut. Mata air tersebut konon berasal dari batu yang mengeluarkan air (kucuran air) lalu batu itu diselidiki merupakan pohon membatu yang besar. Batu tersebut dibelah agar tidak membahayakan, dan munculah mata air yang lebih deras. Itulah kenapa mata air tersebut disebut Kucur.

Embung Dayakan[sunting | sunting sumber]

Objek wisata ini berada di Desa Dayakan, Badegan tepatnya di Dusun Jurang Sempu. Wisata ini mengandalkan keindahan alam berupa embung buatan dan kebun tanaman buah kelengkeng. Di kawasan ini juga bisa dipakai untuk bumi perkemahan dan terdapat jembatan bambu yang bagus untuk spot selfie, juga terdapat taman bunga yang menarik wisatawan untuk datang.

Tugu Batas Provinsi[sunting | sunting sumber]

Tugu dengan tinggi 11 meter dan lebar 16 meter ini, berdiri tegak tepat di perbatasan Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Jawa Timur, Tepatnya di Desa Biting, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo dan Desa Biting, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri. Kabupaten Ponorogo dikenal dengan julukan Kota Reog atau Bumi Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog. Tak heran tugu perbatasan wilayah ini mencerminkan akan budaya kesenian Reog Ponorogo. Tampak patung dadak merak, warok, jatil, kelonosewandono dan bujanganong, menjadi ormanen di tugu gapura ini. Tak jarang pengendara mobil yang melintas, berhenti sejenak untuk poto-poto di area tugu perbatasan ini.

Bukit Cumbri[sunting | sunting sumber]

Pemandangan di Bukit Cumbri

Bukit Cumbri memiliki ketinggian sekitar 638 mdpl. Bukit ini menyajikan hamparan pemandangan alam perbukitan di sekitar Ponorogo dan Wonogiri. Lokasi Bukit Cumbri kerap didatangi oleh mereka yang ingin berburu sunrise maupun sunset. Bukit Cumbri ini sudah dikenal oleh wisatawan sejak pertengahan 2015. Menurut warga setempat, konon bukit ini dahulunya adalah tempat tinggal dari seekor burung besar yang diberi nama Manuk Beri. Manuk Beri ini sejenis burung Rajawali yang berukuran besar. Burung ini sering sekali berkeliaran mencari mangsa sampai ke sawah-sawah pedesaan. Mangsa yang dicarinya tak lain dan tak bukan adalah sapi-sapi milik warga desa yang digunakan untuk membajak sawah. Sampai suatu ketika Manuk Beri ini mendapati seluruh bulunya rontok tak tersisa sedikitpun, dan akhirnya jatuh dari tebing kemudian mati.

Goa Lowo[sunting | sunting sumber]

Goa Lowo terbangun dari cerukan bukit kapur di tengah Hutan Jati. Disebut Goa Lowo karena dulu banyak Lowo (Kelelawar) yang hidup di Goa ini. Di Goa Lowo pernah ditemukan serpihan-serpihan tulang-belulang yang setelah dilakukan penggalian dan penelitian berhasil teridentifikasi bahwa tulang-betulang yang ditemukan adalah tulang manusia purba. Selain ditemukan fosil manusia purba, di lokasi tersebut juga ditemukan sisa alat-alat atau gerabah dari batu, pisau, panah, dan lain-lain.

Demografi[sunting | sunting sumber]

Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo Tahun 2020 jumlah penduduk Kecamatan Badegan berjumlah 34.295 jiwa yang terdiri dari 17.078 penduduk laki-laki dan penduduk 17.217 perempuan. Sex ratio atau perbandingan jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan adalah 100,81 yang berarti secara rata-rata di Kecamatan Badegan komposisi penduduk perempuan dan penduduk laki-laki cenderung seimbang.

Rata-rata Kepadatan penduduk Kecamatan Badegan pada tahun 2020 tercatat 655 jiwa/Km2.

Di antara 10 desa yang ada, Desa Karangan mempunyai penduduk yang terbanyak yaitu 5.557 jiwa atau sebesar 16,26 persen dari total penduduk di Kecamatan Badegan. Sedangkan Desa Bandaralim mempunyai penduduk paling sedikit, yaitu 1.909 jiwa atau sebesar 5,57 persen.

Jumlah kepala keluarga yang tercatat pada Registrasi Penduduk 2020 di Kecamatan Badegan sebesar 10.587 kepala keluarga. Dengan demikian secara rata-rata setiap keluarga terdiri dari 3 sampai 4 orang.

Sesuai dengan kondisi geografis yang ada, mata pencaharian sebagian besar penduduk Kecamatan Badegan adalah di sektor pertanian yang mencapai 66,55 persen.

Pembagian Administratif Desa[sunting | sunting sumber]

  1. Dayakan
  2. Karangan
  3. Tanjunggunung
  4. Karangjoho
  5. Tanjungrejo
  6. Bandaralim
  7. Kapuran
  8. Badegan
  9. Watubonang
  10. Biting

Batas Wilayah[sunting | sunting sumber]

  • Utara : Kecamatan Sampung
  • Timur : Kecamatan Jambon
  • Selatan : Kabupaten Pacitan
  • Barat : Kabupaten Wonogiri

Camat[sunting | sunting sumber]

1 Saparas (–)

2 Karrodjo (–)

3 Aribroto (–)

4 Sunarjo (–)

5 Soehananto (1970 - 1975)

6 Soeharto (1975 - 1978)

7 Soepardjoko (1978 - 1980)

8 Sabil (1980 - 1982)

9 Soerjadi (1982 - 1984)

10 Irdit Herunandi (1984 - 1985)

11 Budi Harmono, Ba (1985 - 1989)

12 Moch. Ichwan (1989 - 1990)

13 Soekardono, SH (1990 - 1997)

14 Drs. Slamet (1997 - 2001)

15 Supriyanto (2001 - 2003)

16 Tri Endah P.,M.Si. (2003 - 2010)

17 Drs. Sariyono, MM (2010 - 2013)

18 Susanto ,S.H (2013 - 2014)

19 Hj Lista Ariyani,SH (2014 - 2019)

20 Ringga D.H. Irawan, S.STP, M.SI. (2019 - sekarang)