Antropologi terapan
Antropologi terapan adalah penggunaan ilmu antropologi untuk menganalisis dan mencari solusi dari masalah riil. Antropolog yang menerapkan ilmu antropologi untuk keperluan tindakan langsung atau untuk membantu ranah kebijakan regulasi dapat disebut sebagai antropolog terapan. Walaupun ilmu antropologi telah lama diterapkan untuk kebutuhan riil, tetapi istilah antropologi terapan baru mulai disahkan sejak berdirinya Masyarakat Antropologi Terapan di Amerika Serikat pada tahun 1942.[1] Keahlian antropolog semakin dicari terutama sejak masuk ke era globalisasi dan meningkatnya kebutuhan legislasi di bidang pelestarian lingkungan, sejarah, dan budaya[2][3] karena pengetahuan antropologi, terutama antropologi sosial budaya, berguna untuk memahami dinamika dan interaksi antar sosiobudaya yang berbeda. Keterampilan ini sangat dibutuhkan oleh berbagai industri, baik pemerintahan, bisnis, maupun organisasi nirlaba.[4]
Ilmu Antropologi Terapan
[sunting | sunting sumber]Ilmu antropologi terapan berkenaan dengan analisis, penelitian, dan pencarian solusi atas masalah terkait manusia dalam berbagai bidang dan garis waktu. Dalam beberapa hal, ilmu ini juga menjembatani perusahaan atau organisasi dengan masyarakat yang dilayani. Antropologi merupakan ilmu multi-bidang yang terbagi menjadi empat sub-bidang:[5]
- Antropologi sosial budaya
- Antropologi biologis
- Antropologi linguistik
- Arkeologi
Antropolog yang menerapkan ilmu antropologi untuk keperluan tindakan langsung atau untuk membantu ranah kebijakan regulasi dapat disebut sebagai antropolog terapan. Keahlian antropolog terapan di antaranya adalah analisis dan penelitian lapangan serta evaluasi dampak sosial.
Karier Antropologi Terapan
[sunting | sunting sumber]Antropolog dapat menerapkan ilmunya di banyak sektor: pendidikan, konsultasi, instansi pemerintah, organisasi nirlaba internasional, perusahaan berbagai industri, dan pelayanan kesehatan dan masyarakat. Ranah tanggung jawab biasanya seputar analisis dan evaluasi dampak sosial; layanan kemasyarakatan; pencatatan sejarah dan pemahaman kebutuhan kelompok sosial tertentu; hingga analisis untuk program dan legislasi di bidang ekonomi, pendidikan, atau hak asasi manusia untuk pengembangan masyarakat secara mikro dan makro.[5] Karena itu, organisasi nirlaba internasional seperti UNESCO, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), maupun Bank Dunia banyak menggunakan keahlian antropolog, terutama untuk membantu program peningkatan taraf hidup masyarakat. Ahli antropologi terapan juga sering kali diminta menjadi konsultan rencana program pelestarian lingkungan dan cagar budaya, pembangunan komunitas (community development), dan melakukan penilaian dampak sosial.
Selain itu, perusahaan swasta seperti Google, Kodak, Hallmark, Microsoft, dan Intel juga banyak merekrut antropolog.[6][7] Keahlian antropologi digunakan untuk dapat memahami profil kelompok sosial tertentu (yang sering kali disebut target pasar oleh perusahaan) melalui analisis dan riset yang kemudian hasilnya digunakan untuk membuat produk dan layanan yang dapat memikat kelompok sosial tersebut. Pemahaman antropologi mengenai evolusi kebudayaan juga berguna agar produk dan layanan perusahaan dapat mengikuti mengikuti perubahan tersebut. Ada pula antropolog yang bekerja di bagian penjualan dan pemasaran karena keterampilan mumpuni mereka untuk membangun dan menjaga hubungan dengan pelanggan dan mitra bisnis.
"Kebanyakan produk baru gagal karena orang tidak memahami bagaimana dunia ini bekerja." (Christian Madsbjerg)[8]
Program Studi Antropologi di Indonesia
[sunting | sunting sumber]- Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
- Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jawa Tengah
- Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah
- Universitas Padjajaran, Jatinangor, Jawa Barat
- Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur
- Universitas Sumatera Utara, Medan, Sumatera Utara
- Universitas Hasanuddin, Makasar, Sulawesi Selatan
- Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat
- Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara
- Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua
- Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah
- Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat (Fakultas Ekologi Manusia)
- Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "What is Applied Anthropology?". anthropology.missouristate.edu (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-01. Diakses tanggal 2017-10-02.
- ^ "What is Applied Anthropology?". anthropology.missouristate.edu (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-01. Diakses tanggal 2017-10-01.
- ^ Scott, Craig (2010-08-20). "What to do with a degree in anthropology". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2017-10-01.
- ^ "The Rise of Corporate Anthropology". Harvard Business Review. Diakses tanggal 2017-10-02.
- ^ a b "What is Anthropology? - Advance Your Career". www.americananthro.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-02.
- ^ "Here's Why Companies Are Desperate To Hire Anthropologists". Business Insider (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-01.
- ^ "What cultural anthropologists do at Intel and Microsoft | TheINQUIRER". http://www.theinquirer.net (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-02. Diakses tanggal 2017-10-02. Hapus pranala luar di parameter
|newspaper=
(bantuan) - ^ "Why companies are desperate to hire anthropologists". Stuff. Diakses tanggal 2017-10-02.