Lompat ke isi

Mamalia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
RianHS (bicara | kontrib)
Hapus, sudah ada di anatomi - sistem biologis
Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor
RianHS (bicara | kontrib)
Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor
Baris 175: Baris 175:
[[Berkas:Animal_echolocation.svg|jmpl|Diagram sinyal ultrasonik yang dipancarkan oleh kelelawar dan gema oleh objek di dekatnya]]
[[Berkas:Animal_echolocation.svg|jmpl|Diagram sinyal ultrasonik yang dipancarkan oleh kelelawar dan gema oleh objek di dekatnya]]
Seperti pada semua tetrapoda lainnya, mamalia memiliki [[laring]] yang dapat membuka dan menutup dengan cepat untuk menghasilkan suara, serta sebuah [[saluran vokal]] supralaringeal yang menyaring suara ini. Paru-paru dan otot-otot sekitarnya menyediakan aliran udara dan tekanan yang diperlukan untuk berfonasi ([[artikulasi]]). Laring mengendalikan [[tinggi nada]] dan [[volume suara]], tetapi kekuatan paru-paru untuk menghembuskan napas juga berkontribusi pada volume. Mamalia yang lebih primitif, seperti [[landak semut]], hanya dapat mendesis, karena suaranya diperoleh hanya dengan menghembuskan napas melalui laring yang tertutup sebagian. Mamalia lain berfonasi menggunakan [[pita suara]]. Pergerakan atau ketegangan pita suara dapat menghasilkan banyak suara seperti [[Dengkuran kucing|mendengkur]] dan [[menjerit]]. Mamalia dapat mengubah posisi laring, yang memungkinkan mereka bernapas melalui hidung dan menelan melalui mulut, serta membentuk suara mulut dan suara hidung; suara hidung, seperti rengekan anjing, pada umumnya lembut, sedangkan suara mulut, seperti gonggongan anjing, umumnya bervolume keras.<ref name="fitchbrown2006" />
Seperti pada semua tetrapoda lainnya, mamalia memiliki [[laring]] yang dapat membuka dan menutup dengan cepat untuk menghasilkan suara, serta sebuah [[saluran vokal]] supralaringeal yang menyaring suara ini. Paru-paru dan otot-otot sekitarnya menyediakan aliran udara dan tekanan yang diperlukan untuk berfonasi ([[artikulasi]]). Laring mengendalikan [[tinggi nada]] dan [[volume suara]], tetapi kekuatan paru-paru untuk menghembuskan napas juga berkontribusi pada volume. Mamalia yang lebih primitif, seperti [[landak semut]], hanya dapat mendesis, karena suaranya diperoleh hanya dengan menghembuskan napas melalui laring yang tertutup sebagian. Mamalia lain berfonasi menggunakan [[pita suara]]. Pergerakan atau ketegangan pita suara dapat menghasilkan banyak suara seperti [[Dengkuran kucing|mendengkur]] dan [[menjerit]]. Mamalia dapat mengubah posisi laring, yang memungkinkan mereka bernapas melalui hidung dan menelan melalui mulut, serta membentuk suara mulut dan suara hidung; suara hidung, seperti rengekan anjing, pada umumnya lembut, sedangkan suara mulut, seperti gonggongan anjing, umumnya bervolume keras.<ref name="fitchbrown2006" />
[[Berkas:Beluga_vocalizations.ogg|kiri|jmpl|[[Beluga whale]] echolocation sounds]]
Beberapa mamalia memiliki laring yang besar sehingga nada suaranya rendah, seperti [[kelelawar kepala palu]] (''Hypsignathus monstrosus'') yang laringnya dapat memenuhi seluruh rongga dada sampai mendorong paru-paru, jantung, dan trakea ke dalam rongga perut.<ref>{{cite journal|year=1990|title=''Hypsignathus monstrosus''|journal=Mammalian Species|volume=357|issue=357|pages=1–4|doi=10.2307/3504110|jstor=3504110|vauthors=Langevin P, Barclay RM}}</ref> Bantalan vokal yang besar juga dapat menurunkan nada, seperti pada auman [[kucing besar]] bernada rendah.<ref>{{cite journal|date=September 2002|title=Hyoid apparatus and pharynx in the lion (Panthera leo), jaguar (Panthera onca), tiger (Panthera tigris), cheetah (Acinonyxjubatus) and domestic cat (Felis silvestris f. catus)|journal=Journal of Anatomy|volume=201|issue=3|pages=195–209|doi=10.1046/j.1469-7580.2002.00088.x|pmc=1570911|pmid=12363272|vauthors=Weissengruber GE, Forstenpointner G, Peters G, Kübber-Heiss A, Fitch WT}}</ref> Produksi infrasonik dimungkinkan pada beberapa mamalia seperti [[gajah afrika]] (''Loxodonta'' spp.) dan [[paus balin]].<ref>{{cite journal|year=2012|title=Visualizing sound emission of elephant vocalizations: evidence for two rumble production types|journal=PLOS ONE|volume=7|issue=11|pages=e48907|bibcode=2012PLoSO...748907S|doi=10.1371/journal.pone.0048907|pmc=3498347|pmid=23155427|vauthors=Stoeger AS, Heilmann G, Zeppelzauer M, Ganswindt A, Hensman S, Charlton BD|doi-access=free}}</ref><ref>{{cite journal|year=2004|title=Baleen whale infrasonic sounds: Natural variability and function|journal=Journal of the Acoustical Society of America|volume=115|issue=5|page=2554|bibcode=2004ASAJ..115.2554C|doi=10.1121/1.4783845|vauthors=Clark CW}}</ref> Mamalia kecil dengan laring kecil memiliki kemampuan untuk menghasilkan [[ultrasonik]], yang dapat dideteksi dengan modifikasi pada telinga tengah dan [[koklea]]. Ultrasonik tidak terdengar oleh burung dan reptil, yang mungkin penting selama Era [[Mesozoikum]], ketika burung dan reptil menjadi predator dominan. Saluran suara pribadi ini digunakan oleh beberapa hewan pengerat, misalnya, komunikasi ibu-ke-anak, dan oleh kelelawar saat melakukan [[ekolokasi]]. Paus bergigi juga menggunakan ekolokasi menggunakan [[Melon (setasea)|melon]], yang cara kerjanya berbeda. Beberapa primata memiliki kantung udara yang menempel pada laring dan dapat berfungsi untuk menurunkan resonansi atau meningkatkan volume suara.<ref name="fitchbrown2006">{{cite book|vauthors=Fitch WT|year=2006|title=Encyclopedia of Language and Linguistics|location=Oxford|publisher=Elsevier|veditors=Brown K|pages=115–121|chapter=Production of Vocalizations in Mammals|chapter-url=http://homepage.univie.ac.at/tecumseh.fitch/wp-content/uploads/2010/08/Fitch2006MammalVocalProd.pdf}}</ref>

Sistem produksi vokal dikendalikan oleh [[inti saraf kranial]] di otak dan disuplai oleh [[saraf laring rekuren]] dan [[saraf laring superior]], yang merupakan cabang dari [[saraf vagus]]. Sistem vokal disuplai oleh [[saraf hipoglossus]] dan [[saraf fasialis]]. Stimulasi listrik dari wilayah [[Periaqueductal gray|''periaqueductal gray'']] (PEG) pada otak tengah mamalia menimbulkan vokalisasi. Kemampuan untuk mempelajari vokalisasi baru hanya dicontohkan pada manusia, anjing laut, setasea, gajah, dan mungkin kelelawar; pada manusia, kemampuan ini merupakan hasil dari hubungan langsung antara [[korteks motorik]] yang mengontrol gerakan dan [[neuron motorik]] di sumsum tulang belakang.<ref name="fitchbrown2006" />


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi per 7 November 2021 12.36

Mamalia
Periode Trias akhir–Sekarang
Mammalia

Taksonomi
SuperkerajaanEukaryota
KerajaanAnimalia
FilumChordata
SuperkelasTetrapoda
KelasMammalia
Linnaeus, 1758
Subgrup

Binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya; adanya rambut; dan tubuh yang endoterm atau "berdarah panas". Otak mengatur sistem peredaran darah, termasuk jantung yang memiliki empat ruang. Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah semua turunan dari nenek moyang monotremata (seperti echidna) dan mamalia theria (berplasenta dan berkantung atau marsupial).

Klasifikasi

Ordo Rodentia (biru), Chiroptera (merah) dan Soricomorpha (kuning) jika digabung mencapai 70% spesies mamalia.
  Pilosa

Kelas mamalia terdiri atas 29 ordo menurut Mammal Species of the World (MSW),[1] Sistem Informasi Taksonomi Terpadu (ITIS),[2] dan Catalogue of Life,[3] yaitu:

Klasifikasi molekuler mamalia berplasenta

Pada awal abad ke-21, studi molekuler berdasarkan analisis DNA telah menyarankan hubungan baru di antara keluarga mamalia. Sebagian besar temuan ini telah divalidasi secara independen oleh data ada/tidaknya retrotransposon.[4]Sistem klasifikasi berdasarkan studi molekuler mengungkapkan tiga kelompok utama atau garis keturunan dari mamalia berplasenta, yaitu Afrotheria, Xenarthra, dan Boreoeutheria, yang bercabang pada Periode Kapur. Hubungan antara ketiga garis keturunan ini kontroversial, dan ada tiga hipotesis yang diajukan sehubungan dengan kelompok mana yang bersifat basal. Hipotesis-hipotesis tersebut adalah Atlantogenata (Boreoeutheria sebagai basal), Epitheria (Xenarthra sebagai basal) dan Exafroplacentalia (Afrotheria sebagai basal).[5] Boreoeutheria sendiri mengandung dua garis keturunan utama, yaitu Euarchontoglires dan Laurasiatheria.

Perkiraan waktu divergensi antara ketiga kelompok plasenta ini berkisar antara 105 hingga 120 juta tahun yang lalu, tergantung pada jenis DNA yang digunakan (seperti DNA inti atau mitokondria)[6] dan berbagai interpretasi data paleogeografis.[5]

Mammalia

Monotremata Ornithorhynchus anatinus

Theria

Marsupialia Macropodidæ

Placentalia
Atlantogenata

Afrotheria Elephas maximus Trichechus

Xenarthra Dasypus novemcinctus Myrmecophaga tridactyla

Boreoeutheria
Euarchontoglires

Euarchonta Cebus olivaceus Homo sapiens

Glires Rattus Lepus

Laurasiatheria

Eulipotyphla Talpidae

Scrotifera

Chiroptera Desmodontinae

Euungulata

Cetartiodactyla Capra walie Eubalaena glacialis

Perissodactyla Equus quagga Diceros bicornis

Ferae

Pholidota Manidae

Carnivora Acinonyx jubatus Zalophus californianus

Kladogram di atas didasarkan pada Tarver dkk. (2016).[7]

Anatomi

Karakteristik khusus

Spesies mamalia hidup dapat diidentifikasi dengan adanya kelenjar keringat, termasuk kelenjar yang terspesialisasi untuk memproduksi susu untuk memberi makan anaknya.[8] Dalam mengklasifikasikan fosil, karakteristik lain harus digunakan, karena kelenjar jaringan lunak dan banyak karakteristik lainnya tidak terlihat dalam fosil.[9]

Banyak karakteristik yang dimiliki oleh semua mamalia hidup, termasuk di antara para anggota mamalia paling awal dari mamalia, seperti:

Untuk sebagian besar kasus, karakteristik ini tidak ada pada nenek moyang mamalia pada Periode Trias.[16] Hampir semua mamalia memiliki tulang epipubis, kecuali mamalia berplasenta modern.[17]

Dimorfisme seksual

Orang utan sumatra jantan (kiri), betina (kanan), dan anak mereka (tengah); orang utan menunjukkan dimorfisme seksual yang cukup terlihat

Rata-rata, mamalia jantan lebih besar dari betina. Kebanyakan ordo pada mamalia juga menunjukkan dimorfisme seksual yang bias jantan, meskipun beberapa ordo tidak menunjukkan bias apa pun atau secara signifikan bias betina (Lagomorpha). Perbedaan ukuran tubuh hewan jantan dan betina akan semakin besar apabila ukuran tubuh hewan jantan semakin besar (aturan Rensch), yang menunjukkan bahwa ada tekanan seleksi secara paralel pada ukuran tubuh jantan dan betina. Dimorfisme yang bias jantan berhubungan dengan seleksi seksual pada hewan jantan, yakni melalui kompetisi di antara para pejantan untuk mendapatkan betina. Ada korelasi positif antara tingkat seleksi seksual, yang diindikasikan oleh sistem perkawinan, dengan tingkat dimorfisme ukuran yang bias jantan. Tekanan seleksi paralel pada massa tubuh betina juga diidentifikasi, bahwa usia penyapihan secara signifikan lebih tinggi pada spesies yang lebih poligini, bahkan ketika massa tubuh telah dikoreksi. Selain itu, tingkat reproduksi yang semakin rendah pada betina yang lebih besar menunjukkan bahwa seleksi fekunditas memilih betina yang lebih kecil. Meskipun pola-pola ini berlaku di seluruh mamalia secara keseluruhan, ada variasi yang cukup besar di seluruh ordo.[18]

Sistem biologis

Paru-paru rakun yang dikembangkan secara manual

Mayoritas mamalia memiliki tujuh vertebra serviks (tulang leher). Pengecualiannya adalah lembu laut dan kungkang berkuku dua, yang memiliki enam tulang leher, dan kungkang berkuku tiga yang memiliki sembilan tulang leher.[19] Semua otak mamalia memiliki neokorteks, wilayah otak yang unik untuk mamalia.[20] Otak mamalia berplasenta memiliki korpus kalosum, tidak seperti monotremata dan marsupialia.[21]

Paru-paru mamalia seperti spons dan sarang lebah. Pernapasan didukung oleh diafragma, yang memisahkan rongga dada dari rongga perut dan membentuk kubah cembung ke dada. Kontraksi diafragma akan meratakan kubah sehingga meningkatkan volume rongga paru-paru. Udara masuk melalui rongga mulut dan hidung, dan berjalan melalui laring, trakea, kemudian bronkus, dan memperluas alveolus. Relaksasi diafragma memiliki efek sebaliknya, mengurangi volume rongga paru-paru sehingga udara terdorong keluar dari paru-paru. Ketika mamalia beraktivitas fisik, dinding perut berkontraksi dan meningkatkan tekanan pada diafragma, yang memaksa udara keluar lebih cepat dan lebih kuat. Sangkar rusuk mampu mengembang dan mengempis melalui aksi otot-otot pernapasan lainnya. Akibatnya, udara diisap ke dalam atau dikeluarkan dari paru-paru, selalu mengikuti gradien tekanannya.[22][23] Karena kemiripannya dengan ubub, jenis paru-paru ini dikenal sebagai paru-paru ubub.[23]

Jantung mamalia memiliki empat ruang, yakni dua serambi di bagian atas sebagai ruang penerima dan dua bilik di bawah sebagai ruang pengeluaran.[24] Jantung memiliki empat katup, yang memisahkan biliknya dan memastikan darah mengalir ke arah yang benar (mencegah aliran balik). Setelah pertukaran gas di kapiler paru (pembuluh darah di paru-paru), darah yang kaya oksigen kembali ke serambi kiri melalui salah satu dari empat vena paru. Darah mengalir hampir terus-menerus kembali ke serambi, yang bertindak sebagai ruang penerima, dan dari sini darah mengalir melalui lubang ke bilik kiri. Sebagian besar darah mengalir secara pasif ke jantung saat serambi dan bilik berelaksasi, tetapi menjelang akhir diastol (periode relaksasi bilik), serambi kiri akan berkontraksi dan memompa darah ke dalam bilik. Seperti otot lainnya, jantung juga membutuhkan nutrisi dan oksigen yang ditemukan dalam darah, dan disuplai oleh arteri koroner.[25]

Model mainan edukasi jantung mamalia
Kulit mamalia: 1 — rambut, 2 — epidermis, 3 — kelenjar minyak, 4 — otot erektor rambut, 5 — dermis, 6 — folikel rambut, 7 — kelenjar keringat, 8 (tidak dilabel, di lapisan bawah)  — hipodermis, yang menunjukkan adiposit yang bulat

Sistem integumen (kulit) terdiri dari tiga lapisan: epidermis, dermis, dan hipodermis. Tebal epidermis biasanya 10 sampai 30 sel; fungsi utamanya adalah untuk memberikan lapisan kedap air. Sel-sel terluarnya terus-menerus hilang; sel-sel paling bawahnya terus membelah dan mendorong ke atas. Lapisan tengah, dermis, 15 sampai 40 kali lebih tebal dari epidermis. Dermis terdiri dari banyak komponen, seperti struktur tulang dan pembuluh darah. Hipodermis terdiri dari jaringan adiposa, yang menyimpan lipid dan menyediakan bantalan dan insulasi. Ketebalan lapisan ini sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya;[26]:97mamalia laut membutuhkan hipodermis tebal untuk insulasi, dan paus sikat memiliki lemak paling tebal (20 inci atau 51 cm).[27] Meskipun hewan lain memiliki fitur seperti kumis, bulu, seta, atau silia, tidak ada hewan selain mamalia yang memiliki rambut. Ini adalah karakteristik definitif dari kelas mamalia, meskipun beberapa mamalia memiliki rambut yang sangat sedikit.[26]:61

Gigi karnasial (gigi di bagian paling belakang mulut) dari serigala bumi yang insektivor (kiri) vs. gigi serigala abu-abu (kanan) yang memakan vertebrata besar

Herbivor telah mengembangkan beragam struktur fisik untuk memfasilitasi mereka mengonsumsi tumbuhan. Untuk memecah jaringan tumbuhan utuh, mamalia telah mengembangkan struktur gigi yang mencerminkan preferensi makan mereka. Sebagai contoh, frugivor (hewan yang terutama memakan buah) dan herbivor yang memakan dedaunan lunak memiliki gigi bermahkota rendah yang khusus untuk menggiling dedaunan dan biji. Herbivor yang cenderung memakan rumput keras yang kaya silika memiliki gigi bermahkota tinggi yang mampu menggiling jaringan tumbuhan yang keras dan tidak cepat rusak seperti gigi bermahkota rendah.[28] Kebanyakan mamalia karnivor memiliki gigi karnasial (yang panjangnya bervariasi tergantung pada makanannya), taring yang panjang, dan pola penggantian gigi yang serupa.[29]

Lambung hewan berkuku genap (Artiodactyla) terbagi menjadi empat bagian: rumen, retikulum, omasum, dan abomasum (hanya ruminansia yang memiliki rumen). Setelah bahan tumbuhan ditelan, mereka dicampur dengan air liur di dalam rumen dan retikulum, lalu dipisahkan menjadi bahan padat dan cair. Padatan menyatu untuk membentuk bolus (atau mamahan), dan diregurgitasikan. Ketika bolus masuk ke mulut, cairannya diperas dengan lidah dan ditelan lagi. Makanan yang dicerna masuk ke rumen dan retikulum, tempat mikroorganisme selulolitik (bakteri, protozoa, dan fungi) menghasilkan selulase, enzim yang diperlukan untuk memecah selulosa pada tumbuhan.[30] Berbeda dengan ruminansia, hewan berkuku ganjil (Perissodactyla) menyimpan makanan yang telah dicerna dan telah meninggalkan lambung dalam sekum yang membesar, tempat makanan tersebut difermentasi oleh bakteri.[31] Dibandingkan dengan sistem pencernaan herbivor yang rumit, Carnivora memiliki lambung sederhana yang beradaptasi terutama untuk mencerna daging. Sekum mereka tidak ada atau pendek dan sederhana, dan usus besar mereka tidak berkantong atau tidak jauh lebih lebar dari usus kecil.[32]

Ginjal sapi

Sistem ekskresi mamalia melibatkan banyak komponen. Seperti kebanyakan hewan darat lainnya, mamalia tergolong ureotelik, mengubah amonia menjadi urea di hati sebagai bagian dari siklus urea.[33] Bilirubin, produk limbah yang dihasilkan oleh sel-sel darah dibawa melalui empedu dan urine dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh hati.[34] Melintasnya bilirubin via empedu menuju usus menjadikan tinja mamalia berwarna cokelat.[35] Sifat khusus ginjal mamalia misalnya adanya pelvis ginjal dan piramid ginjal, serta korteks dan medula yang dapat dibedakan dengan jelas karena terdapatlengkung Henle yang memanjang. Hanya ginjal mamalia yang berbentuk seperti kacang, meskipun ada beberapa variasi, misalnya ginjal retikulat berlobus banyak pada anjing laut, setasea, dan beruang.[36][37] Sebagian besar mamalia berplasenta dewasa tidak memiliki sisa kloaka sama sekali. Pada embrio, kloaka embrionik terbagi menjadi bagian posterior yang menjadi bagian dari anus dan bagian anterior yang menjadi struktur berbeda, tergantung pada jenis kelamin individu tersebut: pada betina, bagian ini menjadi vestibula (ruang depan) yang membentuk uretra dan vagina, sedangkan pada jantan, bagian ini membentuk keseluruhan uretra kavernosa.[37] Meskipun demikian, Tenrecidae, Chrysochloridae, dan sejumlah celurut tetap mempertahankan kloaka ketika dewasa.[38] Pada marsupialia, saluran kelaminnya terpisah dari anus, tetapi sisa kloaka asli tetap ada di bagian luar tubuh.[37] Monotremata, yang berasal dari kata bahasa Yunani "lubang tunggal", memiliki kloaka sejati.[39]

Produksi suara

Diagram sinyal ultrasonik yang dipancarkan oleh kelelawar dan gema oleh objek di dekatnya

Seperti pada semua tetrapoda lainnya, mamalia memiliki laring yang dapat membuka dan menutup dengan cepat untuk menghasilkan suara, serta sebuah saluran vokal supralaringeal yang menyaring suara ini. Paru-paru dan otot-otot sekitarnya menyediakan aliran udara dan tekanan yang diperlukan untuk berfonasi (artikulasi). Laring mengendalikan tinggi nada dan volume suara, tetapi kekuatan paru-paru untuk menghembuskan napas juga berkontribusi pada volume. Mamalia yang lebih primitif, seperti landak semut, hanya dapat mendesis, karena suaranya diperoleh hanya dengan menghembuskan napas melalui laring yang tertutup sebagian. Mamalia lain berfonasi menggunakan pita suara. Pergerakan atau ketegangan pita suara dapat menghasilkan banyak suara seperti mendengkur dan menjerit. Mamalia dapat mengubah posisi laring, yang memungkinkan mereka bernapas melalui hidung dan menelan melalui mulut, serta membentuk suara mulut dan suara hidung; suara hidung, seperti rengekan anjing, pada umumnya lembut, sedangkan suara mulut, seperti gonggongan anjing, umumnya bervolume keras.[40]

Beluga whale echolocation sounds

Beberapa mamalia memiliki laring yang besar sehingga nada suaranya rendah, seperti kelelawar kepala palu (Hypsignathus monstrosus) yang laringnya dapat memenuhi seluruh rongga dada sampai mendorong paru-paru, jantung, dan trakea ke dalam rongga perut.[41] Bantalan vokal yang besar juga dapat menurunkan nada, seperti pada auman kucing besar bernada rendah.[42] Produksi infrasonik dimungkinkan pada beberapa mamalia seperti gajah afrika (Loxodonta spp.) dan paus balin.[43][44] Mamalia kecil dengan laring kecil memiliki kemampuan untuk menghasilkan ultrasonik, yang dapat dideteksi dengan modifikasi pada telinga tengah dan koklea. Ultrasonik tidak terdengar oleh burung dan reptil, yang mungkin penting selama Era Mesozoikum, ketika burung dan reptil menjadi predator dominan. Saluran suara pribadi ini digunakan oleh beberapa hewan pengerat, misalnya, komunikasi ibu-ke-anak, dan oleh kelelawar saat melakukan ekolokasi. Paus bergigi juga menggunakan ekolokasi menggunakan melon, yang cara kerjanya berbeda. Beberapa primata memiliki kantung udara yang menempel pada laring dan dapat berfungsi untuk menurunkan resonansi atau meningkatkan volume suara.[40]

Sistem produksi vokal dikendalikan oleh inti saraf kranial di otak dan disuplai oleh saraf laring rekuren dan saraf laring superior, yang merupakan cabang dari saraf vagus. Sistem vokal disuplai oleh saraf hipoglossus dan saraf fasialis. Stimulasi listrik dari wilayah periaqueductal gray (PEG) pada otak tengah mamalia menimbulkan vokalisasi. Kemampuan untuk mempelajari vokalisasi baru hanya dicontohkan pada manusia, anjing laut, setasea, gajah, dan mungkin kelelawar; pada manusia, kemampuan ini merupakan hasil dari hubungan langsung antara korteks motorik yang mengontrol gerakan dan neuron motorik di sumsum tulang belakang.[40]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Mammal Species of the World". departments.bucknell.edu. Diakses tanggal 21 Desember 2019. 
  2. ^ "Mammalia". ITIS. Diakses tanggal 21 Desember 2019. 
  3. ^ "Catalogue of Life: 2019 Annual Checklist". Catalogue of Life. Diakses tanggal 21 Desember 2019. 
  4. ^ Kriegs JO, Churakov G, Kiefmann M, Jordan U, Brosius J, Schmitz J (April 2006). "Retroposed elements as archives for the evolutionary history of placental mammals". PLOS Biology. 4 (4): e91. doi:10.1371/journal.pbio.0040091. PMC 1395351alt=Dapat diakses gratis. PMID 16515367. 
  5. ^ a b Nishihara H, Maruyama S, Okada N (March 2009). "Retroposon analysis and recent geological data suggest near-simultaneous divergence of the three superorders of mammals". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 106 (13): 5235–40. Bibcode:2009PNAS..106.5235N. doi:10.1073/pnas.0809297106alt=Dapat diakses gratis. PMC 2655268alt=Dapat diakses gratis. PMID 19286970. 
  6. ^ Springer MS, Murphy WJ, Eizirik E, O'Brien SJ (February 2003). "Placental mammal diversification and the Cretaceous-Tertiary boundary". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 100 (3): 1056–61. Bibcode:2003PNAS..100.1056S. doi:10.1073/pnas.0334222100alt=Dapat diakses gratis. PMC 298725alt=Dapat diakses gratis. PMID 12552136. 
  7. ^ Tarver JE, Dos Reis M, Mirarab S, Moran RJ, Parker S, O'Reilly JE, et al. (January 2016). "The Interrelationships of Placental Mammals and the Limits of Phylogenetic Inference". Genome Biology and Evolution. 8 (2): 330–44. doi:10.1093/gbe/evv261. hdl:1983/64d6e437-3320-480d-a16c-2e5b2e6b61d4. PMC 4779606alt=Dapat diakses gratis. PMID 26733575. 
  8. ^ Romer SA, Parsons TS (1977). The Vertebrate Body. Philadelphia: Holt-Saunders International. hlm. 129–145. ISBN 978-0-03-910284-5. OCLC 60007175. 
  9. ^ Purves WK, Sadava DE, Orians GH, Helle HC (2001). Life: The Science of Biology (edisi ke-6). New York: Sinauer Associates, Inc. hlm. 593. ISBN 978-0-7167-3873-2. OCLC 874883911. 
  10. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama jawbone2006
  11. ^ Anthwal N, Joshi L, Tucker AS (January 2013). "Evolution of the mammalian middle ear and jaw: adaptations and novel structures". Journal of Anatomy. 222 (1): 147–60. doi:10.1111/j.1469-7580.2012.01526.x. PMC 3552421alt=Dapat diakses gratis. PMID 22686855. 
  12. ^ van Nievelt AF, Smith KK (2005). "To replace or not to replace: the significance of reduced functional tooth replacement in marsupial and placental mammals". Paleobiology. 31 (2): 324–346. doi:10.1666/0094-8373(2005)031[0324:trontr]2.0.co;2. 
  13. ^ Libertini G, Ferrara N (April 2016). "Aging of perennial cells and organ parts according to the programmed aging paradigm". Age. 38 (2): 35. doi:10.1007/s11357-016-9895-0. PMC 5005898alt=Dapat diakses gratis. PMID 26957493. 
  14. ^ Mao F, Wang Y, Meng J (2015). "A Systematic Study on Tooth Enamel Microstructures of Lambdopsalis bulla (Multituberculate, Mammalia)--Implications for Multituberculate Biology and Phylogeny". PLOS ONE. 10 (5): e0128243. Bibcode:2015PLoSO..1028243M. doi:10.1371/journal.pone.0128243alt=Dapat diakses gratis. PMC 4447277alt=Dapat diakses gratis. PMID 26020958. 
  15. ^ Osborn HF (1900). "Origin of the Mammalia, III. Occipital Condyles of Reptilian Tripartite Type". The American Naturalist. 34 (408): 943–947. doi:10.1086/277821alt=Dapat diakses gratis. JSTOR 2453526. 
  16. ^ Crompton AW, Jenkins Jr FA (1973). "Mammals from Reptiles: A Review of Mammalian Origins". Annual Review of Earth and Planetary Sciences. 1: 131–155. Bibcode:1973AREPS...1..131C. doi:10.1146/annurev.ea.01.050173.001023. 
  17. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama schulkin
  18. ^ Lindenfors P, Gittleman JL, Jones KE (2007). Sex, Size and Gender Roles: Evolutionary Studies of Sexual Size Dimorphism. Oxford: Oxford University Press. hlm. 16–26. ISBN 978-0-19-920878-4. 
  19. ^ Dierauf LA, Gulland FM (2001). CRC Handbook of Marine Mammal Medicine: Health, Disease, and Rehabilitation (edisi ke-2). Boca Raton: CRC Press. hlm. 154. ISBN 978-1-4200-4163-7. OCLC 166505919. 
  20. ^ Lui JH, Hansen DV, Kriegstein AR (July 2011). "Development and evolution of the human neocortex". Cell. 146 (1): 18–36. doi:10.1016/j.cell.2011.06.030. PMC 3610574alt=Dapat diakses gratis. PMID 21729779. 
  21. ^ Keeler CE (June 1933). "Absence of the Corpus Callosum as a Mendelizing Character in the House Mouse". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 19 (6): 609–11. Bibcode:1933PNAS...19..609K. doi:10.1073/pnas.19.6.609alt=Dapat diakses gratis. JSTOR 86284. PMC 1086100alt=Dapat diakses gratis. PMID 16587795. 
  22. ^ Levitzky MG (2013). "Mechanics of Breathing". Pulmonary physiology (edisi ke-8). New York: McGraw-Hill Medical. ISBN 978-0-07-179313-1. OCLC 940633137. 
  23. ^ a b Umesh KB (2011). "Pulmonary Anatomy and Physiology". Handbook of Mechanical Ventilation (edisi ke-1). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishing. hlm. 12. ISBN 978-93-80704-74-6. OCLC 945076700. 
  24. ^ Standring S, Borley NR (2008). Gray's anatomy: the anatomical basis of clinical practice (edisi ke-40). London: Churchill Livingstone. hlm. 960–962. ISBN 978-0-8089-2371-8. OCLC 213447727. 
  25. ^ Betts JF, Desaix P, Johnson E, Johnson JE, Korol O, Kruse D, et al. (2013). Anatomy & physiology. Houston: Rice University Press. hlm. 787–846. ISBN 978-1-938168-13-0. OCLC 898069394. 
  26. ^ a b Feldhamer GA, Drickamer LC, Vessey SH, Merritt JF, Krajewski C (2007). Mammalogy: Adaptation, Diversity, Ecology (edisi ke-3). Baltimore: Johns Hopkins University Press. ISBN 978-0-8018-8695-9. OCLC 124031907. 
  27. ^ Tinker SW (1988). Whales of the World. Brill Archive. hlm. 51. ISBN 978-0-935848-47-2. 
  28. ^ Romer AS (1959). The vertebrate storyPerlu mendaftar (gratis) (edisi ke-4). Chicago: University of Chicago Press. ISBN 978-0-226-72490-4. 
  29. ^ de Muizon C, Lange-Badré B (1997). "Carnivorous dental adaptations in tribosphenic mammals and phylogenetic reconstruction". Lethaia. 30 (4): 353–366. doi:10.1111/j.1502-3931.1997.tb00481.x. 
  30. ^ Langer P (July 1984). "Comparative anatomy of the stomach in mammalian herbivores". Quarterly Journal of Experimental Physiology. 69 (3): 615–25. doi:10.1113/expphysiol.1984.sp002848. PMID 6473699. 
  31. ^ Vaughan TA, Ryan JM, Czaplewski NJ (2011). "Perissodactyla". Mammalogy (edisi ke-5). Jones and Bartlett. hlm. 322. ISBN 978-0-7637-6299-5. OCLC 437300511. 
  32. ^ Flower WH, Lydekker R (1946). An Introduction to the Study of Mammals Living and Extinct. London: Adam and Charles Black. hlm. 496. ISBN 978-1-110-76857-8. 
  33. ^ Sreekumar S (2010). Basic Physiology. PHI Learning Pvt. Ltd. hlm. 180–181. ISBN 978-81-203-4107-4. 
  34. ^ Cheifetz AS (2010). Oxford American Handbook of Gastroenterology and Hepatology. Oxford: Oxford University Press, US. hlm. 165. ISBN 978-0-19-983012-1. 
  35. ^ Kuntz E (2008). Hepatology: Textbook and Atlas. Germany: Springer. hlm. 38. ISBN 978-3-540-76838-8. 
  36. ^ Ortiz RM (June 2001). "Osmoregulation in marine mammals". The Journal of Experimental Biology. 204 (Pt 11): 1831–44. doi:10.1242/jeb.204.11.1831. PMID 11441026. 
  37. ^ a b c Roman AS, Parsons TS (1977). The Vertebrate Body. Philadelphia: Holt-Saunders International. hlm. 396–399. ISBN 978-0-03-910284-5. 
  38. ^ Biological Reviews – Cambridge Journals
  39. ^ Dawkins R, Wong Y (2016). The Ancestor's Tale: A Pilgrimage to the Dawn of Evolution (edisi ke-2nd). Boston: Mariner Books. hlm. 281. ISBN 978-0-544-85993-7. 
  40. ^ a b c Fitch WT (2006). "Production of Vocalizations in Mammals" (PDF). Dalam Brown K. Encyclopedia of Language and Linguistics. Oxford: Elsevier. hlm. 115–121. 
  41. ^ Langevin P, Barclay RM (1990). "Hypsignathus monstrosus". Mammalian Species. 357 (357): 1–4. doi:10.2307/3504110. JSTOR 3504110. 
  42. ^ Weissengruber GE, Forstenpointner G, Peters G, Kübber-Heiss A, Fitch WT (September 2002). "Hyoid apparatus and pharynx in the lion (Panthera leo), jaguar (Panthera onca), tiger (Panthera tigris), cheetah (Acinonyxjubatus) and domestic cat (Felis silvestris f. catus)". Journal of Anatomy. 201 (3): 195–209. doi:10.1046/j.1469-7580.2002.00088.x. PMC 1570911alt=Dapat diakses gratis. PMID 12363272. 
  43. ^ Stoeger AS, Heilmann G, Zeppelzauer M, Ganswindt A, Hensman S, Charlton BD (2012). "Visualizing sound emission of elephant vocalizations: evidence for two rumble production types". PLOS ONE. 7 (11): e48907. Bibcode:2012PLoSO...748907S. doi:10.1371/journal.pone.0048907alt=Dapat diakses gratis. PMC 3498347alt=Dapat diakses gratis. PMID 23155427. 
  44. ^ Clark CW (2004). "Baleen whale infrasonic sounds: Natural variability and function". Journal of the Acoustical Society of America. 115 (5): 2554. Bibcode:2004ASAJ..115.2554C. doi:10.1121/1.4783845.