Wahid Chan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Wahid Chan atau A. Wahid Chaniago (14 Juli 1921 - 20 Desember 1971)[1] adalah seorang aktor asal Indonesia yang memulai karirnya lewat film Budi Utama pada tahun 1951.

Wahid Chan
Wahid Chan, 1955
LahirA. Wahid Chaniago
(1921-07-14)14 Juli 1921
Banda Aceh, Aceh
Meninggal20 Desember 1971(1971-12-20) (umur 50)
Makassar, Sulawesi Selatan
Pekerjaan
Tahun aktif1950-1971

Biografi[sunting | sunting sumber]

Wahid Chan atau Nama penuhnya A. Wahid Chaniago. Chaniago adalah gelar atau nama sukunya. Ia lahir pada tanggal 14 Juli 1921. Berasal dari Matur (BT). Lahir dan dibesarkan di Kuta Raja, Banda Aceh, Aceh. Pernah kubaca dari karangan. Bunga tentang Astrologia bahwa perang yang dilahirkan pada tanggal 14 Juli berbakat seni. Mungkin inilah yang memberanikan dirinya meninggalkan Sumatra menuju Jakarta mengadu untung dalam seni film.

Bersaudara tiga, dan ia yang penutup (bungsu), pendidikan HIS Taman Dewasa, Taman Siswa, tapi kakinya yang senantiasa gatal menyepak bola tak mau mengijinkan meneruskan pelajarannya dan ia bercita-cita ingin menjadi bintang lapangan hijau. Tetapi karena kecelakaan pada lututnya, cita-citanya untuk menjadi bintang lapangan hijau itu gagal. Olah raga lainnya yang digemarinya ialah tenis, pingpong, berenang dan tinju.

Semenjak tahun 1937 ia bekerja di berbagai tempat, melompat-lompat tiada tetap, lebih tepat kalau dikatakan mengembara. Disamping itu, sandiwara adalah sebagai sorga baginya, dan ia berhasrat akan menceburkan diri ke dunia film. Kurang lebih 10 tahun belajar dan bermain di berbagai sandiwara di Sumatra, baru sesudah KMB ia melampaui selat sunda, meninggalkan Sumatra menempuh Jakarta. Ia ke Jakarta dalam keadaan yang amat menyedihkan. Pakaian yang dibawanya hanya sepasang bekas gerilya, dan uang tak lebih dari Rp.10. Berbulan-bulan, lapar-haus, tak dihiraukannya, dan diberbagai studio ia ditolak."Ach!, ini semua percobaan" katanya "Selagi matahari masih bersinar, harapanku tak akan pudar, karena dibalik awan yang tebal, matahari tetap bercahaya".

Dikalangan Seniman Senen, Wahid Chan telah diangkat sebagai Camat Senen.

Barulah di studio Golden Arrow ia diterima oleh Tuan Chang San dan R. Ariffien (sutradara). "Ternyata bahwa tuduhan orang bahwa perusahaan-perusahaan film bangsa asing hanya mementingkan orang yang cantik saja, tidak beralasan terbukti dengan diterimanya saya menjadi pemain film dari perusahaan Golden Arrow".

Dia memasuki dunia film sejak tahun 1951, dimulai dengan Budi Utama sebagai seorang seniman tua. Lima cerita berturut dari Golden Arrow yaitu Budi Utama, Pembalasan, Simpang Djalan, Seruni Laju, dan Merebut Kasih. Kemudian dalam Musim Melati, dari Semeru Film Co. Ditepi Bengawan Solo dan Njiur Melambai produksi Asiatic Film Coy. Dan baru saja selesai ialah Tenang Menanti dari Surja Film Co. Menurut katanya, dalam Tenang Menanti lah ia baru merasa sedikit puas, karena leluasa bergerak dan berlaku. Selain itu ia merasa mendapat sutradara dan teman-teman yang betul-betul "nuchter" dalam segala hal. Pada produksi kedua Surja Film Co, ia diserahkan membuat cerita dengan pimpinan dan bantuan Tuan R.S. Madhy yang berkalimat Mati Sebelum Sendja. Beberapa reel cerita sudah diopname, tetapi sekarang terpaksa ditunda untuk beberapa bulan karena satu dan hal lain.

Waktu belakangan ini, sering ia kami lihat di Studio Bintang Surabaja, Golden Arrow, Persari, di mana ia akan berlaku, Wallahu alam. Karena ia pemain yang tidak terikat (free-lancer). Pula hampir setiap gambar bertukar ia hadir, terkadang sampai tiga kali berturut-turut menonton satu cerita, apabila gambar itu menarik hatinya. Bintang pujaannya ialah Glenn Ford, Joseph Cotton, Humphrey Bogart, Gregory Peck, dan seluruh pemain watak dari Amerika. Menurut salah seorang temannya yang dekat, sekali ia hampir putus asa, dan akan mengundurkan diri dari Dunia Film disebabkan sempitnya ekonomi, dan kurangnya perhatian produser film terhadap artis film baru (new comer). Untung beberapa sahabat studentnya dapat menentramkan kembali pikirannya dan mengurungkan niatnya dengan perkataan "Jangan mundur karena kapasitasmu besar, hanya perusahaan film Indonesia yang kecil. Anggaplah pembayaran yang tak seimbang dengan jerih payahmu itu sebagai uang saku kepada seorang pelajar film. Dan jangan lupa, tinjaulah kembali keadaan beberapa puluh tahun yang lampau, sewaktu kita menonton film-film bisu dari Amerika. Gambar-gambar itu dipertunjukkan di gedung-gedung, di bawah skycrapers (pencakar langit), dengan mendapat perhatian penuh dari bangsa Amerika, khususnya, dan dunia umumnya. Pesatnya kemajuan mereka melulu bantuan moril bangsanya, pula berpuluh negara lain termasuk negeri jajahan lainnya, memuji dan membangga, malah memperdebatkan jago dari film tersebut. Bukanlah ini contoh yang tepat. Dan segala ocehan bangsa kita sendiri yang merendahkan mutu film Indonesia, anggaplah mereka belum masak pengertian."

Ia amat suka berjalan kaki berjam-jam lamanya, sambil mempelajari penghidupan masyarakat yang 1001 corak itu. Hormat dan santunnya tiada berbeda kepada siapapun walau ningrat ataupun gembel.[2]

Rendra Karno dan Wahid Chan di film Penjelendup (1952)
Wahid Chan dan Iscandar Soekarno di film Penjelundup (1952)
Moh Mochtar dan Wahid Chan di film Sungai Darah (1954)

Film-film terpenting Wahid Chan adalah Penjelundup (1952), Krisis (1953), Harimau Tjampa (1953), Puteri Dari Medan (1954), Djudi (1955), Tudjuan (1956), Sendja Indah (1957), Tugas Baru Inspektur Rachman (1960), Tudjuh Pradjurit (1962), Diambang Fadjar (1964), Matjan Kemajoran (1965) dan lain-lain.

Namun, salah satu insiden yang terjadi padanya, dia jatuh dan mengalami sakit encok yang cukup parah. Akibatnya, dia harus berhenti di Dunia Film untuk memulihkan rasa sakinya. Setelah ia beransur pulih, dia baru muncul kembali pada 1970, dimulai dengan Samiun dan Dasima, kemudian tampil lagi dalam film-film Duel (1970), Latando di Toradja (1970) dan Lisa (1971). Telah menyelesaikan lebih dari 30 buah film dengan Sanrego (1971) sebagai filmnya yang terakhir. Sehingga ia wafat pada tanggal 20 Desember 1971 di Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan di usia 50 tahun akibat sakit yang dia derita.

Filmografi[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "IdFilmCenter". www.indonesianfilmcenter.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-05-10. 
  2. ^ "(Aneka, 1952) Bercakap-cakap dengan Bintang: Wahid Chan". Seputar Teater Indonesia. 2016-07-07. Diakses tanggal 2024-05-10.