Lompat ke isi

Upil

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gumpalan upil

Upil atau mukus hidung kering atau ingus kering terdapat pada hidung dan merupakan hasil pengeringan mukus koloid kental (yang dikenal sebagai ingus) secara normal.[1] Dalam bahasa Inggris Amerika, upil dikenal dengan sebutan boogies[2] atau bogeys. Tindakan mengorek lubang hidung untuk mengeluarkan upil disebut dengan mengupil.

Pembentukan

[sunting | sunting sumber]
Dinding lateral rongga hidung, memperlihatkan vestibula tempat upil biasa ditemukan.

Membran mukosa pada rongga hidung terus-menerus memproduksi mukus basah (atau ingus) yang melumeri rongga hidung dan menyingkirkan debu atau patogen yang masuk ke hidung melalui udara. Silia juga melapisi rongga untuk menggerakkan mukus dari rongga hidung menuju faring. Tidak semua mukus dapat dialirkan oleh silia dan mukus tersebut terjebak di dalam hidung. Semakin dekat mukus dari lubang hidung dan semakin sedikit kelembaban udara yang diterimanya, maka semakin besar kemungkinannya untuk mengering dan menjadi upil.

Kebiasaan memakan kotoran hidung

[sunting | sunting sumber]

Stefan Gates dalam bukunya Gastronaut membahas mengenai pengkonsumsian mukus. Dia mengungkapkan bahwa 44% orang yang telah ditanyainya mengaku telah memakan upil mereka ketika dewasa dan berkata bahwa mereka menyukainya.[3] Dikarenakan penyaring mukus bersifat kontaminan terhadap udara, maka memakannya bisa dikatakan tidak sehat. Gates berkomentar bahwa tubuh manusia telah dirancang untuk mengkonsumsi ingus, karena ingus tertelan setelah dialirkan ke tenggorokan oleh silia.[3] Friedrich Bischinger (seorang ahli pulmonologi di Privatklinik Hochrum Innsbruck),[4] mengatakan bahwa mengupil dan memakan upil bisa bermanfaat bagi sistem kekebalan tubuh.[5][6]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "What's a Booger?". KidsHealth. 
  2. ^ "Definition of bogey - Oxford Dictionaries (British & World English)". Askoxford.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-11-03. Diakses tanggal 2012-08-12. 
  3. ^ a b Stefan Gates, Gastronaut: Adventures in Food for the Romantic, the Foolhardy, and the Brave, 2006, ISBN 0-15-603097-7 (paperback), "Boogers", pp. 68, 69
  4. ^ "Dr. Bischinger Friedrich: Lungenkrankheiten" (dalam bahasa German). Privatklinik Hochrum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-09. Diakses tanggal 2008-12-07. 
  5. ^ "Top doc backs picking your nose and eating it". Ananova. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-02-06. Diakses tanggal 2008-12-07. 
  6. ^ Bankhofer, Hademar (2007). "Nasenbohren" (PDF). Gesundheit kennt keine Tabus (dalam bahasa German). München: Südwest. hlm. 10–15. ISBN 978-3-517-08373-5. OCLC 185006183. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-13. Diakses tanggal 2008-12-07.  Theodore Pabst went several weeks surviving on nothing but snot, and believed it had cleansed his body of contaminants that are found in our environment today.