Lompat ke isi

Terap

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Terap
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosidae
Ordo: Rosales
Famili: Moraceae
Genus: Artocarpus
Spesies:
A. odoratissimus
Nama binomial
Artocarpus odoratissimus
Sinonim[2]
  • Artocarpus mutabilis Becc.
  • Artocarpus tarap Becc.

Terap atau tarap adalah sejenis pohon buah dari marga pohon nangka (Artocarpus). Buahnya serupa nangka yang kecil, dengan bau wangi yang kuat, seperti dicerminkan oleh nama ilmiahnya: Artocarpus odoratissimus. Buah ini juga dikenal sebagai marang (Mindanao), timadang (Sabah), lumuk (Sarawak), atau Johey oak (Ingg.).

Pengecualian: Jenis pohon terap ini tidak sama dengan pohon benda atau bendo (Artocarpus elasticus), yang juga disebut terap (di Serawak) atau teureup (di Jawa Barat).

Pohon terap dapat mencapai tinggi 25 m, dan batangnya dapat mempunyai diameter sampai 40 cm, keabu-abuan. Ranting pohon ini memiliki bulu-bulu panjang kuning sampai kemerahan.

Buah terap liar yang telah masak

Daun terap berbentuk jorong sampai bundar telur terbalik, berukuran 11-28 × 16–50 cm, bertepi rata atau menggerigi dangkal, berujung tumpul atau sedikit meluncip, dan bertangkai 2–3 cm. Daun penumpu berbentuk bundar telur, 1–8 cm, berbulu kuning atau merah, bila rontok meninggalkan bekas cincin pada ranting.

Tumbuhan berumah tunggal (monoecious). Perbungaan terjadi dalam bongkol soliter, yang muncul pada ketiak daun. Bongkol bunga jantan berbentuk jorong sampai gada, 2-6 × 4–11 cm. Buahnya majemuk (syncarp) berbentuk agak bulat, sampai 13 × 16 cm, berwarna kuning kehijauan bila masak, dengan tonjolan-tonjolan serupa duri lunak pendek, bertangkai panjang 5–14 cm, muncul di ujung ranting seperti pada sukun. Daging buah (semu, yang sebetulnya adalah perkembangan dari perhiasan bunga) berwarna keputihan, mengandung banyak sari buah, manis dan harum sekali, terasa licin lunak dan agak seperti jeli di lidah. Biji (perikarp) berukuran 8 × 12 mm.

Sebaran, kegunaan dan ekologi

[sunting | sunting sumber]
Pohon terap

Terap kurang menyebar luas, dan lebih dikenal di Filipina di mana ia dibudidayakan secara luas (misalnya di Mindoro, Mindanao, Basilan dan Sulu), Borneo bagian utara (Brunei, Sabah, Sarawak, dan juga Kalimantan Timur serta Utara) dan Thailand. Asal-usulnya diperkirakan dari bagian utara Borneo, yakni Sabah Malaysia di mana ditemukan jenis liarnya di alam. Terap juga dibudidayakan di Queensland, Australia.

Pohon ini terutama ditanam karena buahnya, yang dimakan dalam keadaan segar atau diolah sebagai kue-kue. Buah terap harus segera dimakan dalam beberapa jam setelah dibuka, karena baunya yang harum cepat berkurang dan warnanya dapat berubah karena teroksidasi. Biji terap juga dapat dimakan setelah dipanggang atau direbus dengan garam.

Terap dapat tumbuh sejak daerah dekat pantai hingga ketinggian sekitar 1000 m dpl. Pohon ini menyenangi tanah liat berpasir dan wilayah dengan curah hujan cukup tinggi dan merata. Buah biasa didapati di awal musim hujan, antara Agustus hingga Januari bergantung pada lokasinya.

Reproduksi

[sunting | sunting sumber]

Tumbuhan dalam genus Artocarpus (seperti nangka, sukun, dan cempedak) dapat bereproduksi secara generatif (seksual) dan vegetatif (aseksual).

Reproduksi generatif melibatkan proses penyerbukan dan pembuahan yang menghasilkan biji. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus) dan cempedak (Artocarpus integer) umumnya memiliki biji dan dapat diperbanyak secara generatif melalui penanaman biji. Pohon yang berasal dari biji biasanya membutuhkan waktu lebih lama (sekitar 5-10 tahun) untuk mulai berbuah.

Reproduksi vegetatif tidak melibatkan biji atau proses seksual, melainkan menggunakan bagian-bagian vegetatif tanaman (akar, batang, daun) untuk membentuk tanaman baru. Cara ini memungkinkan tanaman baru memiliki sifat genetik yang identik dengan induknya dan lebih cepat berbuah. Sukun (Artocarpus altilis) adalah contoh paling umum dari genus ini yang bereproduksi secara alami melalui tunas adventif pada akarnya. Buah sukun bersifat parthenocarpic (tidak berbiji), sehingga perbanyakan generatif sulit dilakukan secara alami. Metode stek akar, stek pucuk, dan stek batang sering digunakan pada sukun dan nangka untuk perbanyakan vegetatif buatan. Okulasi/Cangkok: Teknik okulasi atau cangkok juga umum diterapkan, terutama pada nangka, untuk mempercepat masa panen dan mempertahankan sifat unggul pohon induk. Metode modern ini juga digunakan untuk perbanyakan massal, terutama pada sukun.

Secara ringkas, kemampuan bereproduksi secara generatif dan vegetatif memberikan fleksibilitas dalam budidaya dan kelangsungan hidup spesies Artocarpus, dengan metode vegetatif sering dipilih untuk tujuan komersial karena hasilnya yang lebih cepat dan konsisten.

Perbanyakan generatif pada genus Artocarpus (termasuk nangka, sukun, dan cempedak) merujuk pada proses perkembangbiakan tanaman secara seksual melalui biji. Proses Perbanyakan Generatif ini melibatkan penyatuan sel kelamin jantan (serbuk sari) dan betina (putik) melalui penyerbukan, yang kemudian menghasilkan biji yang subur. Pohon Artocarpus memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah, biasanya dalam satu pohon (monoecious). Penyerbukan umumnya dibantu oleh angin atau serangga. Setelah penyerbukan berhasil, terjadi pembuahan yang mengarah pada pembentukan buah dan biji di dalamnya. Biji dari buah yang matang dan sehat kemudian disemai untuk menghasilkan bibit baru. Bibit yang berasal dari perbanyakan generatif ini akan memiliki sistem perakaran tunggang yang kuat dan kokoh. Spesies dalam genus Artocarpus (seperti nangka, cempedak, dan sukun) umumnya menunjukkan jenis perkecambahan hipogeal. Ciri utama perkecambahan hipogeal adalah kotiledon (daun biji) tetap berada di dalam atau di permukaan tanah seperti perkecambahan biji mangga, terlindung di dalam kulit biji. Bagian batang di bawah kotiledon (hipokotil) tidak memanjang secara signifikan untuk mendorong kotiledon ke atas permukaan tanah. Bibit akan tumbuh menjadi pohon baru yang secara genetik merupakan kombinasi dari kedua induknya.

Tanaman hasil perbanyakan generatif memiliki sistem perakaran yang lebih kuat dan kokoh, serta umur produksi atau jangka waktu berbuah yang lebih panjang. Sifat tanaman anakan bisa bervariasi dan tidak selalu sama persis dengan induknya yang unggul (adanya segregasi genetik), dan biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mulai berbuah dibandingkan dengan perbanyakan vegetatif (seperti cangkok atau sambung pucuk). Meskipun perbanyakan vegetatif sering digunakan untuk memastikan sifat unggul dari induknya, perbanyakan generatif melalui biji tetap menjadi cara alami dan penting dalam siklus hidup dan pemuliaan tanaman Artocarpus.

Untuk merangsang pembungaan pada tanaman genus Artocarpus (seperti nangka, cempedak, dan sukun), metode yang paling umum dan efektif melibatkan penggunaan pupuk dengan kandungan fosfat (P) dan kalium (K) yang tinggi serta praktik agronomi yang tepat. Pemangkasan cabang yang tidak produktif atau terlalu rimbun dapat mengalihkan energi tanaman untuk produksi bunga dan buah. Pastikan tanaman mendapatkan pasokan air yang cukup, karena stres air dapat menyebabkan kerontokan bunga atau buah. Jaga kesehatan tanah dengan memberikan nutrisi yang seimbang. Tanah yang sehat mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal, termasuk pembungaan yang baik. Lindungi tanaman dari hama dan penyakit yang dapat mengganggu proses pembungaan dan pembuahan. Secara ringkas, kunci untuk merangsang bunga pada tanaman Artocarpus adalah kombinasi nutrisi yang tepat (tinggi P dan K) dan manajemen tanaman yang baik.

Perkawinan silang pada genus Artocarpus

[sunting | sunting sumber]

Perkawinan silang pada genus Artocarpus yang paling dikenal adalah nangkadak, hasil dari persilangan antara nangka betina (Artocarpus heterophyllus) disilangkan dengan cempedak jantan (Artocarpus integer). Hasil dari perkawinan silang ini adalah varietas unggul yang menggabungkan keunggulan kedua tanaman induk, seperti buah yang lebih produktif, rasa yang manis, aroma yang tidak terlalu menyengat, serta getah yang lebih sedikit.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Beberapa contoh anggota marga Artocarpus penghasil buah yang populer, di antaranya:

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. Chadburn, H. (2018). "Artocarpus odoratissimus". 2018 e.T86530097A86530116. doi:10.2305/IUCN.UK.2018-2.RLTS.T86530097A86530116.en. ;
  2. The Plant List: A Working List of All Plant Species, diakses tanggal 1 October 2015

Bahan bacaan

[sunting | sunting sumber]
  • Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]