Lompat ke isi

Tepus bener

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tepus bener
Tepus bener (Etlingera coccinea)
dari Sei Pinang, Mandau Talawang, Kapuas, Kalteng
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
E. coccinea
Nama binomial
Etlingera coccinea
(Blume) S.Sakai & Nagam.[2]:190-192
Sinonim
  • Elettaria coccinea Blume in Enum. Pl. Javae: 53 (1827)[3] (basionym)
  • Achasma macrocheilos Griff. in Not. Pl. Asiat. 3: 429 (1851)
  • Amomum gomphocheilos Baker in J.D.Hooker, Fl. Brit. India 6: 236 (1892)
  • Geanthus coccineus Reinw. ex Blume in Catalogus: 29 (1823), [nom. nud.]
  • Hornstedtia winkleri Ridl. in Bot. Jahrb. Syst. 44: 530 (1910)

Tepus, tepus bener (Etlingera coccinea) adalah sejenis tumbuhan yang termasuk kerabat jahe-jahean (Zingiberaceae). Memiliki bunga yang merah menyala dan indah, terna besar ini menyebar luas di Asia Tenggara hingga Kepulauan Sunda Besar. Di Jawa Barat bunganya dikenal sebagai mancirian[3]:53 atau mancirang, dan buahnya disebut rongod.[4]:587

Pengenalan[sunting | sunting sumber]

Habitus berupa terna dengan batang semu yang tinggi dan banyak berdaun.

Terna berukuran besar, dengan rimpang (rhizome, akar tinggal) yang menjalar panjang dalam tanah, berdiameter 2–3,5 cm, tertutupi sisik-sisik sepanjang 3,5–5 cm, liat seperti kulit, cokelat kehijauan hingga kekuningan, lebih gelap di tepi-tepinya. Batang semu tumbuh tinggi hingga 5 m, dengan daun-daun besar hingga 32 helai, yang tersusun berseling dalam dua baris berhadapan, bagian yang tak berdaun lk. sepanjang 0,5–0,8 m terbawah, pangkalnya yang menggembung dengan garis tengah 5–7 cm, cokelat kekuningan; muncul dari tanah dengan jarak antara lk. 10–20 cm dengan batang semu lainnya yang terdekat.[5]:150

Bunga muncul di tanah, di sela-sela batang semu.

Daun-daun berukuran besar. Pelepah daun (upih) bergaris-garis, hijau kekuningan, gundul, dengan tepi yang juga gundul; lidah-lidah (ligula) 1,4 × 1,2 cm, cokelat, menyegitiga, bertepi rata, seperti kertas, berambut balig; tangkai daun tak ada. Helaian daun bentuk bundar telur terbalik yang memanjang sempit, duduk, 71–73 × 14–14,5 cm, tepinya berambut halus, ujungnya meluncip.[5]:150

Perbungaan 13–14 cm panjangnya, dengan 14–17 kuntum bunga yang tersembunyi dalam tanah, setiap kalinya 1-5 kuntumnya mekar tepat di atas permukaan tanah, bertangkai sepanjang 5–5,5 cm di bawah tanah, menopang tongkol bunga majemuk bentuk bulat telur, panjang 8–9 cm. Bunga sepanjang 5–8 cm; dengan kelopak merah pucat, lebih gelap di ujungnya, 5–5,2 cm; tabung bunga 3,5–4 cm, merah jambu pucat; taju mahkota lanset, merah, ujungnya membundar; bibir (labellum)[6] bertaju-3, kuning dengan tepi merah, 3,7–4 × 1,3–1,6 cm.[5]:150

Buah majemuk setengah tertimbun oleh tanah, bentuk bongkol serupa bola kasar berukuran lk. 4–5 × 5–5,5 cm, berisi hingga 10 butir buah; buah muda 1,5–1,7 × 1,5 cm, agak membulat, berambut balig rapat.[5]:151

Ekologi dan agihan[sunting | sunting sumber]

Di bawah tajuk hutan sekunder.

Tepus bener merupakan terna terestrial, yang tumbuh di hutan-hutan primer maupun sekunder baik di bawah keteduhan tajuk maupun pada tempat terbuka penuh sinar matahari, terutama di sepanjang tepi aliran sungai pada tanah-tanah yang lembap hingga basah, 300 - 1,400 m dpl. Tepus tercatat berbunga dan berbuah antara bulan April – Agustus.[7]:110

Tumbuhan ini menyebar luas di Asia Tenggara (Thailand, Vietnam, Semenanjung Malaya), Kepulauan Sunda (Jawa, Sumatera, Kalimantan), dan Filipina.[8]

Kegunaan[sunting | sunting sumber]

Bunga majemuk.

Hati (ares) di tengah batang semu digunakan sebagai bumbu masakan di Kalimantan dan Jawa, dan juga dimakan sebagai sayuran.[7]:110 Batangnya yang muda juga digunakan sebagai obat batuk dan obat luka luar.[9] Buahnya yang dinamakan rongod (Sd.) dapat dimakan dan rasanya manis.[4]:587

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Poulsen, A.D., S.B. Olander, & R.V.A. Docot. (2019). Etlingera coccinea. The IUCN Red List of Threatened Species 2019: e.T117318042A124282047. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2019-2.RLTS.T117318042A124282047.en. Diakses tgl 22/vi/2024.
  2. ^ Sakai, S. & H. Nagamasu. (2003). "Systematic studies of Bornean Zingiberaceae: IV. Alpinioideae of Lambir Hills, Sarawak". Edinburgh Journal of Botany, 60: 181-216. DOI: https://doi.org/10.1017/S0960428603000143 (laman pada ResearchGate, diakses tgl 22/vi/2024
  3. ^ a b Blume, CL. (1827). Enumeratio plantarum Javae et insularum adjacentium : minus cognitarum ..., Fasc. 1: 53. Lugduni Batavorum: Apud J.W. van Leeuwen (1827-1830).
  4. ^ a b Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia I: 587. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa Belanda -1922- I:539, sebagai Achasma coccineum Val.)
  5. ^ a b c d Poulsen, AD. (2007). "Etlingera Giseke of Java". Gardens’ Bulletin Singapore, Vol. 59(1&2): 145-172. 2007.
  6. ^ yakni staminodia yang membesar, melebar, dan berwarna-warni
  7. ^ a b Naive, MAK, RO Pabillaran, & IG Escrupulo. (2018). "Etlingera coccinea (Blume) S. Sakai and Nagam. (Zingibearaceae – Alpinieae): an addition to the Flora of the Philippines, with notes on its distribution, phenology and ecology". Bioscience Discovery, 9(1): 107-110, Jan - 2018.
  8. ^ POWO: Etlingera coccinea (Blume) S.Sakai & Nagam., diakses tgl 22/vi/2024
  9. ^ Handayani, A. (2015). "Pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat oleh masyarakat sekitar Cagar Alam Gunung Simpang, Jawa Barat". Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, vol 1(6): 1425-1432, September 2015. DOI: https://dx.doi.org/10.13057/psnmbi/m010628

Pranala luar[sunting | sunting sumber]