Rumpun bahasa Sumatra Barat Laut–Kepulauan Penghalang
Sumatra Barat Laut–Kepulauan Penghalang | |
---|---|
Kepulauan Penghalang–Batak, Sumatra | |
Persebaran geografis: | Sumatra |
Rumpun bahasa: | Austronesia
|
| |
Glottolog: | nort2829[1] |
Rumpun bahasa Sumatra Barat Laut–Kepulauan Penghalang (bahasa Inggris: Northwest Sumatra–Barrier Islands) adalah kelompok sejumlah bahasa yang dituturkan di wilayah utara pulau Sumatra dan kepulauan di sekitarnya. Di daratan pulau Sumetera, bahasa ini dituturkan oleh suku-suku Batak, Alas dan Suku Gayo di pedalaman Aceh dan Sumatra Utara. Kelompok bahasa ini juga dituturkan oleh suku Mentawai, Nias dan suku-suku lainnya yang menempati kawasan kepulauan di sebelah barat Sumatra. Subkelompok ini pertama kali didefinisikan secara leksikal dan fonologis oleh ahli bahasa Berndt Nothofer.[2] Ahli bahasa Alexander Smith menyebut subkelompok ini "Sumatra" dan menganggapnya sebagai salah satu cabang utama rumpun bahasa Melayu-Polinesia. Smith mendefinisikan subkelompok ini secara fonologis sebagai kumpulan bahasa yang mengubah fonem *j [ɡʲ] dari Proto-Melayu-Polinesia menjadi *g [g], yang kemudian berevolusi menjadi berbagai fonem dalam bahasa-bahasa turunannya. Bahasa Nasal yang dituturkan di Bengkulu juga dimasukkan oleh Smith ke dalam subkelompok ini.[3]
Klasifikasi[sunting | sunting sumber]
Catatan[sunting | sunting sumber]
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2019). "Northwest Sumatra–Barrier Islands". Glottolog 4.1. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ Nothofer, Bernd (1986). "The Barrier Island Languages in the Austronesian Language Family". In Geraghty, P., Carrington, L. and Wurm, S.A. (eds.) Focal II: Papers From the Fourth International Conference on Austronesian Linguistics, pp. 87–109. Pacific Linguistics, Series C, No. 94, Canberra, Research School of Pacific and Asian Studies, The Australian National University.
- ^ Smith, Alexander D. (2017). "The Western Malayo-Polynesian Problem". Oceanic Linguistics 56(2): 435-490