Suku Rohingya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Orang Rohingya)
Etnis Rohingya
Ruáingga
ရိုဟင်ဂျာ
ﺭُﺍَࣺﻳﻨڠَ
𐴌𐴗𐴥𐴝𐴙𐴚𐴒𐴙𐴝
Pengungsi Rohingya di negara bagian Rakhine.
Jumlah populasi
1.547.778[1]–2.000.000+[2]
Daerah dengan populasi signifikan
Myanmar (Negara Bagian Rakhine), Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, Nepal, Pakistan, Arab Saudi, Thailand
 Myanmar1,0[3]–1,3 juta[4][5][6] (sebelum krisis 2016–2017)
 Bangladesh900.000+ (bertambah paling sedikit 400.000 sejak 25 Agustus 2017)[7][8]
 Pakistan200.000[9][10][11]
 Thailand100.000[12]
 Malaysia40.070[13]
 India40.000 (pada 2017 sebagai pengungsi dari Myanmar)[14][15]
 Amerika Serikat12.000+ (pada 2017 sebagai pengungsi dari Myanmar)[16]
 Indonesia1.478 (2023)[17]
   Nepal200 (pada 2017 sebagai pengungsi dari Myanmar)[18]
Bahasa
Rohingya
Agama
Islam, Hindu, Budha
Kamp Pengungsi yang kumuh di Cox's Bazar, Bangladesh

Rohingya (/rˈhɪnə, -ɪŋjə/; Rohingya: 𐴌𐴗𐴥𐴝𐴙𐴚𐴒𐴙𐴝, IPA: [rʊˈɜi̯ɲ.ɟə]) adalah sebuah kelompok etnis Indo-Arya dari Rakhine (juga dikenal sebagai Arakan, atau Rohang dalam bahasa Rohingya) di Myanmar. Rohingya adalah etno-linguistik yang berhubungan dengan bahasa bangsa Indo-Arya di India dan Bangladesh. Hal ini berbeda dengan mayoritas rakyat Myanmar yang berhubungan dengan bahasa bangsa Sino-Tibet).

Menurut penuturan warga Rohingya dan beberapa tokoh agama, mereka berasal dari negara bagian Rakhine. Sedangkan sejarawan lain mengklaim bahwa mereka bermigrasi ke Myanmar dari Bengal terutama ketika masa perpindahan yang berlangsung selama masa pemerintahan Inggris di Burma[19],[20][21] dan pada batas tertentu perpindahan itu terjadi setelah kemerdekaan Burma pada tahun 1948 dan selama periode Perang Kemerdekaan Bangladesh pada tahun 1971[22][23].

Kaum muslim dilaporkan telah menetap di negara bagian Rakhine (juga dikenal sebagai Arakan) sejak abad ke-16, meskipun jumlah pemukim beragama Islam sebelum pemerintahan Inggris tidak tidak diketahui dengan pasti[24]. Setelah Perang Anglo-Burma Pertama tahun 1826, Inggris menganeksasi Arakan dan pemerintah pendudukan mendorong terjadinya migrasi pekerja dari Bengal datang ke sana untuk bekerja sebagai buruh tani. Diperkirakan terdapat 5% populasi penduduk Muslim yang mendiami Arakan pada tahun 1869, meskipun perkiraan untuk tahun sebelumnya lebih tinggi. Inggris melakukan beberapa kali sensus penduduk antara tahun 1872 dan 1911 yang hasilnya mencatat peningkatan jumlah populasi Muslim dari 58.255 menjadi 178.647 di Distrik Akyab. Selama Perang Dunia II, pada tahun 1942 terjadi peristiwa pembantaian Arakan, dalam peristiwa ini pecah kekerasan komunal antara rekrutan milisi bersenjata Inggris dari Angkatan Ke-V Rohingya yang berseteru dengan orang-orang Buddha Rakhine. Peristiwa berdarah ini menjadikan etnis-etnis yang mendiami daerah menjadi semakin terpolarisasi oleh konflik dan perbedaan keyakinan. Pada tahun 1982, pemerintah Jenderal Ne Win memberlakukan hukum kewarganegaraan di Burma. Undang-undang tersebut menolak status kewarganegaraan etnis Rohingya. Sejak tahun 1990-an, penggunaan istilah "Orang-orang Rohingya" telah meningkat dalam penggunaan di kalangan masyarakat untuk merujuk penyebutan etnis Rohingya.[20][25] Pada 2013 sekitar 1,3 juta orang Rohingya menetap di Myanmar.[4] Mereka mayoritas mendiami kota-kota Rakhine utara, di mana mereka membentuk 80-98% dari populasi.[25] Media internasional dan organisasi hak asasi manusia menggambarkan Rohingya sebagai salah satu etnis minoritas yang paling teraniaya di dunia[26].[27] Untuk menghindari kekerasan di daerahnya, banyak di antara orang-orang Rohingya yang melarikan diri ke pemukiman-pemukiman kumuh dan kamp-kamp pengungsi di negara tetangga Bangladesh,[28] dan sejumlah besar orang Rohingya juga bermukim di daerah sepanjang perbatasan dengan Thailand. Sementara itu lebih dari 100.000 orang etnis Rohingya di Myanmar terus hidup di kamp-kamp dan mereka dilarang meninggalkan kamp-kamp pengungsian oleh otoritas setempat.[29][30]

Rohingya telah menuai perhatian internasional setelah kerusuhan negara bagian Rakhine pada tahun 2012. Lalu pada tahun 2015 ketika berlangsungnya perhatian internasional atas Krisis Pengungsi Rohingya di mana orang-orang Rohingya menempuh perjalanan laut yang berbahaya dalam upaya melarikan diri ke beberapa negara Asia Tenggara, di mana Malaysia menjadi tujuan utama mereka.

Tata nama[sunting | sunting sumber]

Istilah modern Rohingya muncul dari istilah kolonial dan pra-kolonial Rooinga dan Rwangya.[31] Orang Rohingya menyebut diri mereka sebagai Ruáingga /ɾuájŋɡa/. Dalam bahasa Burma mereka dikenal sebagai rui hang gya (mengikuti Sistem Transkripsi MLC) (bahasa Burma: ရိုဟင်ဂျာ /ɹòhɪ̀ɴd͡ʑà/) sedangkan dalam bahasa Bengali mereka disebut Rohingga (bahasa Bengali: রোহিঙ্গা /ɹohiŋɡa/). Istilah "Rohingya" mungkin berasal dari Rakhanga atau Roshanga, kata untuk negara bagian Arakan. Kata Rohingya kemudian berarti "penduduk Rohang", yang merupakan nama Muslim awal untuk Arakan.[32][33][34][35]

Penggunaan istilah Rohingya telah didokumentasikan secara historis sebelum British Raj. Pada tahun 1799, Francis Buchanan menulis sebuah artikel berjudul "A Comparative Vocabulary of Some of the Languages ​​Spoken in the Burma Empire", yang ditemukan dan diterbitkan ulang oleh Michael Charney di SOAS Bulletin of Burma Research pada tahun 2003.[36][37][38] Di antara kelompok penduduk asli Arakan, tulisnya adalah: "Muhammedans, yang telah lama menetap di Arakan, dan menyebut diri mereka Rooinga, atau penduduk asli Arakan."[39][36][35] Jurnal Klasik tahun 1811 mengidentifikasi "Rooinga" sebagai salah satu bahasa yang digunakan di "Kekaisaran Burmah". Pada tahun 1815, Johann Severin Vater mencantumkan "Ruinga" sebagai kelompok etnis dengan bahasa berbeda dalam ringkasan bahasa yang diterbitkan dalam bahasa Jerman.[40]

Pada tahun 1936, ketika Burma masih berada di bawah British Burma, "Rohingya Jam'iyyat al Ulama" didirikan di Arakan.[41][42][note 1]

Menurut Jacques Leider, etnis Rohingya disebut sebagai "orang Chittagonian" selama masa kolonial Inggris, dan menyebut mereka sebagai "orang Bengali" bukanlah hal yang kontroversial hingga tahun 1990an.[45] Leider juga menyatakan bahwa "tidak ada konsensus internasional" mengenai penggunaan istilah Rohingya, karena mereka sering disebut "Muslim Rohingya", "Muslim Arakan" dan "Muslim Burma".[46][note 2] Peneliti lainnya, seperti antropolog Christina Fink, menggunakan Rohingya bukan sebagai tanda pengenal etnis tetapi sebagai tanda politik.[47] Leider yakin Rohingya adalah gerakan politik yang dimulai pada tahun 1950an untuk menciptakan “zona Muslim otonom” di Rakhine.[48]

Pemerintahan Perdana Menteri U Nu, ketika Burma merupakan negara demokrasi dari tahun 1948 hingga 1962, menggunakan istilah "Rohingya" dalam pidato radio sebagai bagian dari upaya pembangunan perdamaian di Wilayah Perbatasan Mayu.[49] Istilah ini disiarkan di radio Burma dan digunakan dalam pidato para penguasa Burma.[50] Laporan UNHCR mengenai pengungsi yang disebabkan oleh Operasi Raja Naga menyebut para korban sebagai "Muslim Bengali (disebut Rohingya)".[51] Namun demikian, istilah Rohingya baru digunakan secara luas pada tahun 1990an.[49][51][52]

Saat ini penggunaan nama "Rohingya" terpolarisasi. Pemerintah Myanmar menolak menggunakan nama tersebut.[49] Pada sensus tahun 2014, pemerintah Myanmar memaksa etnis Rohingya untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai "Bengali".[53] Banyak orang Rohingya menganggap penolakan terhadap nama mereka sama dengan penolakan terhadap hak-hak dasar mereka,[54] dan Pelapor Khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar telah sepakat.[55] Jacques Leider menulis bahwa banyak Muslim di Rakhine lebih suka menyebut diri mereka "Muslim Arakan" atau "Muslim yang datang dari Rakhine" daripada "Rohingya".[46][38][20] Kedutaan Amerika Serikat di Yangon terus menggunakan nama "Rohingya".[53]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Mahmood; Wroe; Fuller; Leaning (2016). "The Rohingya people of Myanmar: health, human rights, and identity". Lancet: 1–10. doi:10.1016/S0140-6736(16)00646-2. PMID 27916235. 
  2. ^ David Mathieson (2009). Perilous Plight: Burma's Rohingya Take to the Seas. Human Rights Watch. hlm. 3. ISBN 9781564324856. 
  3. ^ Kevin Ponniah (5 December 2016). "Who will help Myanmar's Rohingya?". BBC. 
  4. ^ a b "Will anyone help the Rohingya people?". BBC News. 
  5. ^ Dapice, David (June 2015). "Fatal Distraction from Federalism: Religious Conflict in Rakhine" (PDF). Harvard Ash Center. 
  6. ^ "Who Are the Rohingya?". About Education. 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2012. Diakses tanggal 8 March 2015. 
  7. ^ http://www.thedailystar.net/world/rohingya-crisis/400000-rohingyas-myanmar-arrive-bangladesh-august-25-unicef-1462066
  8. ^ http://www.thedailystar.net/world/myanmar-rohingya-refugee-crisis-1%2C000-killed-Myanmar-%20violence-%20un-rapporteur-1459426
  9. ^ "Homeless In Karachi | Owais Tohid, Arshad Mahmud". Outlook India. 29 November 1995. Diakses tanggal 18 October 2013. 
  10. ^ "Box 5925 Annapolis, MD 21403 info@srintl". Burmalibrary.org. Diakses tanggal 18 October 2013. 
  11. ^ Derek Henry Flood (31 December 1969). "From South to South: Refugees as Migrants: The Rohingya in Pakistan". The Huffington Post. Diakses tanggal 11 February 2015. 
  12. ^ Husain, Irfan (30 July 2012). "Karma and killings in Myanmar". Dawn. Diakses tanggal 10 August 2012. 
  13. ^ "Figure At A Glance". UNHCR Malaysia. 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 December 2014. Diakses tanggal 30 December 2014. 
  14. ^ "India in talks with Myanmar, Bangladesh to deport 40,000 Rohingya". Reuters. 2017. Diakses tanggal 17 August 2017. 
  15. ^ "India plans to deport thousands of Rohingya refugees". www.aljazeera.com. Diakses tanggal 17 August 2017. 
  16. ^ Timothy Mclaughlin (20 September 2016). "Myanmar refugees, including Muslim Rohingya, outpace Syrian arrivals in U.S." (dalam bahasa English). Reuters. Diakses tanggal 3 September 2017. 
  17. ^ Indonesia, C. N. N. "Pengungsi Rohingya di Indonesia 1.478 Orang, Mahfud Masih Cari Solusi". nasional. Diakses tanggal 2023-12-07. 
  18. ^ "200 Rohingya Refugees are not being accepted as Refugees and the Nepali Government considers them illegal migrants". Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 June 2016. An estimated 36,000 Rohingya Refugess living in India 
  19. ^ Leider 2013, hlm. 7.
  20. ^ a b c Derek Tonkin. "The 'Rohingya' Identity - British experience in Arakan 1826-1948". The Irrawaddy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-19. Diakses tanggal 19 January 2015.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Derek" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  21. ^ Selth, Andrew (2003). Burma's Muslims: Terrorists or Terrorised?. Australia: Strategic and Defence Studies Centre, Australian National University. hlm. 7. ISBN 073155437X. 
  22. ^ Adloff, Richard; Thompson, Virginia (1955). Minority Problems in Southeast Asia. United States: Stanford University Press. hlm. 154. 
  23. ^ Crisis Group 2014, hlm. 4-5.
  24. ^ Leider 2013, hlm. 14.
  25. ^ a b Leider, Jacques P. ""Rohingya": Rakhaing and Recent Outbreak of Violence: A Note" (PDF). Network Myanmar. 
  26. ^ Crisis Group 2014, hlm. i.
  27. ^ "Myanmar, Bangladesh leaders 'to discuss Rohingya'". Agence France-Presse. 29 June 2012. 
  28. ^ Ridwanul Hoque (16 March 2016). "Asian challenge". D+C, development and cooperation. 
  29. ^ "Trapped inside Burma's refugee camps, the Rohingya people call for recognition". The Guardian. 20 December 2012. 
  30. ^ "US Holocaust Museum highlights plight of Myanmar's downtrodden Rohingya Muslims". Fox News. Associated Press. 6 November 2013. 
  31. ^ "The Mujahid revolt in Arakan" (PDF). www.burmalibrary.org. 31 December 1952. Diakses tanggal 8 January 2020. 
  32. ^ Habib, Mohshin; Jubb, Christine; Ahmad, Salahuddin; Rahman, Masudur; Pallard, Henri (18 July 2018). Forced migration of Rohingya: the untold experience. Ontario International Development Agency, Canada. ISBN 9780986681516 – via National Library of Australia (new catalog). 
  33. ^ "Rohingya etymology at Oxford Dictionary". Oxford University Press. Diakses tanggal 11 February 2015. 
  34. ^ Leider, Jacques P. (26 August 2012). "Rohingya: A historical and linguistic note" (PDF). Network Myanmar. Diakses tanggal 9 February 2015. 
  35. ^ a b Minar, Sarwar J.; Halim, Abdul. "Rohingya: Etymology, people and identity | The Asian Age Online, Bangladesh". The Asian Age (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-17. 
  36. ^ a b Buchanan, Francis (1799). "A Comparative Vocabulary of Some of the Languages Spoken in the Burma Empire" (PDF). Asiatic Researches. The Asiatic Society. 5: 219–240. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 20 October 2012. Diakses tanggal 9 July 2012. 
  37. ^ Charney, Michael W. (8 April 2018). "A Comnparative vocabulary of some of the Languages Spoken in the Burma Empire". SOAS Bulletin of Burma Research. Diakses tanggal 8 April 2018. 
  38. ^ a b Leider, Jacques P. (9 July 2012). "Interview: History Behind Arakan State Conflict". The Irrawaddy. Diakses tanggal 9 July 2012. 
  39. ^ Salim, Saquib (20 September 2019). "ROHINGYA CRISIS: A HISTORICAL PERSPECTIVE". HeritageTimes. Diakses tanggal 23 September 2019. 
  40. ^ Ibrahim, Azeem. The Rohingyas: Inside Myanmar's Hidden Genocide. Oxford University Press. hlm. 24–25. 
  41. ^ Leider, Jacques P. (26 August 2012). "" Rohingya " A historical and linguistic note" (PDF). Network Myanmar. hlm. 1. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 29 April 2016. 
  42. ^ Leider, Jacques P. (18 October 2012). ""The Muslims in Rakhine and the political project of the Rohingyas": Historical background of an unresolved communal conflict in contemporary Myanmar" (PDF). Online Burma/Myanmar Library (presentation slides). Yangon. slide 23. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 15 October 2017. Diakses tanggal 15 October 2017. 
  43. ^ Leider 2013, hlm. 234.
  44. ^ Leider, Jacques P. (28 January 2014). "Rohingya: The name. The movement. The quest for identity." (PDF). Nation Building in Myanmar. Myanmar Egress and the Myanmar Peace Center; Network Myanmar. hlm. 16. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 15 October 2017. Diakses tanggal 15 October 2017. 
  45. ^ Leider 2013, hlm. 210–211.
  46. ^ a b Leider 2013: 218
  47. ^ "About Rohingya Ethnic". Flotilla 2 Arakan. Diakses tanggal 27 October 2017. 
  48. ^ Leider 2013: 208
  49. ^ a b c Taylor, Adam. "The battle over the word 'Rohingya'". The Washington Post. 
  50. ^ Ghosh, Partha S. (23 May 2016). Migrants, Refugees and the Stateless in South Asia. SAGE Publications. hlm. 161. ISBN 978-93-5150-855-7. 
  51. ^ a b Leider 2013: 212–213
  52. ^ Leider 2013: 216
  53. ^ a b Solomon, Feliz (9 May 2016). "Why Burma is trying to stop people from using the name of its persecuted Muslim minority". Time. Diakses tanggal 8 January 2020. 
  54. ^ Leider 2013: 211
  55. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama un_expert_alarmed_2017_04_07_un

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "note", tapi tidak ditemukan tag <references group="note"/> yang berkaitan