Mojowarno, Jombang
Mojowarno | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Timur |
Kabupaten | Jombang |
Pemerintahan | |
• Camat | Widiono |
Populasi | |
• Total | 81,320 jiwa |
Kode Kemendagri | 35.17.07 |
Kode BPS | 3517060 |
Luas | 78,62 km² |
Desa/kelurahan | 19 |
Mojowarno adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Jogoroto dan Mojoagung disebelah utara, kecamatan Mojoagung disebelah timur, kecamatan Bareng disebelah selatan, serta kecamatan Ngoro dan Diwek disebelah barat. Mata pencaharian pokok penduduk adalah bertani dengan hasil utama pertanian meliputi padi, jagung, kedelai, kacang hijau, bawang merah serta sayur-sayuran. Selain itu di beberapa desa terdapat sentra industri kreatif seperti pengrajin genteng di desa Karanglo, Kedungpari dan desa Gedangan, pengrajin meubeler di desa Catakgayam, pengrajin tas dan dompet di desa Rejoslamet, pengrajin wayang kulit di desa Mojowangi, serta pengrajin tas plastik di desa Selorejo.
Pembagian Administratif
[sunting | sunting sumber]Kecamatan Mojowarno terdari dari 19 desa atau kelurahan:
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Di kecamatan ini berdiri salah satu gereja tertua di Jawa Timur yaitu Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Mojowarno yang diresmikan pada tanggal 3 Maret 1881. Tidak mengherankan, kecamatan ini memiliki populasi Kristen terbanyak di Kabupaten Jombang. Munculnya jemaat GKJW di Mojowarno tak lepas dari peran Coenrad Laurens Coolen, seorang peranakan Rusia-Jawa yang bekerja sebagai sinder blandong (pengawas kehutanan Belanda). Setelah berhenti dari jabatan slinder blandong Coolen meminta izin membuka hutan di Ngoro (sebelah selatan Jombang). Beberapa waktu lamanya tempat ini menjadi sangat ramai. Dan Coolen dikenal sebagai pengajar ajaran Kristen untuk orang Jawa di daerah tersebut. Dia memiliki dua orang kepercayaan. Namanya Kiai Ditotruno dan Kiai Singotruno. Kiai Ditotruno yang setelah dibaptis bernama Kiai Abisai Ditotruno akhirnya memilih membuka hutan, yang letaknya kira-kira 10 km di utara Ngoro. Hutan angker bernama Dagangan berhasil dibukanya. Banyak orang yang tertarik sehingga semakin lama daerah baru ini berkembang dengan pesat. Wilayah ini tak jauh dari bekas lokasi kotaraja Majapahit Trowulan, sehingga ditemukan juga banyak pohon Maja yang tumbuh dengan berbagai bentuk. Lama kelamaan orang menyebut daerah ini dengan nama Mojowarno, yang berarti Maja yang beraneka warna atau bentuk. Sampai saat ini makam Ditotruno yang oleh warga sekitar lebih dikenal dengan nama makam Mbah Abisai atau Mbah Sai masih bisa kita temukan di salah satu sudut Mojowarno tepatnya disebelah utara pasar Mojowarno sekarang. Bahkan di daerah tersebut ada jalan yang bernama Jalan Abisai.
Di Mojowarno juga terdapat Rumah Sakit Kristen Mojowarno yang didirikan pada tanggal 6 Juni 1894. Rumah sakit ini awalnya bernama ''Zendings Ziekenhuis te Mojowarno". Pada saat perang kemerdekaan tahun 1948 bangunan rumah sakit ini dihancurkan dengan siasat bumi hangus, karena rumah sakit ini dipakai sebagai Rumah Sakit Pertahanan Surabaya Selatan. Pada tahun 1949 rumah sakit ini dibangun kembali oleh masyarakat Kristen di daerah Mojowarno dan dinamakan "Rumah Sakit Kristen Mojowarno" sampai sekarang.
Budaya
[sunting | sunting sumber]Umat Kristen jemaat Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) di Mojowarno setiap tahunnya merayaan tradisi unduh-unduh. Unduh-unduh merupakan upacara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan YME atas hasil panen yang diterima oleh petani Kristen di daerah Mojowarno. Berbagai hasil bumi dihias di atas gerobak dan diarak keliling desa. Biasanya upacara ini diselenggarakan tiap bulan Mei setiap tahunnya.
Peninggalan Sejarah
[sunting | sunting sumber]Bagian timur wilayah kecamatan Mojowarno dipercaya masuk dalam wilayah ibu kota Kerajaan Majapahit. Hal ini dibuktikan dengan penemuan beberapa situs sejarah seperti: