Bawang merah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bawang merah
Bawang merah di pasar
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
A.cepa
Varietas:
A.cepa var. aggregatum
Nama binomial
Allium cepa var. aggregatum

Bawang merah (Allium cepa L. var. aggregatum[1]) adalah salah satu bumbu masak utama dunia yang berasal dari Iran, Pakistan, dan pegunungan-pegunungan di sebelah utaranya, tetapi kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia, baik sub-tropis maupun tropis. Wujudnya berupa umbi yang dapat dimakan mentah, untuk bumbu masak, acar, obat tradisional, kulit umbinya dapat dijadikan zat pewarna dan daunnya dapat pula digunakan untuk campuran sayur.[2] Tanaman penghasilnya disebut dengan nama sama.

Bawang merah saat ini dianggap sebagai sebuah varietas dari spesies Allium cepa, spesies yang memuat sejumlah besar varietas bawang yang dikenal dengan nama kolektif bawang bombai.

Deskripsi[sunting | sunting sumber]

Seluruh bagian tanaman bawang merah dari akar, umbi, daun, batang, dan bunga

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan di bagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang di dalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30–50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Bakal buah sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang disebut carpel, yang membentuk tiga buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 calon biji.Buah berbentuk bulat dengan ujung tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji bawang merah dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif.

Bawang merah mengandung vitamin C, kalium, serat, dan asam folat. Selain itu, bawang merah juga mengandung kalsium dan zat besi. Bawang merah juga mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberelin. Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dan senyawa alliin. Senyawa alliin oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat, amonia, dan alliisin sebagai anti mikoba yang bersifat bakterisida.

Senyawa sin-propanatial-S-oksida (syn-propanethial-S-oxide) yang terbentuk akibat jaringan bawang merah diiris menyebabkan mata manusia mengeluarkan air mata[3][4].Pembentukannya terpicu oleh dilepaskannya enzim lachrymatory-factor synthase ketika jaringan tubuh tanaman dilukai. Enzim ini akan mengubah asam-asam amino sulfoksida (mengandung oksida belerang) menjadi asam sulfenat yang tidak stabil. Salah satu senyawa yang terbentuk dari asam sulfenat adalah sin-propanatial-S-oksida, yang kemudian menyebar ke udara. Kelenjar air mata akan terangsang oleh senyawa ini dan memicu keluarnya air mata.

Manfaat[sunting | sunting sumber]

Bawang goreng adalah bawang merah yang diiris tipis dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Pada umumnya, masakan Indonesia berupa soto, sup juga bubur ayam menggunakan bawang goreng sebagai penyedap sewaktu dihidangkan. Selain diolah menjadi bawang goreng, bawang merah dapat juga dapat bermanfaat sebagai obat yaitu untuk mengobati maag, masuk angin, menurunkan kadar gula dalam darah, menurunkan kolesterol, sebagai obat kencing manis (diabetes melitus), memperlancar pernafasan dan memperlancar aliran darah karena bawang merah dapat menghambat penimbunan trombosit dan meningkatkan aktivitas fibrinotik.[5]

Varietas[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Erviana Eka Pratiwi, et al. (2020) "Keragaman Genetik Bawang Merah (Allium cepa var. aggregatum) Berdasarkan Marka Morfologi dan Molekuler" J. Hort. Indonesia 11(1):51-61 DOI : http://dx.doi.org/10.29244/jhi.11.1.51-60
  2. ^ Hassan Shadily. Ensiklopedi Indonesia Volume 1. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve.
  3. ^ Why does chopping an onion make you cry?. Everyday Mysteries. Fun Science Facts from the Library of Congress. Diakses 11 Desember 2018.
  4. ^ S. Imai, N. Tsuge, M. Tomotake, Y. Nagatome, H. Sawada, T. Nagata, H. Kumagai. 2002. An onion enzyme that makes the eyes water. Nature 419:685. DOI: 10.1038/419685a.
  5. ^ Budi Samadi; Bambang Cahyono (2005). Bawang Merah Intensifikasi usaha tani. Yogyakarta: Kanisius. ISBN 979-497-323-8. 
  6. ^ Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (2021) "Mixcropping Batu Ijo di Lereng Perbukitan Untuk Mengembangkan Bawang Merah Varietas Batu Ijo" jatim.litbang.pertanian.go.id
  7. ^ a b c BPTP Bengkulu (2018) "Hasil Kaji Terap Unggulkan Varietas Batu Ijo" bbp2tp.bptpnews.id

Pranala luar[sunting | sunting sumber]