Jlarem, Gladagsari, Boyolali

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jlarem
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBoyolali
KecamatanGladagsari
Kode pos
57352
Kode Kemendagri33.09.20.2010
Luas619.907 Ha
Jumlah penduduk3.559 jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

Jlarem adalah desa di kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia.Sebuah desa yang berbatasan langsung dengan kabupaten Magelang dan Kab Semarang,lebih tepatnya lagi desa ini berada di lereng Gunung Merbabu.

Gambaran Umum Desa
Merupakan Desa terakhir Kabupaten Boyolali yang posisinya berada di barat laut dari kabupaten ini. ketinggianya kurang lebih 1900 Dpl. Mayoritas penduduknya adalah sebagai petani, baik tanaman sayuran maupun tanaman jagung. kampung ini juga sangat potensi untuk di kembangkan wisata seperti wilayah Selo Kabupaten Boyolali, bahkan sebenarnya kampung ini leih menarik karena dari kampung ini kita dapat melihat panorama alam yang menjauh sejauh mata kita memadang ke bawah. di Desa ini kita akan merasakan kesejukan alam dan keramahan para penduduknya, jika kita menuju Desa ini pasti akan terpesona dengan keindahan alam yang di milikinya, jika kita melihat ke arah barat kita akan di suguhi puncak Gunung Merbabu, melihat ke utara kita akan di suguhi beberapa perbukitan di kota semarang lebih tepatnya masuk daerah Kecamatan Getasan, melihat ke timur kita dapat melihat Kota Salatiga, Kabupaten Boyolali dan Gunung lawu. sedangkan ke selatan kita dapat melihat sebagian gunung merbabu dan beberapa kampung di Desa Jlarem. selain itu di atas kampung ini Juga terdapat Air terjun yang orang di sekitar sini menyebutkan Grojokan Mongkrong. selain potensi wisata kampung ini juga sangat potensi untuk pengembangan agribisnis, sebab kampung memiliki lahan yang terasiringnya sangat tertata dengan bagus, selain itu kesuburan tanah sangat masih terjaga hingga saat ini. penggunaan pupuk kandang masing mendominasi pada lahan pertanian yang dijalankan hingga saat ini.

Batas-batas wilayah[sunting | sunting sumber]

Pedukuhan[sunting | sunting sumber]

Desa Jlarem Mempunyai 19 pedukuhan. diantaranya:

  1. Dukuh Jlarem
  2. Dukuh Ngaglik
  3. Dukuh Grogolan
  4. Dukuh Mongkrong
  5. Dukuh Gemawang
  6. Dukuh Tegalrejo
  7. Dukuh Sugihwaras
  8. Dukuh Sukodono
  9. Dukuh Kumpulrejo
  10. Dukuh Semirat
  11. Dukuh Dora
  12. Dukuh Gondang Kulon
  13. Dukuh Gondang Sari
  14. Dukuh Soka
  15. Dukuh Jetis
  16. Dukuh Ngablak A
  17. Dukuh Ngablak B
  18. Dukuh Kebondowo
  19. Dukuh Sidorejo

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Di Jlarem ada beberapa sekolahan diantaranya:

  1. SD Negeri 1 Jlarem
  2. SD Negeri 2 Jlarem
  3. TK Pertiwi 1 Jlarem
  4. TK Pertiwi 2 Jlarem

Hasil Bumi[sunting | sunting sumber]

Di Desa Jlarem terdapat usaha kecil dan menengah (UKM) yang di kelola oleh kelompok Tani yaitu

Teh Tiongke, merupakan teh hijau yang diproduksi oleh petani di dataran tinggi Kabupaten Boyolali. Salah satu desa yang memproduksi Teh Tiongke adalah Desa Jlarem yang terletak di Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Lokasi Desa Jlarem yang berada di kaki Gunung Merbabu menjadikannya lokasi yang cocok untuk budidaya tanaman teh.

Produksi Teh Tiongke di Desa Jlarem masih dilakukan dalam skala kecil dan dikelola oleh Kelompok Wanita Tani Bhakti Putri. Tanaman teh dapat mulai berproduksi pada umur tanam sekitar 3 tahun. Adapun bahan baku pembuatan Teh Tiongke adalah 2-3 daun teh yang berada di pucuk. Setelah dipetik, daun teh segera dilayukan selama kurang lebih 15 menit, kemudian disangrai hingga kering. Perbedaan pembuatan Teh Tiongke dengan teh lainnya, adalah pada Teh Tiongke, daun teh yang telah dipetik tidak mengalami penjemuran, karena hal tersebut dapat mengurangi aroma dan citarasanya.

Saat ini The Tiongke produksi KWT Bhakti Putri dipasarkan dalam bentuk kemasan kecil seberat 40 gram dengan harga yang cukup terjangkau yaitu Rp5.000,-. Pemasaran Teh Tiongke adalah ke pasar di sekitar Kecamatan Ampel dan Salatiga. Namun tidak sedikit pula konsumen yang datang langsung ke KWT Bhakti Putri guna membeli Teh Tiongke.

Keberadaan Teh Tiongke menjadikannya sebagai salah satu produk unggulan khas daerah Kabupaten Boyolali. Hanya saja produksinya masih dalam skala kecil dikarenakan keterbatasan sarana produksi, manajemen, dan pemasarannya. Ke depan diperlukan adanya bantuan berupa rumah produksi teh agar dapat meningkatkan produksi Teh Tiongke, teh hijau asli dari Kabupaten Boyolali.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]