Gajahan pengala: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 22: Baris 22:
Bertubuh besar, lk 43 cm, berwarna cokelat bercoret dengan alis putih. Garis mahkota hitam, kaki panjang, dan paruh melengkung ke bawah. Mirip [[gajahan besar]], akan tetapi ukurannya lebih kecil dan paruhnya --secara proporsional-- lebih pendek. Tunggir berwarna kecokelatan (ras ''variegatus''), namun beberapa individu memiliki tunggir dan sayap bawah keputihan (mirip ras ''phaeopus'' yang lebih jarang). Di Indonesia, gajahan pengala hanya didapati dengan variasi bulu musim dingin (non berbiak).<ref name=mackinnon2000/>{{rp|132}}
Bertubuh besar, lk 43 cm, berwarna cokelat bercoret dengan alis putih. Garis mahkota hitam, kaki panjang, dan paruh melengkung ke bawah. Mirip [[gajahan besar]], akan tetapi ukurannya lebih kecil dan paruhnya --secara proporsional-- lebih pendek. Tunggir berwarna kecokelatan (ras ''variegatus''), namun beberapa individu memiliki tunggir dan sayap bawah keputihan (mirip ras ''phaeopus'' yang lebih jarang). Di Indonesia, gajahan pengala hanya didapati dengan variasi bulu musim dingin (non berbiak).<ref name=mackinnon2000/>{{rp|132}}


[[Iris]] berwarna cokelat, paruh hitam, kaki cokelat kehitaman. Suara berupa siulan meringkik keras, "''ti-ti-ti-ti-ti-ti''".<ref name=mackinnon2000>{{aut|[[John MacKinnon|MacKinnon, J.]], K. Phillipps, dan [[Sebastian van Balen|B. van Balen]]}}. 2000. ''Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan''. Bogor :Puslitbang Biologi LIPI dan BirdLife IP. ISBN 979-579-013-7</ref>{{rp|132}}
[[Iris]] berwarna cokelat, paruh hitam, kaki cokelat kehitaman. Suara berupa siulan meringkik keras, "''ti-ti-ti-ti-ti-ti''".<ref name=mackinnon2000>{{aut|[[John MacKinnon|MacKinnon, J.]], K. Phillipps, dan [[Sebastian van Balen|B. van Balen]]}}. 2000. ''Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan''. Bogor:Puslitbang Biologi LIPI dan BirdLife IP. ISBN 979-579-013-7</ref>{{rp|132}}


== Tempat hidup dan kebiasaan ==
== Tempat hidup dan kebiasaan ==
Gajahan pengala menyukai gosong lumpur, muara pasang surut, daerah berumput dekat pantai, payau dan pantai berbatu. Kadangkala terlihat sendirian, burung ini biasanya hidup dalam kelompok kecil sampai besar, dan sering berbaur dengan burung perancah lain.<ref name=mackinnon2000/>{{rp|133,}}<ref name=mackinnon1993/>{{rp|136,}}<ref name=beehler>{{aut|Beehler, B.M., T.K. Pratt & D.A. Zimmerman}}. (2001). ''Burung-burung di Kawasan Papua''. Bogor: Puslitbang Biologi-LIPI. ISBN 979-579-037-4</ref>{{rp|132}}
Gajahan pengala menyukai gosong lumpur, muara pasang surut, daerah berumput dekat pantai, payau dan pantai berbatu. Kadangkala terlihat sendirian, burung ini biasanya hidup dalam kelompok kecil sampai besar, dan sering berbaur dengan burung perancah lain.<ref name=mackinnon2000/>{{rp|133,}}<ref name=mackinnon1993/>{{rp|136,}}<ref name=beehler>{{aut|Beehler, B.M., T.K. Pratt & D.A. Zimmerman}}. (2001). ''Burung-burung di Kawasan Papua''. Bogor: Puslitbang Biologi-LIPI. ISBN 979-579-037-4</ref>{{rp|132}}


Gajahan pengala memangsa [[moluska]], [[cacing]], [[krustasea]], dan organisme laut lainnya.<ref name=mackinnon1993>{{aut|MacKinnon, J.}} 1993. ''Panduan lapangan pengenalan burung-burung di Jawa dan Bali''. Jogyakarta :Gadjah Mada University Press. ISBN 979-420-150-2</ref>{{rp|136}} Mangsa didapatnya dengan mengais dan menusuk-nusuk lumpur atau tanah lunak dengan paruhnya yang panjang dan sensitif, atau dengan mematuknya apabila mangsa berada di atas tanah. Di daerah asalnya, sebelum bermigrasi, gajahan pengala juga diketahui memakan buah-buahan kecil (beri) dan sesekali juga [[serangga]].
Gajahan pengala memangsa [[moluska]], [[cacing]], [[krustasea]], dan organisme laut lainnya.<ref name=mackinnon1993>{{aut|MacKinnon, J.}} 1993. ''Panduan lapangan pengenalan burung-burung di Jawa dan Bali''. Jogyakarta:Gadjah Mada University Press. ISBN 979-420-150-2</ref>{{rp|136}} Mangsa didapatnya dengan mengais dan menusuk-nusuk lumpur atau tanah lunak dengan paruhnya yang panjang dan sensitif, atau dengan mematuknya apabila mangsa berada di atas tanah. Di daerah asalnya, sebelum bermigrasi, gajahan pengala juga diketahui memakan buah-buahan kecil (beri) dan sesekali juga [[serangga]].


Ras yang biasa ditemukan di Indonesia adalah ''N. p. variegatus''. Burung ini berbiak di Eropa utara dan Asia, akan tetapi pada musim dingin mengembara ke selatan hingga ke [[Australia]] dan [[Selandia Baru]].<ref name=mackinnon2000/>{{rp|132,}}<ref name=mackinnon1993/>{{rp|136}} Gajahan pengala tercatat sebagai pengunjung musim dingin yang umum di Kepulauan [[Sunda Besar]]<ref name=mackinnon2000/>{{rp|133}} dan juga wilayah [[Wallacea]]<ref name=coates/>{{rp|74}}; akan tetapi beberapa burung tidak berbiak mungkin didapati selama musim panas.<ref name=mackinnon2000/>{{rp|133,}}<ref name=beehler/>{{rp|132,}}<ref name=coates>{{aut|Coates, B.J. and K.D. Bishop.}} 2000. ''Panduan lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea''. Bogor :BirdLife IP & Dove Publication. ISBN 979-95794-2-2</ref>{{rp|74}}.
Ras yang biasa ditemukan di Indonesia adalah ''N. p. variegatus''. Burung ini berbiak di Eropa utara dan Asia, akan tetapi pada musim dingin mengembara ke selatan hingga ke [[Australia]] dan [[Selandia Baru]].<ref name=mackinnon2000/>{{rp|132,}}<ref name=mackinnon1993/>{{rp|136}} Gajahan pengala tercatat sebagai pengunjung musim dingin yang umum di Kepulauan [[Sunda Besar]]<ref name=mackinnon2000/>{{rp|133}} dan juga wilayah [[Wallacea]]<ref name=coates/>{{rp|74}}; akan tetapi beberapa burung tidak berbiak mungkin didapati selama musim panas.<ref name=mackinnon2000/>{{rp|133,}}<ref name=beehler/>{{rp|132,}}<ref name=coates>{{aut|Coates, B.J. and K.D. Bishop.}} 2000. ''Panduan lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea''. Bogor:BirdLife IP & Dove Publication. ISBN 979-95794-2-2</ref>{{rp|74}}.


<!--Burung ini bersarang di permukaan tanah, dengan jumlah telur 3 sampai 4 butir berwarna kehijauan dengan bercak kecoklatan. Telur dierami secara bergantian oleh kedua induk selama 28 hari. Telur menetas secara bersamaan karena pengeraman dimulai setelah keluarnya telur terakhir. Anakan bersifat ''nidifogus'' (segera meninggalkan sarang setelah menetas) dan mampu mencari makan sendiri, mereka mulai belajar terbang setelah berumur 40 hari untuk kemudian menjadi burung muda yang mandiri seutuhnya. Saat fase berbiak dan menjaga anak, induk mampu terbang dan melabrak pengganggu yang datang (gagak, serigala, manusia) dalam jarak ratusan meter dari sarang. Mereka mengusir pengganggu dengan berlaku agresif dan meneriakan suara peringatan secara konstan.<ref name=kutilang/>
<!--Burung ini bersarang di permukaan tanah, dengan jumlah telur 3 sampai 4 butir berwarna kehijauan dengan bercak kecoklatan. Telur dierami secara bergantian oleh kedua induk selama 28 hari. Telur menetas secara bersamaan karena pengeraman dimulai setelah keluarnya telur terakhir. Anakan bersifat ''nidifogus'' (segera meninggalkan sarang setelah menetas) dan mampu mencari makan sendiri, mereka mulai belajar terbang setelah berumur 40 hari untuk kemudian menjadi burung muda yang mandiri seutuhnya. Saat fase berbiak dan menjaga anak, induk mampu terbang dan melabrak pengganggu yang datang (gagak, serigala, manusia) dalam jarak ratusan meter dari sarang. Mereka mengusir pengganggu dengan berlaku agresif dan meneriakan suara peringatan secara konstan.<ref name=kutilang/>

Revisi per 9 Juni 2019 16.11

Gajahan pengala
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
N. phaeopus
Nama binomial
Numenius phaeopus
(Linnaeus, 1758)

Gajahan pengala (Numenius phaeopus) adalah spesies burung perancah yang termasuk dalam famili Scolopacidae. Burung ini adalah salah satu jenis gajahan yang paling menyebar luas, berbiak di wilayah-wilayah subarktik di Amerika Utara, Asia dan Eropa. Untuk menghabiskan waktu musim dingin, gajahan pengala bermigrasi jauh ke pantai-pantai Afrika, Amerika Utara bagian selatan, Amerika Selatan, Asia Selatan, hingga ke Australasia.[1] Selama musim migrasi itu gajahan pengala mengembara di wilayah-wilayah pantai dan pesisir laut.

Pengenalan

Bertubuh besar, lk 43 cm, berwarna cokelat bercoret dengan alis putih. Garis mahkota hitam, kaki panjang, dan paruh melengkung ke bawah. Mirip gajahan besar, akan tetapi ukurannya lebih kecil dan paruhnya --secara proporsional-- lebih pendek. Tunggir berwarna kecokelatan (ras variegatus), namun beberapa individu memiliki tunggir dan sayap bawah keputihan (mirip ras phaeopus yang lebih jarang). Di Indonesia, gajahan pengala hanya didapati dengan variasi bulu musim dingin (non berbiak).[2]:132

Iris berwarna cokelat, paruh hitam, kaki cokelat kehitaman. Suara berupa siulan meringkik keras, "ti-ti-ti-ti-ti-ti".[2]:132

Tempat hidup dan kebiasaan

Gajahan pengala menyukai gosong lumpur, muara pasang surut, daerah berumput dekat pantai, payau dan pantai berbatu. Kadangkala terlihat sendirian, burung ini biasanya hidup dalam kelompok kecil sampai besar, dan sering berbaur dengan burung perancah lain.[2]:133,[3]:136,[4]:132

Gajahan pengala memangsa moluska, cacing, krustasea, dan organisme laut lainnya.[3]:136 Mangsa didapatnya dengan mengais dan menusuk-nusuk lumpur atau tanah lunak dengan paruhnya yang panjang dan sensitif, atau dengan mematuknya apabila mangsa berada di atas tanah. Di daerah asalnya, sebelum bermigrasi, gajahan pengala juga diketahui memakan buah-buahan kecil (beri) dan sesekali juga serangga.

Ras yang biasa ditemukan di Indonesia adalah N. p. variegatus. Burung ini berbiak di Eropa utara dan Asia, akan tetapi pada musim dingin mengembara ke selatan hingga ke Australia dan Selandia Baru.[2]:132,[3]:136 Gajahan pengala tercatat sebagai pengunjung musim dingin yang umum di Kepulauan Sunda Besar[2]:133 dan juga wilayah Wallacea[5]:74; akan tetapi beberapa burung tidak berbiak mungkin didapati selama musim panas.[2]:133,[4]:132,[5]:74.


Subspesies dan agihan

Gajahan pengala terdiri dari tujuh subspesies, dengan daerah persebaran sbb.:[6]

Galeri

Referensi

  1. ^ a b BirdLife International (2016). Numenius phaeopus. The IUCN Red List of Threatened Species 2016: e.T22693178A86585436. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2016-3.RLTS.T22693178A86585436.en. Diakses pada 09 Januari 2019.
  2. ^ a b c d e f MacKinnon, J., K. Phillipps, dan B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor:Puslitbang Biologi LIPI dan BirdLife IP. ISBN 979-579-013-7
  3. ^ a b c MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan pengenalan burung-burung di Jawa dan Bali. Jogyakarta:Gadjah Mada University Press. ISBN 979-420-150-2
  4. ^ a b Beehler, B.M., T.K. Pratt & D.A. Zimmerman. (2001). Burung-burung di Kawasan Papua. Bogor: Puslitbang Biologi-LIPI. ISBN 979-579-037-4
  5. ^ a b Coates, B.J. and K.D. Bishop. 2000. Panduan lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea. Bogor:BirdLife IP & Dove Publication. ISBN 979-95794-2-2
  6. ^ Van Gils, J., Wiersma, P. & Kirwan, G.M. (2019). Whimbrel (Numenius phaeopus). In: del Hoyo, J., Elliott, A., Sargatal, J., Christie, D.A. & de Juana, E. (eds.). Handbook of the Birds of the World Alive. Lynx Edicions, Barcelona. (https://www.hbw.com/node/53894 diakses pada 9 Januari 2019)

Pranala luar