Istana Cipanas
Istana Cipanas | |
---|---|
Istana Cipanas | |
![]() | |
Nama lain | Istana Tjipanas |
Informasi umum | |
Gaya arsitektur | Gaya Hindia Lama |
Lokasi | Cipanas, Jawa Barat |
Negara | Indonesia |
Koordinat | 6°44′01″S 107°02′28″E / 6.733569°S 107.041077°E |
Ketinggian | 1.100 m (3.609 ft) |
Mulai dibangun | 1740 |
Klien | Pemerintah Indonesia |
Pemilik | Pemerintah Indonesia |
Data teknis | |
Sistem struktur | kayu |
Luas lantai | 7.760 m2 (83.500 sq ft) |
Istana Cipanas adalah salah satu dari tujuh istana kepresidenan Republik Indonesia. Istana ini terletak di Cipanas, Jawa Barat, Indonesia, dekat jalan raya yang menghubungkan Jakarta dan Bandung melalui Puncak. Terletak sekitar 103 kilometer (64 mi) dari Jakarta, atau sekitar 20 kilometer (12 mi) dari kota Cianjur. Istana Cipanas terletak di desa Cipanas di Kabupaten Cianjur, di kaki Gunung Gede dan pada ketinggian 1.100 meter (3.600 ft) di atas permukaan laut. Bangunan ini berdiri di atas lahan seluas sekitar 26 hektare (64 ekar), dengan luas bangunan sekitar 7.760 meter persegi (83.500 sq ft).
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Kata "Cipanas" berasal dari bahasa Sunda, yaitu ci atau cai yang berarti "air" dan panas yang berarti "panas". Daerah ini dinamakan Cipanas karena di tempat ini terdapat sumber air panas, yang mengandung belerang, dan yang kebetulan berada di dalam kompleks istana Cipanas.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Sebenarnya bangunan induk istana ini pada awalnya adalah milik pribadi seorang tuan tanah Belanda yang dibangun pada tahun 1740. Sejak masa pemerintahan Gubernur Jenderal Gustaaf Willem van Imhoff, bangunan ini dijadikan sebagai tempat peristirahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Beberapa bangunan yang terdapat di dalam kompleks ini antara lain Paviliun Yudhistira, Paviliun Bima dan Paviliun Arjuna yang dibangun secara bertahap pada 1916. Penamaan ini dilakukan setelah Indonesia Merdeka, oleh Presiden Soekarno. Di bagian belakang agak ke utara terdapat Gedung Bentol, yang dibangun pada 1954 sedangkan dua bangunan terbaru yang dibangun pada 1983 adalah Paviliun Nakula dan Paviliun Sadewa.[1]
Sebuah peristiwa penting yang pernah terjadi di istana ini setelah kemerdekaan adalah berlangsungnya sidang kabinet yang dipimpin oleh Presiden Soekarno pada 13 Desember 1965, yang menetapkan perubahan nilai uang dari Rp1.000 menjadi Rp1.
Sedangkan pada masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda, gedung ini hanya digunakan sebagai tempat persinggahan pembesar-pembesar Jepang dalam perjalanan mereka dari Jakarta ke Bandung ataupun sebaliknya.
Gedung ini ditetapkan sebagai Istana Kepresidenan dan digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi Presiden atau Wakil Presiden beserta keluarga setelah kemerdekaan, seperti halnya Camp David.
Setiap ruangan di Istana ini dilengkapi dengan perabot yang terbuat dari kayu. Di Istana ini tersimpan berbagai koleksi ukiran Jepara dan lukisan dari maestro seni lukis Indonesia seperti Basuki Abdullah, Dullah, Sujoyono, dan Lee Man Fong.
Pada 24 November 2011, Istana Cipanas dipakai untuk acara resepsi pernikahan antara Edhie Baskoro Yudhoyono dan Siti Ruby Aliya Rajasa dengan nuansa Palembang. Sejumlah menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu II hadir dalam proses pernikahan itu.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Negara, Kementerian Sekretariat. "Istana Cipanas | Sekretariat Negara". www.setneg.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-30.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Istana Republik Indonesia Diarsipkan 2007-09-30 di Wayback Machine.