Hubungan Kamboja dengan Tiongkok

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hubungan Tiongkok-Kamboja
Peta memperlihatkan lokasiCambodia and China

Kamboja

Tiongkok

Hubungan bilateral antara Kerajaan Kamboja dan Republik Rakyat Tiongkok menguat setelah akhir Perang Kamboja-Vietnam, dimana Tiongkok mendukung Khmer Merah melawan Vietnam.[1][2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Prince Norodom Sihanouk dengan Mao Zedong di Beijing pada 1956.

Meskipun mereka tak berbagi perbatasan, Tiongkok memiliki hubungan kebudayaan dan komersial dalam sejarahnya dengan Kamboja. Etnis Tionghoa meliputi sekitar 3-5% dari populasi Kamboja atau 950,000, dan meskipun mereka didiskriminasi oleh Khmer Merah dan Vietnam, mereka membentuk sebuah komunitas bisnis yang menonjol.[3] Tiongkok telah menjadikan Kamboja sebagai kontra-kekuatan dari pengaruh dominasi Vietnam. Pada pertengahan abad ke-20, Tiongkok komunis mendukung Maois Khmer Merah melawan rezim Lon Nol saat Perang Saudara Kamboja dan kemudian pengambilalihannya terhadap Kamboja pada 1975. Selain itu,Mao Zedong telah mengedepankan hubungan baik dengan Pangeran Norodom Sihanouk, yang juga mertarung melawan Lon Nol dan mendukung Khmer Merah. Saat pasukan Vietnam menginvasi Kamboja pada 1978, Tiongkok memberikan dukungan militer dan politik khusus bagi Khmer Merah.[1][1] Pada 1979, pasukan Tiongkok menghadapi perang perbatasan besar melawan Vietnam, sebagian mengancam Vietnam untuk dipukul mundur dari Kamboja.[4] Konferensi Perdamaian Paris di Kamboja, Juli 1989 - Oktober 1991, menyelesaikan hubungan Kamboja-Tiongkok dan berkontribusi terhadap pengintegrasian ulang Tiongkok dalam negosiasi multilateral kekuatan besar. Setelah Vietnam menarik diri dari Kamboja dan pemilihan yang didukung PBB pada 1993, Tiongkok mengakui dan mendukung pemerintahan demokratik baru.

Penggambaran modern dari kunjungan armada Cheng Ho ke Kamboja. Sebuah relief di Taman Galangan Kapal Perahu Harta Karun Nanjing

Sejak 1997, Tiongkok mulai mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan rezim Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, yang sebetulnya telah menjadi pemimpin pro-Vietnam dan pembangkang dari Khmer Merah saat Vietnam menduduki Kamboja.[1] Meskipun awalnya mendukung lawan politik Hun Sen, Pangeran Norodom Ranariddh dan FUNCINPEC-nya, Tiongkok melakukannya karena upaya Ranaridh untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan Taiwan, yang diklaim oleh Tiongkok.[1] Menghadapi isolasi internasional setelah kudeta tahun 1997 yang membuatnya berkuasa, Hun Sen meningkatkan hubungan dekatnya dengan Tiongkok, dalam rangka menentang upaya negara-negara Barat untuk memberikan sanksi ekonomi terhadap Kamboja.[1] Hubungan dekat Tiongkok dengan Kamboja juga dijadikan wadah dalam melawan pengaruh Vietnam di kawasan tersebut.[5] Kamboja memutus seluruh hubungan dengan Taiwan dan menjadi sangat mendukung reunifikasi Taiwan dengan Tiongkok.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f Storey, Ian (April 2006). "China's tightening relationship with Cambodia". China Brief. 6 (9). Diarsipkan dari versi asli (– Scholar search) tanggal June 16, 2007. Diakses tanggal 2008-06-17. 
  2. ^ "China's growing influence in Cambodia". Asia Times. 2006-10-06. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-02. Diakses tanggal 2008-06-17. 
  3. ^ Thomas Lum. "Cambodia: Background and U.S. relations" (PDF). hlm. 14–16. Diakses tanggal 2008-06-17. 
  4. ^ "Vietnam - China". U.S. Library of Congress. Diakses tanggal 2008-06-03. 
  5. ^ "China gives Cambodia $600m in aid". BBC News. 2006-04-08. Diakses tanggal 2008-06-17.