Lompat ke isi

Enkripsi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Secara singkat, proses enkripsi adalah proses mengubah teks terang menjadi teks tersandi.

Salah satu bentuk enkripsi tertua dalam sejarah dan masih sederhana adalah enkripsi menggunakan algoritma Caesar Cipher,[1] dimana cara ini menggunakan penukaran karakter huruf pada plainteks menjadi tepat satu karakter pada cipherteks.[2]

Pada tahun 1790, Thomas Jefferson merancang metode untuk menyandikan dan memecahkan kode pesan menggunakan alat khusus berupa cakram berhuruf yang dikenal dengan Jefferson disk yang terdiri dari 36 potongan kayu silinder.[3] Selama perang dunia kedua, blok poros menggunakan alat penyandi yang lebih kompleks dibanding Jefferson disk yang disebut dengan mesin enigma.[4]

Hingga saat ini enkripsi digunakan salah satunya untuk melindungi informasi hak kekayaan intelektual seseorang yang sewaktu-waktu dapat menghadapi kemungkinan pencurian data.[5]

Penyandian

[sunting | sunting sumber]
Contoh kode rahasia

Suatu penyandian adalah sebuah algoritme untuk melakukan enkripsi dan kebalikannya (dekripsi), yaitu serangkaian langkah yang diatur dan diikuti sebagai prosedur. Informasi asal disebut sebagai teks terang dan bentuk yang sudah dienkripsi disebut sebagai teks tersandi.[6] Pesan tersandi berisi seluruh informasi dari pesan terang, tetapi tidak dalam format yang didapat dibaca manusia ataupun komputer tanpa menggunakan mekanisme yang tepat untuk melakukan dekripsi.

Penyandian biasanya memiliki informasi khusus dalam mengenkripsi yang disebut sebagai kunci - berupa kumpulan bit yang disajikan dalam bentuk biner, desimal, atau heksadesimal. Prosedur enkripsi sangat bervariasi tergantung pada kunci yang akan mengubah rincian dari operasi algoritme.[7] Tanpa menggunakan kunci, penyandian tidak dapat dilakukan.

Penyandian versus kode

[sunting | sunting sumber]

Dalam penggunaan nonteknis, sebuah kode rahasia merupakan hal yang sama dengan sandi. Namun, secara teknis, kode dan sandi adalah dua konsep yang berbeda. Kode bekerja pada tingkat pemahaman, yaitu kata atau frasa. Sandi (penyandian) bekerja pada tingkat yang lebih rendah, yaitu tingkat huruf, sekelompok huruf, atau bit dalam kriptografi modern.

Kriptografi diperkenalkan oleh orang-orang Mesir 4000 tahun yang lalu dengan menggunakan hieroglyph yang tidak standar untuk menulis pesan.[8][9] Menurut sejarahnya, kriptografi dipisah menjadi dikotomi kode dan sandi.[10][11] Kode memiliki kelemahan terhadap analisis kriptografi dan kesulitan dalam mengatur daftar kode yang rumit. Oleh karena itu, kode tidak lagi digunakan dalam kriptografi modern dan penyandian menjadi teknik yang lebih dominan.

Jenis-jenis sandi

[sunting | sunting sumber]
Taksonomi sandi

Ada banyak sekali ragam enkripsi yang berbeda. Algoritme yang digunakan pada awal sejarah kriptografi sudah sangat berbeda dengan metode modern. Sandi modern diklasifikasikan berdasarkan cara kerja penyandiannya dan menggunakan satu atau dua buah kunci.

Penyandian dengan pena dan kertas (manual) pada masa lampau disebut sebagai kriptografi klasik.[12] Sandi substitusi dan sandi transposisi termasuk dalam penyandian ini. Pada awal abad 20, mesin-mesin yang lebih mutakhir, mesin rotor, digunakan untuk enkripsi yang lebih rumit.

Metode enkripsi dibagi menjadi algoritme kunci simetris dan algoritme kunci asimetris.[13] Dalam algoritme kunci simetris, seperti DES dan AES, pengirim dan penerima memiliki kunci yang sama untuk enkripsi dan dekripsi. Dalam algoritme kunci asimetris, seperti RSA, terdapat dua kunci terpisah, yaitu kunci publik yang bisa dipakai siapa saja untuk mengirim kepada pembuat kunci serta kunci pribadi yang hanya dimiliki oleh pembuat kunci untuk membuka sandi (dekripsi).[14]

Penyandian kunci simetris dapat dibagi menjadi dua berdasarkan cara kerjanya, yaitu penyandian blok yang bekerja dalam blok-blok data dan penyandian aliran yang bekerja dalam aliran data.[15]

Teknologi enkripsi mempunyai sebuah manfaat yang sangat banyak inilah beberapa manfaat dari fitur tersebut:

Untuk Menjaga Keamanan Pengguna

[sunting | sunting sumber]

Sistem dalam pengoperasiannya, yaitu mengacak data agar tidak dipahami oleh orang lain. Dengan demikian sangat menjaga keamanan pengguna data tersebut.

Semua itu, agar terhindar dari adanya kebocoran privasi. Dengan begitu akan  dapat dicegah dengan lebih baik lagi.

Akan Mengamankan Aplikasi Percakapan

[sunting | sunting sumber]

Pasti Anda tidak akan senang, bukan? Apabila percakapan dapat dibaca oleh semua orang. Selain Anda akan kehilangan keamanan maka data pribadi  pun akan sirna.

Dengan adanya fitur komponen yang terdapat pada perpesanan, contohnya adalah WhatsApp informasi akan selalu terjaga.

Adanya Digital Signature

[sunting | sunting sumber]

Fitur yang mengamankan privasi perpesanan Anda. Dengan demikian, adanya digital signature sangat membantu. Dimana merupakan sebuah baris pernyataan, seperti email hanya orang khusus saja yang dapat membaca pesan dari Deskripsi tersebut.[16]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Caesar Cipher in Cryptography". GeeksforGeeks (dalam bahasa Inggris). 2016-06-02. Diakses tanggal 2021-11-23. 
  2. ^ "Caesar Cipher, Teknik Menyembunyikan Pesan Taktik Perang era Kaisar". Warung Sains Teknologi. 2019-11-25. Diakses tanggal 2021-11-23. 
  3. ^ Lucas, Ann M (13 Februari 2017). "Wheel Cipher". monticello.org. Diakses tanggal 24 November 2021. 
  4. ^ Hern, Alex (2014-11-14). "How did the Enigma machine work?". the Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-23. 
  5. ^ Unisys, Dr Glen E. Newton (2013-05-07). "The Evolution of Encryption". Wired (dalam bahasa Inggris). ISSN 1059-1028. Diakses tanggal 2021-11-23. 
  6. ^ Chen, James (31 Oktober 2021). "Encryption". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-26. 
  7. ^ Nektarios, George. "The Role of the Key in Cryptography & Cryptosystems". study.com. Diakses tanggal 2021-11-26. 
  8. ^ Arius, Dony (2020). Komunikasi Data. Yogyakarta: Andi. hlm. 441. ISBN 9789792906158. 
  9. ^ Sari, Ika Yusnita (2020). Keamanan Data dan Informasi. Medan: Yayasan Kita Menulis. hlm. 34. ISBN 9786236761809. 
  10. ^ Ariyus, Dony (2008). Pengantar Ilmu Kriptografi: Teori Analisis dan Implementasi. Yogyakarta: Andi. hlm. 13–14. ISBN 9789792904772. 
  11. ^ Damico, Tony (tanpa tanggal). "A Brief History of Cryptography". Inquiries. Diakses tanggal 2 Desember 2021. 
  12. ^ Andayani, Sri; Agista, Dionysius Spironabel (Juli 2014). "Kriptografi Klasik Teknik Substitusi untuk Keamanan Data Menggunakan VB.Net 2008". Matrix: Jurnal Manajemen Teknologi dan Informatika. 4 (2): 78. 
  13. ^ Stubbs, Rob (19 Februari 2018). "Classification of Cryptographic Keys". www.cryptomathic.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-23. 
  14. ^ Prasetyo, Deny (2019). "Short Message Service Encoding Using the Rivest-Shamir-Adleman Algorithm". Jurnal Online Informatika. 4 (1): 39. doi:10.15575/join.v4i1.264. 
  15. ^ The SSL Store (2020-11-04). "Symmetric Encryption 101: Definition, How It Works & When It's Used". Hashed Out by The SSL Store™ (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-23. 
  16. ^ Sofyan, Ahmad. "Apakah Yang Dimaksud Dengan Enkripsi". Telkom University - Apakah Yang Dimaksud Dengan Enkripsi. Diakses tanggal 2023-07-31. 

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]

Bacaan lebih lanjut

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]