Dilema Triffin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dilema Triffin atau paradoks Triffin adalah konflik kepentingan ekonomi yang muncul antara target domestik jangka pendek dan target internasional jangka panjang bagi negara-negara yang mata uangnya berperan sebagai mata uang cadangan global. Dilema ini pertama kali diidentifikasi tahun 1960-an oleh ekonom Belgia-Amerika Serikat Robert Triffin. Ia menunjukkan bahwa negara yang mata uangnya ingin dipegang negara lain harus mau memasok mata uangnya untuk memenuhi permintaan cadangan valuta asing negara lain. Pasokan berlebih ini memicu defisit perdagangan

Penggunaan mata uang nasional seperti dolar Amerika Serikat sebagai mata uang cadangan global memunculkan ketegangan antara kebijakan moneter nasional dan global. Hal ini dapat dilihat dari ketimpangan mendasar pada neraca pembayaran, khususnya akun berjalan, karena sejumlah target pemerintah memerlukan arus dolar keluar dari Amerika Serikat, sedangkan target lainnya memerlukan arus dolar ke dalam Amerika Serikat.

Dilema Triffin biasanya digunakan untuk menjelaskan masalah peran yang diemban dolar A.S. sebagai mata uang cadangan di bawah sistem Bretton Woods. John Maynard Keynes sudah mengantisipasikan persoalan ini dan mendorong penggunaan mata uang cadangan global bernama Bancor. Saat ini, SDR yang dimiliki Dana Moneter Internasional sangat mendekati Bancor, namun tidak cukup luas cakupannya untuk menggantikan dolar sebagai mata uang cadangan global.

Setelah krisis keuangan 2007–2008, gubernur Bank Rakyat Cina secara eksplisit menyebut status mata uang cadangan dolar A.S. sebagai faktor pemicu ketimpangan simpanan dan investasi global yang berujung pada krisis tersebut. Dilema Triffin juga dikaitkan dengan hipotesis gelembung simpanan global karena peran mata uang cadangan dolar memperparah defisit akun berjalan A.S. lewat naiknya permintaan dolar dari negara lain.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Era Bretton Woods[sunting | sunting sumber]

Karena dolar terus keluar Amerika Serikat lewat Rencana Marshall, anggaran militer Amerika Serikat, dan pembelian barang asing oleh warganya sendiri, jumlah dolar Amerika Serikat yang beredar melebihi jumlah emas yang menjaminnya pada tahun 1959.

Pada musim gugur 1960, satu ons emas dapat ditukar dengan $40 di pasar London meski nilai tukar resminya hanya $35 di Amerika Serikat. Perbedaan ini nilai ini menunjukkan bahwa investor tahu dolar bernilai terlalu tinggi.

Cara menyelesaikan dilema Triffin adalah Amerika Serikat harus menekan peredaran dolar dengan memangkas defisit dan menaikkan suku bunga untuk memperbanyak arus dolar masuk ke negaranya. Sejumlah ekonom yakin dengan cara ini, namun dampaknya ekonomi Amerika Serikat akan terseret ke dalam resesi.[butuh rujukan]

Demi mendukung sistem Bretton Woods dan menguasai nilai tuakr emas, Amerika Serikat merintis London Gold Pool dan General Agreements to Borrow (GAB) pada tahun 1961. Pada tahun 1967, kelangkaan emas dan devaluasi pound sterling memicu runtuhnya sistem Bretton Woods.

Dilema neraca pembayaran[sunting | sunting sumber]

Untuk mempertahankan sistem Bretton Woods, Amerika Serikat harus menjalankan akun berjalan neraca pembayaran dalam keadaan defisit demi melindungi likuiditas penukaran emas dengan dolar A.S. Seiring bertambahnya peredaran dolar A.S. dalam sistem keuangan, warga pun mulai berspekulasi dan mengira bahwa dolar A.S. terlalu dilebih-lebihkan nilainya. Ini artinya Amerika Serikat memiliki lebih sedikit emas ketika para spekulan menukarkan dolar A.S. dengan emas dan membawanya ke luar negeri. Seiring menurunnya jumlah emas di dalam negeri, muncul spekulasi bahwa dolar Amerika Serikat dihargai terlalu tinggi. Selain itu, Amerika Serikat harus menjalankan akun berjalan neraca pembayaran dalam keadaan surplus agar warga tetap percaya dengan dolar A.S.

Akibatnya, Amerika Serikat menghadapi dilema karena pemerintahnya tidak mampu menjalankan akun berjalan neraca pembayaran dalam keadaan defisit dan surplus pada saat yang bersamaan.

Goncangan Nixon[sunting | sunting sumber]

Bulan Agustus 1971, Presiden Richard Nixon mengakui runtuhnya sistem Bretton Woods. Ia mengumumkan bahwa dolar tidak dapat lagi ditukar dengan emas. Keputusan ini dikenal dengan istilah goncangan Nixon. Meski awalnya diumumkan bersifat sementara, keputusan ini masih bertahan sampai sekarang. "Jendela emas" pun secara resmi ditutup.

Krisis keuangan 2008[sunting | sunting sumber]

Setelah krisis keuangan 2007–2008, gubernur Bank Rakyat Cina secara eksplisit menyebut dilema Triffin sebagai penyebab utama kekacauan ekonomi dalam sebuah pidato berjudul Reform the International Monetary System. Pidato Zhou Xiaochuan tanggal 29 Maret 2009 mengusulkan penguatan pengendalian mata uang global melalui IMF.[1][2]

Penguatan ini memerlukan proses pergantian mata uang cadangan global dari dolar A.S. ke hak penarikan khusus (SDR) IMF. Zhou berpendapat bahwa salah satu alasan sistem Bretton Woods runtuh adalah tidak diadopsinya mata uang bancor oleh dunia internasional sebagai mata uang cadangan internasional.

Ekonom Amerika Serikat seperti Brad DeLong sepakat bahwa dalam setiap kali usulan Keynes dilangkahi oleh pemerintah Amerika Serikat dalam negosiasi Bretton Woods, usulannya justru terbukti benar di kemudian hari.[3]

Usulan Zhou menarik perhatian internasional.[4] Dalam sebuah artikel di Foreign Affairs edisi November 2009, ekonom C. Fred Bergsten berpendapat bahwa usulan Zhou atau perubahan serupa dalam sistem moneter internasional akan menguntungkan Amerika Serikat dan seluruh dunia.[5] Meski usulan Zhou belum dilaksanakan, KTT G-20 London 2009 mengizinkan penciptaan 250 miliar SDR oleh IMF untuk didistribusikan ke seluruh anggota IMF sesuai bobot hak suaranya.

Pada 13 April 2010, Departemen Strategi, Kebijakan, dan Peninjauan IMF menerbitkan laporan tentang permasalahan ini dan pertimbangan mata uang cadangan dunia lainnya. Laporan tersebut merekomendasikan penggunaan mata uang cadangan global (bancor) secara internasional dan pembentukan bank sentral global untuk mengatur peredarannya.[6] Laporan ini juga membahas masalah-masalah terkait mata uang cadangan global.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Jamil Anderlini in Beijing (2009-03-23). "China calls for new reserve currency". Financial Times. Diakses tanggal 2009-04-13. 
  2. ^ Zhou Xiaochuan. "Reform the International Monetary System" (PDF). Bank for International Settlements. Diakses tanggal 2010-01-11. 
  3. ^ The reason why is simple enough to understand: To maintain the reserve currency status, money-as-debt must be created to maintain international liquidity (provide the money for transactions to take place). This debt accumulates over time, and eventually becomes large enough that international creditors begin to question whether or not it can ever be paid back. When that day comes, the status of that currency as a reserve currency is called into question. Hence the "dilemma" in the name. "Review of Robert Skidelsky, John Maynard Keynes: Fighting for Britain 1937–1946". Brad Delong, University of California at Berkeley. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-10-14. Diakses tanggal 2009-06-14. 
  4. ^ Geoff Dyer in Beijing (2009-08-24). "The dragon stirs". Financial Times. Diakses tanggal 2009-09-18. 
  5. ^ C. Fred Bergsten (Nov 2009). "The Dollar and the Deficits". Foreign Affairs. Diakses tanggal 2009-12-15. 
  6. ^ IMF Strategy, Policy and Review Department, Approved by Reza Moghadam (2010-04-13). "Reserve Accumulation and International Monetary Stability" (PDF). IMF Strategy, Policy and Review Department. Diakses tanggal 2010-04-13. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]