Kanabidiol

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari CBD)
Kanabidiol
Nama sistematis (IUPAC)
2-[(1R,6R)-6-Isopropenyl-3-methylcyclohex-2-en-1-yl]-5-pentylbenzene-1,3-diol
Data klinis
Nama dagang Sativex (with THC), Epidiolex
AHFS/Drugs.com International Drug Names
Kat. kehamilan ?
Status hukum Harus dengan resep dokter (S4) (AU) POM (UK) ? (US)
Rute Inhalation (smoking, vaping), buccal (aerosol spray), oral (solution)[1][2]
Data farmakokinetik
Bioavailabilitas Oral: 13–19%[3]
Inhaled: 31% (11–45%)[4]
Waktu paruh 18–32 jam
Pengenal
Nomor CAS 13956-29-1 YaY
Kode ATC N03AX24
PubChem CID 644019
Ligan IUPHAR 4150
DrugBank DB09061
ChemSpider 24593618 YaY
UNII 19GBJ60SN5 YaY
KEGG D10915
ChEBI CHEBI:69478 YaY
Sinonim CBD, cannabidiolum, (−)-cannabidiol[5]
Data kimia
Rumus C21H30O2 
Massa mol. 314.464 g/mol
  • InChI=1S/C21H30O2/c1-5-6-7-8-16-12-19(22)21(20(23)13-16)18-11-15(4)9-10-17(18)14(2)3/h9,12-13,17-18,22-23H,2,5-8,10-11H2,1,3-4H3/t17-,18+/m0/s1 YaY
    Key:ZTGXAWYVTLUPDT-ZWKOTPCHSA-N YaY

Data fisik
Titik lebur 66 °C (151 °F)

Kanabidiol adalah senyawa kimia yang ada dalam tanaman Kanabis, atau lebih dikenal sebagai ganja atau mariyuana. Di Indonesia, ganja dianggap ilegal dan termasuk ke dalam obat-obatan terlarang.

Bahan aktif utama ganja terdiri dari tetrahidrokanabinol, yaitu senyawa kimia psikoaktif. Sementara 40% lainnya terdiri dari kanabidiol. Namun, kanabidiol tidak membuat mabuk seperti efek tetrahidrokanabinol. Kanabidiol digunakan untuk mengatasi kegelisahan, gangguan bipolar, distonia (gangguan otot), kejang, sklerosis multipel, penyakit Parkinson, dan skizofrenia. Sebagian orang lainnya menghirup kanabidiol sebagai usaha berhenti merokok.

Kanabidiol juga memiliki efek antipsikotik, tetapi para ahli menduga efek antipsikotik tersebut digunakan untuk mencegah pemecahan bahan kimia di otak yang memengaruhi rasa sakit dan suasana hati. Hal ini dapat membantu memperbaiki suasana hati pada penderita gangguan kejiwaan, salah satunya skizofrenia. Kanabidiol juga dapat memblokir efek psikoaktif tetrahidrokanabinol, sehingga mengurangi nyeri dan kecemasan.

Manfaat[sunting | sunting sumber]

Penggunaan ganja memang kontroversial. Namun tidak bisa dipungkiri juga bahwa dari segi medis, ada banyak manfaat kanabidiol yang bisa diperoleh, di antaranya:

Sklerosis multipel

Obat semprot hidung yang mengandung tetrahidrokanabinol dan kanabidiol telah terbukti efektif dapat mengurangi nyeri, ketegangan otot, dan buang air kecil pada penderita sklerosis multipel.

Gangguan otot (distonia)

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi kanabidiol setiap hari selama 6 minggu dapat menurunkan gangguan otot sebanyak 20-50%. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan manfaat kanabidiol ini.

Insomnia

Minum 160 miligram (mg) kanabidiol sebelum tidur dapat meningkatkan kualitas tidur pada penderita insomnia. Namun, dosis yang lebih rendah dari ini mungkin tidak memberikan efek yang signifikan.

Penyakit Parkinson

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa mengonsumsi kanabidiol setiap hari selama 4 minggu dapat mengatasi gejala psikotik, khususnya pada penderita Parkinson dan psikosis.

Skizofrenia

Suatu penelitian menemukan bahwa mengonsumsi kanabidiol 4 kali sehari selama 4 minggu dapat mengatasi gejala psikotik. Bahkan, pengaruhnya hampir sama efektifnya dengan obat antipsikotik berupa amisulpride. Namun, tingkat keefektifannya tetap ditentukan oleh dosis kanabidiol dan lama perawatannya.

Berhenti merokok

Sebuah studi mengungkapkan bahwa menghirup kanabidiol melalui alat hisap selama seminggu dapat mengurangi kebiasaan merokok. Penurunannya pun terbilang cukup signifikan, yaitu 40% membuat berhenti merokok.

Efek samping[sunting | sunting sumber]

Kanabidiol cenderung aman dikonsumsi secara oral dan hanya untuk orang dewasa saja. Namun, kanabidiol tetap seperti obat lainnya yang memiliki efek samping.

Beberapa efek samping kanabidiol adalah:

  • Mulut kering
  • Tekanan darah rendah
  • Sakit kepala ringan
  • Mengantuk
  • Tremor
  • Gampang marah atau sensitif
  • Kelelahan
  • Suara serak
  • Batuk
  • Demam
  • Sakit pinggang

Dosis[sunting | sunting sumber]

Dosis kanabidiol berbeda-beda bagi seseorang, tergantung dari kondisi kesehatan dan penyakit yang diderita. Berikut ini dosis kanabidiol secara umum, yaitu:

  • Dosis 300 mg setiap hari, maksimal selama 6 bulan.
  • Dosis 1200–1500 mg setiap hari, maksimal 4 minggu.
  • Dosis 2,5 mg kanabidiol yang disemprotkan ke bawah lidah sebanyak 2 kali sehari, maksimal 2 minggu. Dosis ini umumnya diberikan untuk penderita penyakit multiple sklerosis multipel atau epilepsi.

Interaksi[sunting | sunting sumber]

Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan secara bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat herbal. Sebagai akibatnya, obat herbal tidak bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang dikonsumsi dan beri tahukan kepada dokter. Berikut adalah interaksi kanabidiol dengan obat-obatan lainnya, yakni:

  • Alkohol meningkatkan rasa kantuk.
  • Obat tidur, obat penenang, atau obat kecemasan memperparah rasa kantuk.
  • Asam valproat meningkatkan risiko kerusakan hati.
  • Clobazam mengurangi kecepatan organ hati dalam mengurai obat clobazam. Hal ini dapat meningkatkan efek samping clobazam dalam tubuh.
  • Rufinamide, topiramate, dan zonisamide diuraikan di dalam tubuh untuk diserap. Konsumsi bersamaan dengan kanabidiol dapat mengganggu proses ini. Akibatnya, kadar rufinamide, topiramate, dan zonisamide meningkat di dalam tubuh.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Sativex (Cannabidiol/Tetrahydrocannabinol) Bayer Label" (PDF). bayer.ca. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-01-16. Diakses tanggal 28 June 2018. 
  2. ^ "Epidiolex (Cannabidiol) FDA Label" (PDF). fda.gov. Diakses tanggal 28 June 2018.  For label updates see FDA index page for NDA 210365
  3. ^ Mechoulam R, Parker LA, Gallily R (November 2002). "Cannabidiol: an overview of some pharmacological aspects". Journal of Clinical Pharmacology. 42 (11 Suppl): 11S–19S. doi:10.1002/j.1552-4604.2002.tb05998.x. PMID 12412831. 
  4. ^ Scuderi C, Filippis DD, Iuvone T, Blasio A, Steardo A, Esposito G (May 2009). "Cannabidiol in medicine: a review of its therapeutic potential in CNS disorders". Phytotherapy Research (Review). 23 (5): 597–602. doi:10.1002/ptr.2625. PMID 18844286. 
  5. ^ "cannabidiol (CHEBI:69478)". www.ebi.ac.uk. 

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]