Kota Balikpapan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Balikpapan
Daerah tingkat II
Julukan: 
Kota Minyak
Motto: 
Kubangun, Kujaga dan Kubela[1]
Peta
Balikpapan di Kalimantan
Balikpapan
Balikpapan
Peta
Balikpapan di Indonesia
Balikpapan
Balikpapan
Balikpapan (Indonesia)
Koordinat: 1°08′56″S 116°54′11″E / 1.1489°S 116.9031°E / -1.1489; 116.9031
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Timur
Dasar hukumUU RI No. 27 Thn. 1959
Hari jadi10 Februari
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 6
  • Kelurahan: 34
Pemerintahan
 • BupatiRizal Effendi
Luas
 • Total503,3 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 • Total637,488 (1 Januari 2.013)
Demografi
 • AgamaIslam, Katolik, Kristen, Buddha, Hindu[2]
 • BahasaIndonesia, Banjar[3]
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode BPS
6471
Kode area telepon+62542
Kode Kemendagri64.71
Kode SNI 7657:2023BPP[4]
APBDRp 1,27 triliun (2007)[5]
DAURp 268.135.688.000,-
Fauna resmiBeruang madu
Situs webhttp://balikpapan.go.id

Balikpapan merupakan salah satu kota di Kalimantan Timur, Indonesia. Balikpapan memiliki penduduk sekitar 637.488 jiwa, yang merupakan 18 % dari keseluruhan penduduk Kaltim. Balikpapan merupakan kota dengan biaya hidup termahal se-Indonesia.[6][7] Logo dari kota yang sering dijuluki Kota Minyak (Banua Patra) atau Bumi Manuntung ini adalah beruang madu, fauna khas Balikpapan yang sekarang sudah mulai di ambang kepunahan. Nama asli Balikpapan adalah Billipapan[8][9] atau Balikkappan[10] (logat Banjar).

Sejarah

Asal-usul nama Balikpapan

Ada beberapa hikayat populer yang menceritakan asal-usul kota yang berada di pesisir timur Kalimantan ini, yaitu: [11][12][13]

  • Adanya 10 keping papan yang kembali ke Jenebora dari 1.000 keping yang diminta oleh Sultan Kutai sebagai sumbangan bahan bangunan untuk pembangunan Istana Baru Kutai Lama. Kesepuluh papan yang balik tersebut disebut oleh orang Kutai Balikpapan Tu. Sehingga wilayah sepanjang Teluk Balikpapan, tepatnya di Jenebora disebut Balikpapan.[14]
  • Suku Pasir Balik (suku asli Balikpapan) adalah keturunan kakek dan nenek bernama Kayun Kuleng dan Papan Ayun. Sehingga daerah sepanjang Teluk Balikpapan oleh keturunannya disebut Kuleng-Papan atau artinya Balikpapan (dalam bahasa Paser, Kuleng artinya Balik).
  • Dalam legenda lain juga disebutkan asal-usul Balikpapan, yaitu dari seorang putri yang dilepas oleh ayahnya seorang raja yang tidak ingin putrinya tersebut jatuh ke tangan musuh. Sang putri yang masih balita diikat di atas beberapa keping papan dalam keadaan terbaring. Karena terbawa arus dan diterpa gelombang, papan tersebut terbalik. Ketika papan tersebut terdampar di tepi pantai ditemukan oleh seorang nelayan dan begitu dibalik ternyata terdapat seorang putri yang masih dalam keadaan terikat. Konon putri tersebut bernama Putri Petung yang berasal dari Kerajaan Pasir. Sehingga daerah tempat ditemukannya dinamakan Balikpapan.
  • Hari jadi kota Balikpapan adalah tanggal 10 Februari 1897. Penetapan tanggal ini merupakan hasil Seminar Sejarah Balikpapan pada tanggal 1 Desember 1984. Tanggal 10 Februari 1897 ini adalah tanggal pengeboran minyak pertama di Balikpapan yang dilakukan oleh perusahaan Mathilda sebagai realisasi dari pasal-pasal kerjasama antara J.H. Menten dengan Mr. Adams dari Firma Samuel dan Co.[15]

Kutai

Tentara Sekutu mendarat di Balikpapan, 1 Juli 1945.

Daerah Balikpapan dan Balikpapan Seberang (Penajam) merupakan bagian dari wilayah negara dependen Kesultanan Kutai.[16][17][18] Tahun 1942 Penajam termasuk dalam wilayah Balikpapan.[19] Sejak sekitar tahun 1636, Kalimantan pada umumnya termasuk negeri Kutai, Paser dan Berau diklaim sebagai wilayah kedaulatan Kesultanan Banjarmasin.[20] Pada 13 Agustus 1787, Sunan Nata Alam telah menyerahkan kedaulatannya atas sebagian besar Kalimantan kepada perusahaan VOC, yang kemudian diperbarui lagi pada tanggal 4 Mei 1826 di masa Sultan Adam. Setelah itu Kalimantan pada umumnya menjadi wilayah negara Hindia Belanda. Tahun 1844, negeri Kutai secara resmi mendapat pengakuan sebagai negara dependensi di dalam Hindia Belanda.[21] Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, Kutai termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8[22] Tahun 1855, Kutai merupakan sebagian dari de zuid- en oosterafdeeling van Borneo.[23]

Hindia Belanda

Jalan Minyak tahun 1950-an

Dengan ditemukannya sumber-sumber minyak di daerah Balikpapan dan daerah sekitarnya (Samboja, Sanga-Sanga dan Muara Badak), pemerintah Hindia Belanda akhirnya membeli wilayah ini dari Sultan Kutai Kertanegara serta dibangun untuk mendukung usaha-usaha pertambangan khususnya perminyakan dengan mendirikan kilang minyak, kantor operasi serta perumahan pegawai (sisa-sisa usaha pembangunan Hindia Belanda dapat dilihat dari pemukiman para staf Pertamina). Aktivitas perminyakan ini juga membantu perpindahan penduduk terutama para pekerja dari Jawa, serta dari berbagai daerah. Saat itu perusahaan minyak yang dikenal adalah BPM, Shell dan KPM. Wilayah Balikpapan pada tahun 1930 itu meliputi Balikpapan Seberang (Penajam).[24]

Jepang

Pada masa Perang Dunia II, Jepang mengincar wilayah ini sebagai batu loncatan mengadakan serangan ke Jawa. Pada tanggal 23 Januari 1942, armada Jepang dibawah pimpinan Shizuo Sakaguchi merebut Balikpapan dari tangan pasukan Sekutu dan Hindia Belanda. [25][26] Wilayah Balikpapan saat itu meliputi Balikpapan Seberang (Penajam).[27] Nilai strategis kota Balikpapan juga diperhitungkan tentara sekutu, pada tahun 1945 tentara sekutu di bawah komando Australia merebut kota ini dari tangan Jepang pada pertempuran 26 Juni-15 Juli 1945 dalam usaha merebut kembali wilayah yang jatuh ke tangan Jepang.[28][29][30][31]

Indonesia

Berita tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia agak terlambat sampai di kota ini, sekitar tahun 1945-1946 melalui pekerja BPM yang datang dari Jawa dalam rangka rehabilitasi kilang minyak yang hancur akibat perang yang dilanjutkan dengan pernyataan rakyat di Lapangan FONI. Namun karena Belanda berniat menguasai kembali kota ini maka terjadi peperangan yang berlanjut sampai pada pertempuran Sangatta. Pada masa pengakuan kedaulatan tahun 1949, wilayah ini diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat yang berlanjut kepada Republik Indonesia.

Kependudukan

Lihat pula: Urbanisasi di Balikpapan

Perubahan Kependudukan[32][33][34][35]

Jumlah Penduduk
Sepanjang Abad 20[36][37]
Tahun Jumlah
Penduduk
1920 11.823
1930 23.411
1961 91.706
1971 137.340
1980 280.675
1990 344.405
2000 406.833
Padatnya pemukiman warga di Balikpapan sangat rawan akan kebakaran.[38]

Dengan semakin tumbuhnya perekonomian terutama sejak diberlakukannya otonomi daerah, kota ini terus menerus dibanjiri oleh pendatang dari berbagai daerah, sehingga pemerintah kota memberlakukan operasi kependudukan berupa operasi Kartu Tanda Penduduk di pintu masuk kota, jalan raya, pemukiman, bandara serta pelabuhan.[39][40] Penduduk terutama dari etnis pendatang yang sudah lama menetap di Balikpapan yakni berasal dari etnis Banjar, Bugis, Makassar, Jawa Timur kemudian pendatang lain yang di antaranya beretnis Manado, Gorontalo, Madura, Jawa, Sunda dan lain-lain.

Di akhir tahun 2012, jumlah penduduk mencapai 637.488 jiwa dengan jumlah pendatang selama tahun 2012 sebanyak 21.486 jiwa yang merupakan jumlah tertinggi selama tiga tahun terakhir. Jumlah pendatang tersebut mampu melampaui jumlah pendatang yang masuk di Singapura pada tahun yang sama yakni sebanyak 20.693 jiwa.[41] Antara tahun 2003 hingga 2012, jumlah pendatang tercatat 170 ribu jiwa lebih, sebagian besar dari pendatang tersebut memenuhi persyaratan[37] dan menjadi warga tetap, sedangkan sisanya dipulangkan atau pindah sendiri. Peningkatan jumlah penduduk terjadi akibat tingginya arus migrasi pendatang serta pertambahan alamiah (kelahiran),[37] sehingga Balikpapan mulai tahun 2005 hingga saat ini menjadi kota terpadat penduduk di Kaltim.[42][43]

Jumlah Pendatang 2012[44]
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1.617 819 1.424 1.936 1.804 1.995 2.572 2.164 2.284 1.025 1.674 2.172

Pertumbuhan pendatang dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kelahiran. Jumlah pendatang yang tinggi tidak dibarengi dengan kompetensi yang memadai dan tidak sesuai dengan sektor yang dibutuhkan. Tercatat sekitar 9 ribuan pendatang dengan pendidikan lulusan SD sempat mencari kerja di kota ini, namun tidak ada permintaan tenaga kerja dari lulusan SD. Daya tampung Balikpapan terhadap tenaga kerja sudah sangat minim, jumlah pencari kerja selalu jauh lebih tinggi dibandingkan permintaan tenaga kerja. Jumlah pendatang yang mencari kerja melonjak drastis, sementara permintaan tenaga kerja yang rendah hanya mengakibatkan peningkatan angka pengangguran. Tingginya angka pengangguran dan pekerja sektor informal menjadi penyebab masalah penataan kota, pemukiman tak layak, kekumuhan dan peningkatan kriminalitas. Pemerintah kota pun telah membuat peraturan kota yang mewajibkan seluruh pendatang untuk membayar dana jaminan serta memenuhi beberapa persyaratan hingga setengah tahun.[37] Setiap penduduk juga diwajibkan untuk membawa KTP Balikpapan dalam perjalanan kemanapun.[45]

Berdasarkan asalnya, pendatang berasal dari pulau-pulau di sekitar seperti Jawa, Madura dan Sulawesi. Jumlah pendatang paling banyak berasal dari Jawa yakni sebanyak 30%, kemudian diikuti dengan Banjar dan Bugis masing-masing sebanyak 20%, Toraja sebanyak 11%, Madura sebanyak 8%, Buton sebanyak 7% dan Betawi sebanyak 4%. Tingkat pendidikan pendatang didominasi oleh lulusan SLTA sebanyak 36%, diikuti lulusan SD sebanyak 25%, tidak tamat SD sebanyak 23%, lulusan SMP sebanyak 12% dan perguruan tinggi hanya 4%. Alasan pendatang masuk ke Balikpapan beragam, paling banyak karena mencari pekerjaan (48%), kemudian karena pindah kerja (33%) dan karena ikut keluarga atau suami sebanyak 19%. Kesadaran pendatang dalam membuang sampah di Balikpapan bervariasi, ada yang membuangnya tepat di TPS hingga membuang bebas di sungai. Sekitar 50% pendatang membuang sampah di TPS, kemudian sebanyak 35% pendatang pengelolaan sampahnya dipungut oleh petugas, 11% pendatang membakar sampahnya dan sebanyak 4% membuangnya langsung ke sungai.[37]

Dengan pertumbuhan pendatang yang sangat tinggi, pada tahun 2015 jumlah penduduk diprediksi meningkat menjadi 825.275 jiwa yang mengakibatkan 5,15% (42.502 jiwa) penduduk Balikpapan saat itu tidak dapat menikmati air bersih.[37] Jumlah penduduk pada tahun 2033 diprediksi mencapai angka 1.102.366 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 2.190 jiwa/km2.[46]

Angka Kriminalitas Jan-Nov 2012[47]
Jenis Persentase
Pencurian kendaraan
  
36,7%
Pencurian dengan pemberatan
  
33,1%
Penganiayaan
  
13,1%
Narkoba
  
9,2%
Perampokan
  
7,0%
Pembunuhan
  
0,9%

Jumlah penduduk miskin cenderung meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari BPS Balikpapan, pada tahun 2009 terhitung 18.440 jiwa penduduk Balikpapan merupakan penduduk miskin, kemudian di tahun 2010 meningkat empat ribu jiwa menjadi 22.850 jiwa dan pada tahun 2011 terjadi penurunan sedikit namun belum juga berkurang dari jumlah tahun 2009 yakni sebanyak 19.820 jiwa.[48]

Angka kriminalitas di tahun 2012 mengalami peningkatan. Selama tahun 2012, terdapat 1.179 laporan kejahatan diterima oleh Polres Balikpapan sedangkan di tahun 2011 terdapat 1.168 laporan. Kasus kejahatan yang paling banyak dilaporkan yaitu pencurian kendaraan sebanyak 433 kasus, disusul pencurian dengan pemberatan (curat) sebanyak 390 kasus, penganiayaan sebanyak 154 kasus, narkoba sebanyak 108 kasus, perampokan sebanyak 82 kasus dan pembunuhan sebanyak 12 kasus. Jenis kasus kejahatan yang meningkat tajam di tahun 2012 yakni kasus narkoba yang mana pada tahun 2011 hanya sebanyak 10 kasus, kemudian meningkat sepuluh kali lipat menjadi 108 kasus.

Suku bangsa yang ada

Ada lima budaya dasar sukubangsa asal Kalimantan yang disebut Rumpun Kalimantan,[49] empat di antaranya terdapat di Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan yaitu: Banjar, Kutai, Dayak, Paser yang biasa disingkat Komunitas BAKUDA atau BAKUDAPA jika dihitung mencapai 31,39% populasi (sensus tahun 2000). Diantara keempat suku tersebut, suku Banjar merupakan yang terbanyak.[50] Selain empat suku di atas, banyak pula suku-suku asal dari pulau Sulawesi, Jawa, Sumatera, dan pulau lainnya.[51]

Bahasa daerah

Bahasa daerah yang sering digunakan adalah:

  1. Bahasa Paser
  2. Bahasa Kutai
  3. Bahasa Banjar
  4. Bahasa Bugis
  5. Bahasa Jawa
  6. Bahasa Madura

Umumnya bahasa yang digunakan pada keseharian warga Balikpapan adalah bahasa Indonesia.

Adat perkawinan

Penduduk Balikpapan masih sangat mencintai adat-istiadat dan aturan pernikahan tradisional. Adapun tradisi pernikahan yang sering terjadi adalah pernikahan dengan menggunakan adat:

  1. Suku Kutai
  2. Suku Dayak
  3. Suku Banjar
  4. Suku Bugis
  5. Suku Jawa
  6. Sebagian kecil dari adat Manado, Padang,Gayo, Aceh dan Flores

Ekologi

Lihat pula: Kerusakan hutan bakau di Balikpapan
Kondisi Balikpapan dilihat melalui satelit pada tahun 1995.
Kondisi Balikpapan dilihat melalui satelit pada tahun 2013.

Kawasan hutan kota di Balikpapan tahun demi tahun menyusut drastis.[52] Dari 20 lokasi hutan kota di Balikpapan termasuk wilayah Pertamina, sekitar 200 hektar telah dirambah masyarakat untuk pemukiman baru.[53] Di Hutan Lindung Sungai Wain, yang merupakan daerah resapan air utama dan habitat satwa langka Kalimantan, mulai dirambah masyarakat dengan cara tebang bakar sehingga ketika musim kemarau sebagian kawasan tersebut menjadi tandus dan mengalami kerusakan 40%.[54] Luas area hutan Sungai Wain yang mencapai 10 ribu hektar, perlahan tapi pasti terus berkurang, hingga menyisakan 9 ribu hektar dengan kondisi hutan yang masih baik hanya 63%.[55] Warga sekitar banyak mencari kayu untuk memasak di hutan tersebut walaupun di sekelilingnya telah dipagari kawat.[55] Sebelumnya antara tahun 2000 hingga 2001, pembalakan liar terjadi di 10 hingga 15 titik di hutan Sungai Wain,[56] dan di tahun 2009 hutan ini dilanda kebakaran bersama hutan Sungai Manggar yang membuat 15 hektar kawasan hutan terlalap api.[55] Ancaman penambangan batu bara dari wilayah sekitar yang memberikan izin penambangan seperti Paser dan Kutai Kartanegara turut mengganggu ekosistem perbatasan hutan Sungai Wain.[56]

Banjir
Tahun Jumlah Musibah
2012 78
2011 6
Longsor
Tahun Jumlah Musibah
2012 43
2011 4
Peningkatan ditandai warna merah
Sumber: BPBK Balikpapan[57]
Beruang madu, maskot Balikpapan yang terancam punah

Hutan kota di Telagasari yang diresmikan tahun 1996 dengan luas 29,4 hektar, kini telah menyusut hingga menjadi 8 hektar saja.[52] Hutan di tengah kota ini telah dikelilingi pemukiman penduduk.[52] Hutan lindung Sungai Manggar juga mengalami kerusakan cukup parah, yakni sekitar 60%.[58] Waduk di hutan ini pun terancam karena lahan-lahan tambang batu bara dan pabrik bata didirikan begitu dekat sehingga terjadi pendangkalan air waduk.[59] Mayoritas dari yang mendirikan tersebut bahkan diketahui merupakan masyarakat pendatang.[59] Selain itu, pembangunan jalan tol Samarinda-Balikpapan yang direncanakan pemerintah Kaltim yang membelah hutan sepanjang 8 kilometer melintasi waduk[60] bisa merusak kualitas sumber air bersih di Balikpapan tersebut.[61]

Kerusakan hutan mengakibatkan Balikpapan mudah terjadi bencana banjir dan longsor setiap dilanda hujan deras.[53] Suplai air bersih juga semakin berkurang[53] karena resapan air kian menyempit,[53] erosi mudah terjadi[61] serta sedimen dari lokasi penambangan yang mengalir ke sungai memperkeruh[62] dan mendangkalkan waduk,[59] ditambah dengan kondisi Balikpapan yang hanya memiliki sedikit sungai[62] dan tanah yang kurang subur.[63] Populasi maskot Balikpapan, beruang madu semakin sedikit yakni hanya tinggal 50 ekor.[64] Hal ini disebabkan penambangan batu bara yang mempersempit habitat beruang madu, sehingga beruang madu enggan bereproduksi.[65] Selain beruang madu, satwa Balikpapan lainnya yang dinyatakan terancam punah yaitu bekantan, uwa-uwa Kalimantan, orangutan Kalimantan, trenggiling dan musang air Bennet.[66] Sedangkan satwa di Balikpapan yang telah punah ialah banteng (Bos javanicus).[66]

Universitas/Perguruan Tinggi

Rumah ibadah

Rumah ibadah yang terdapat di Balikpapan antara lain :

  • Masjid Al-Aman, Damai
  • Masjid Al Amin, Sepinggan
  • Masjid Al Falah, Batakan
  • Masjid At Taqwa, Klandasan
  • Masjid Baiturrahman, Lamaru
  • Masjid Dwima As Salam, Kariangau
  • Masjid Istiqomah, Pertamina
  • Masjid Nurul Iman, Gn. Bahagia
  • Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Getsemani, Resort Balikpapan
  • Gereja Kristus Yesus
  • Gereja Santa Theresia Prapatan
  • GPIB Bukit Benuas
  • GPIB Maranatha
  • HKBP Balikpapan, Resort Kalimantan Timur
  • Pura Giri Jaya Natha
  • Mahavihara Buddha Manggala

Geografi

Kota Balikpapan memiliki wilayah 85% berbukit-bukit serta 12% berupa daerah datar yang sempit terutama berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan sungai kecil serta pesisir pantai. Dengan kondisi tanah yang bersifat asam (gambut) serta dominan tanah merah yang kurang subur. Sebagaimana layaknya wilayah lain di Indonesia, kota ini juga beriklim tropis. Kota ini berada di pesisir timur Kalimantan yang langsung berbatasan dengan Selat Makassar, memiliki teluk yang dapat dimanfaatkan sebagai pelabuhan laut komersial dan pelabuhan minyak.

Batas wilayah

Peta perbatasan wilayah sebelah utara.

Letak astronomis Balikpapan berada di antara 1,0 LS - 1,5 LS dan 116,5 BT - 117,5 BT dengan luas sekitar 503,3 km² dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Utara Kabupaten Kutai Kartanegara
Timur Selat Makassar
Selatan Selat Makassar
Barat Kabupaten Penajam Paser Utara

Pembagian wilayah dan pemerintahan

Gerbang selamat datang di Balikpapan dari arah utara.
Kantor wali kota Balikpapan.
Gedung DPRD Kota Balikpapan.

Kecamatan

Dengan diberlakukannya Perda Balikpapan No. 8 Thn. 2012, maka diresmikan kecamatan Balikpapan Kota dan menambah jumlah kecamatan menjadi 6 yakni:

  1. Balikpapan Timur
  2. Balikpapan Selatan
  3. Balikpapan Tengah
  4. Balikpapan Utara
  5. Balikpapan Barat
  6. Balikpapan Kota

Kelurahan

Sehubungan dengan pemekaran kecamatan tersebut, maka melalui Perda Balikpapan No. 7 Thn. 2012 ditetapkan pemekaran 7 kelurahan baru. Dengan demikian maka pada saat ini Balikpapan terdiri dari 34 (tiga puluh empat) kelurahan yakni:

  1. Manggar
  2. Manggar Baru
  3. Lamaru
  4. Teritip
  5. Prapatan
  6. Klandasan Ulu
  7. Klandasan Ilir
  8. Damai
  9. Gn. Bahagia
  10. Sepinggan
  11. Gn. Sari Ilir
  12. Gn. Sari Ulu
  13. Mekar Sari
  14. Karang Rejo
  15. Sumber Rejo
  16. Karang Jati
  17. Gn. Samarinda
  18. Muara Rapak
  19. Batu Ampar
  20. Karang Joang
  21. Baru Ilir
  22. Margo Mulyo
  23. Marga Sari
  24. Baru Tengah
  25. Baru Ulu
  26. Kariangau
  27. Telaga Sari
  28. Damai Baru
  29. Damai Bahagia
  30. Sungai Nangka
  31. Sepinggan Baru
  32. Sepinggan Raya
  33. Gn. Samarinda Baru
  34. Graha Indah

Dari 27 kelurahan sebelum pemekaran terdapat 369 RW dan 1.143 RT. Ini berarti bahwa jumlah RW sebelum dan sesudah pemekaran tidak berubah, sedangkan RT mengalami penambahan sebanyak 62 buah sehingga berubah dari jumlah 1.081 menjadi 1.143 RT.

Mendapatkan status kota

Tugu Adipura

Balikpapan adalah berstatus sebagai kota dengan wali kota sebagai kepala daerah dan DPRD sebagai legislatif serta memiliki perlengkapan pemerintahan dan aparatur pemerintah seperti Kepolisian, Kejaksaan Negeri, Rumah Tahanan dan Lembaga Permasyarakatan serta Pengadilan Negeri. Selain itu Balikpapan menjadi pusat pemerintahan untuk wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan. Tercatat di antaranya kantor POLDA (Kepolisian Daerah) Kalimantan Timur dan Kejaksaan Tinggi berpusat disini. Serta markas besar Angkatan Darat, yakni Komando Daerah Militer (KODAM) VI Mulawarman yang memiliki daerah operasi wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan berpusat di kota ini. KODAM yang memiliki motto "Gawi Manuntung Waja Sampai Kaputing" merupakan satu-satunya KODAM yang berpusat di kota, bukan ibu kota provinsi.

Walikota

Berikut adalah nama-nama pejabat wali kota Balikpapan:

  1. H.A.R.S. Muhammad (1960 - 1963)
  2. Mayor TNI AD Bambang Soetikno (1963 - 1965)
  3. Mayor TNI AD Imat Saili (1965 - 1967)
  4. Mayor POL. Zainal Arifin (1967 - 1973)
  5. Letkol. Pol. H.M. Asnawi Arbain (1974 - 1981)
  6. Kol. CZI. TNI AD Syarifudin Yoes (1981 - 1989)
  7. H. Hermain Okol (sebagai Pelaksana Walikota) (1989 - 1991)
  8. Kol. Inf. H. Tjutjup Suparna (1991 - Juni 2001)
  9. Imdaad Hamid (Juni 2001 - 29 Mei 2011)
  10. H.M. Rizal Effendi, SE.(29 Mei 2011 - kini)[67]

Ekonomi

Bundaran Rapak yang menjadi titik 0 kilometer Kota Balikpapan.

Perekonomian kota ini bertumpu pada sektor industri yang didominasi oleh industri minyak dan gas, perdagangan dan jasa. Kota ini memiliki bandar udara berskala internasional, yakni Bandara Sepinggan serta Pelabuhan Semayang selain pelabuhan minyak yang dimiliki Pertamina.

Di sektor perdagangan, pemerintah kota melindungi pengusaha lokal Balikpapan dengan membentuk peraturan daerah yang tidak lagi menerbitkan izin kepada toko modern seperti minimarket dari luar kota untuk beroperasi di Balikpapan. Selain itu pemerintah kota juga akan mengatur jarak dan jam operasional setiap minimarket sehingga pengusaha lokal dapat bersaing di tengah kompetisi yang semakin ketat.[68]

Transportasi

Darat

Armada transportasi darat yang ada di kota ini antara lain :

  1. Taksi tanpa argo meter.
  2. Taksi dengan argo meter.
  3. Angkutan Kota (Angkot) dengan jalur atau trayek berdasarkan nomor.
  4. Ojek atau sepeda motor.

Terminal yang ada di kota ini bernama Batu Ampar.

Laut

Untuk transportasi laut, di kota ini terdapat armada:

  1. Kapal Laut
  2. Speed Boat
  3. Ketinting

Udara

Kota Balikpapan memiliki sarana untuk transportasi udara, yaitu Bandara Sepinggan yang dapat didarati pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747.

Wisata

Kilang minyak Balikpapan (foto semasa kolonial Belanda).
Pantai Manggar Segara Sari.

Kota Balikpapan memiliki daerah wisata yang cukup banyak dan beragam, di antaranya adalah:

  1. Taman Agrowisata, diresmikan tanggal 17 Desember 1997 oleh Bapak Tri Sutrisno, berlokasi di Jl. Soekarno Hatta km 23, dengan luas 100 ha dan memiliki berbagai koleksi tanaman tropis serta dilengkapi dengan tempat piknik terbuka, rumah panjang Dayak, tempat berkemah dan pemandangan alami, dilengkapi play ground, shelter, tempat parkir, mushola dan play group, dapat dikunjungi dengan angkutan kota trayek nomor 8.
  2. Wana Wisata Km 10 adalah taman arboretum yang dibangun oleh PT. Inhutani I Unit Balikpapan, dengan berbagai jenis pohon hutan dan buah-buahan langka, sebagai tempat berkemah dan jogging yang sejuk dan alami, dilengkapi gedung pertemuan, pusat informasi, gazebo, play ground dan warung kaki lima, dapat ditempuh dengan angkutan kota trayek nomor 8.
  3. Karang Joang Resort, Golf dan Country Club Balikpapan, yaitu padang Golf Kariangau terletak di Kelurahan Karang Joang, tidak jauh dari sungai Wain, terdapat drive rain, hotel berbintang dengan teras dan pembakaran barbeque, club house dengan kolam renang dan activity room dengan karaoke, meja bilyard, bar dan ruangan dengan acara khusus serta tersedia menu masakan Tionghoa, Eropa dan Indonesia, dapat dipesan pada Resort & Golf Karang Joang, Jl. Soekarno Hatta Km 5,5 Balikpapan.
  4. Jembatan Ulin Kariangau merupakan jembatan ulin terpanjang dengan panjang 800 m dan lebar 2 m, terletak 11 km dari pusat kota Balikpapan, terdapat hutan bakau dengan pemandangan lepas ke teluk Balikpapan dengan aktivitas nelayan dan kapal-kapal yang melintas dari pelabuhan Somber menuju Pelabuhan Penajam.
  5. Pantai Manggar Segarasari merupakan tempat rekreasi pantai terletak 22 km dari pusat Kota Balikpapan tepatnya di kecamatan Balikpapan Timur. Di sana terdapat shelter, banana boat, speed boat, ruang informasi dan warung kaki lima. Pantai ini dapat dicapai dengan angkutan kota trayek nomor 7.
  6. Hutan Lindung Sungai Wain merupakan hutan lindung dengan luas 10.025 ha yang dilalui sungai Wain yang panjangnya 18.300 m dengan airnya yang jernih dengan hutan bakau dan habitat burung, ikan , kepiting dan orang hutan.
  7. Panorama Dermaga Penyeberangan Somber, dapat dicapai dengan trayek angkutan kota nomor 3.
  8. Penangkaran Buaya
  9. Monumen Jepang
  10. Monumen Perjuangan Rakyat
  11. Perkebunan Salak
  12. Tugu Peringatan Divisi 7 Australia
  13. Kilang Minyak Balikpapan
  14. Monumen Mathilda
  15. Taman Bekapai
  16. Pantai Melawai
  17. Pantai Polda
  18. Pantai Strans (Pantai Banua Patra)
  19. Goa Jepang
  20. Meriam Peninggalan Jepang
  21. Kampung Atas Air (Kampung Baru)
  22. Museum Tanjungpura
  23. Lapangan Merdeka

Galeri

Referensi

  1. ^ "Motto Kota Balikpapan". Balikpapan.go.id. 1 January 2010. Diakses tanggal 11 January 2013. 
  2. ^ "Social" (PDF). Balikpapan in Figures 2012 (dalam bahasa English). Balikpapan: Pemkot Balikpapan. 2012. hlm. 146. ISSN 0215-238X. 
  3. ^ (Inggris) Schulze, Fritz (2006). Insular Southeast Asia: linguistic and cultural studies in honour of Bernd Nothofer. Otto Harrassowitz Verlag. hlm. 42. ISBN 3447054778.  ISBN 978-3-447-05477-5
  4. ^ http://ftp.paudni.kemdiknas.go.id/paudni/2011/06/SNI_7657-2010_Singkatan_Nama_Kota.pdf
  5. ^ http://www.kaltimpost.web.id/berita/index.asp?Berita=Balikpapan&id=191540
  6. ^ Wibisono, SG (16 July 2012). "Balikpapan, Kota dengan Biaya Hidup Termahal". TEMPO.CO. Jakarta: PT Tempo Inti Media Harian. Diakses tanggal 13 February 2013. 
  7. ^ Daud, Basir (10 June 2011). "Balikpapan Kota Termahal Biaya Hidup se-Indonesia". Tribunnews.com. Jakarta: tribunnews.com. Diakses tanggal 23 February 2013. 
  8. ^ (Belanda)Valentijn, François (1858). François Valentijn's oud en nieuw Oost-Indien, Volume 3. H. C. Susan. 
  9. ^ (Italia) Grandi, Vittore S. (1716). Sistema Del Mondo Terraqueo Geograficamente Descritto: Colle Provincie, Siti, e Qualità de' Popoli in esso contenuti Ed epilogato in oltre negl' Indici per Alfabeto disposti alle sue Tavole : Aggiontavi un' Annotazion Cronologica de' Paesi Scoperti sine a questi Ultimi Tempi. Del L'Asia, Africa, E America. Groppo. hlm. 87. 
  10. ^ Verhandelingen, Verhandelingen (1853). Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewegen, Zeevaartkunde, de Hydrographie, de Koloniën, Jilid 13. 
  11. ^ (Indonesia) Amiruddin Maula, Cerita rakyat dari Kalimantan Timur, Grasindo, 1994, ISBN 979-553-396-7, 9789795533962. Diakses 3 September 2010
  12. ^ http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/306-Asal-Mula-Nama-Kota-Balikpapan-#
  13. ^ http://fansberuangmadu.blogspot.com/2010/11/sejarah-kota-balikpapan.html
  14. ^ Kumpulan Kisah Nyata Hantu di 13 Kota Oleh Argo Wikanjati
  15. ^ http://www.balikpapan.go.id/index.php?option=com_balikpapan&task=sejarah
  16. ^ Peta Native states (zelfbesturen) in Dutch Borneo, 1900
  17. ^ Peta Administrative divisions in Dutch Borneo, 1902
  18. ^ Peta Administrative divisions in Dutch Borneo, 1930
  19. ^ Peta Borneo in 1942
  20. ^ (Indonesia) Kartodirdjo, Sartono (1993). Pengantar sejarah Indonesia baru, 1500-1900: Dari emporium sampai imperium. Gramedia. hlm. 121. ISBN 9794031291. ISBN 978-979-403-129-2
  21. ^ (Inggris) Magenda, Burhan Djabier (2010). East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy. Equinox Publishing. ISBN 602-8397-21-0. ISBN 978-602-8397-21-6
  22. ^ (Belanda) Nederlandisch Indië (1849). "Staatsblad van Nederlandisch Indië". s.n. 
  23. ^ (Belanda) J. B. J Van Doren (1860). Bydragen tot de kennis van verschillende overzeesche landen, volken, enz. 1. J. D. Sybrandi. hlm. 241. 
  24. ^ Administrative subdivisions in Dutch Borneo and Sarawak, 1930
  25. ^ Japanese conquest of the Netherlands Indies, 1941-1942
  26. ^ (Inggris) Gabrielle Kirk McDonald, Olivia Swaak-Goldman, Substantive and procedural aspects of international criminal law: the experience of international and national courts. Documents and cases, Volume 2,Bagian 2, BRILL, 2000, ISBN 90-411-1134-4, 9789041111340. Diakses 3 September 2010
  27. ^ Borneo in 1942
  28. ^ (Inggris) A. B. Feuer, Australian commandos: their secret war against the Japanese in World War II, Stackpole Military history series, Stackpole Books, 2006, ISBN 0-8117-3294-0, 9780811732949. Diakses 3 September 2010
  29. ^ (Inggris) Paul S. Dull, A battle history of the Imperial Japanese Navy, 1941-1945, Naval Institute Press, 2007, ISBN 1-59114-219-9, 9781591142195. Diakses 3 September 2010
  30. ^ Allied military operations and positions, mid-July 1944 to August 1945
  31. ^ Perlawanan terhadap kolonial Belanda
  32. ^ "Penduduk kota Balikpapan Tahun 2009". Balikpapan.go.id. 1 January 2010. Diakses tanggal 11 January 2013. 
  33. ^ "IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) kota Balikpapan" (PDF). Dinas Kesehatan Balikpapan. 15 April 2011. 
  34. ^ "Setahun, 21.486 Pendatang Baru". Kaltim Post. Balikpapan: Kaltimpost.co.id. 21 January 2013. Diakses tanggal 21 January 2013. 
  35. ^ "Identifikasi" (PDF). Perancangan City Branding Kota Balikpapan Kalimantan Timur Sebagai Bagian Promosi Daerah (dalam bahasa Indonesian). Surabaya: Universitas Kristen Petra. 2006. hlm. 20. 
  36. ^ Johanna Gooszen, Abrahamine (1999). "Migratory Movements in Detail". A Demographic History of the Indonesian archipelago, 1880-1942 (dalam bahasa English). Leiden: KITLV Press. hlm. 109. ISBN 90-6718-128-5. 
  37. ^ a b c d e f Wita Dahliyani. "Manajemen Pengendalian Penduduk Pendatang Dalam Upaya Perbaikan Lingkungan kota Balikpapan". Ipb.ac.id. Diakses tanggal 11 January 2013. 
  38. ^ "Jarak Rumah Tidak Boleh Rapat". Balikpapan post. Balikpapan: Balikpapanpos.co.id. 14 February 2013. Diakses tanggal 14 February 2013. 
  39. ^ "Razia KTP Terbanyak di Balikpapan Selatan". SmartFM. Balikpapan: Radiosmartfm.com. 06 December 2012. Diakses tanggal 06 December 2012. 
  40. ^ Aji, Daya Bhara (14 December 2012). "Penduduk Pendatang Terus Dipantau". Balikpapan Post. Balikpapan: Balikpapanpos.co.id. Diakses tanggal 14 December 2012. 
  41. ^ Kotwani, Monica (25 February 2013). "More than 20,000 Singapore Citizenship applications approved in 2012". Channel NewsAsia. Singapore: Channelnewsasia.com. Diakses tanggal 01 March 2013. 
  42. ^ "Population and Employment". Kalimantan Timur in Figures 2012 (dalam bahasa English). Samarinda: Pemprov Kaltim. 2012. hlm. 74. ISSN 0215-2266. 
  43. ^ "Population and Labour" (PDF). Kalimantan Timur in Figures 2009 (dalam bahasa English). Samarinda: Pemprov Kaltim. 2010. hlm. 71. 
  44. ^ "Setahun, 21.486 Pendatang Baru". Kaltim Post. Balikpapan: Kaltimpost.co.id. 21 January 2013. Diakses tanggal 21 January 2013. 
  45. ^ "70 Warga Terjaring Razia KTP Warga Diminta Taati Perda Kependudukan". Balikpapan.go.id. Diakses tanggal 23 April 2013. 
  46. ^ "Kependudukan" (PDF). Kota Balikpapan (dalam bahasa Indonesian). Daerah Istimewa Yogyakarta: Housing Resource Center. 2008. hlm. 4. 
  47. ^ "2013, Curat Masih Jadi Ancaman". Kaltim Post. Balikpapan: Kaltimpost.co.id. 2 January 2013. Diakses tanggal 30 January 2013. 
  48. ^ "Penduduk Miskin di Balikpapan Meningkat". Kaltim Post. Balikpapan: Kaltimpost.co.id. 11 January 2013. Diakses tanggal 11 January 2013. 
  49. ^ (Indonesia) Haris, Syamsuddin (2004). Desentralisasi dan otonomi daerah: Naskah akademik dan RUU usulan LIPI. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 188. ISBN 979-98014-1-9. ISBN 978-979-98014-1-8
  50. ^ dalam sensus tahun 1930 suku Banjar berjumlah 7.389 jiwa atau 31,56% populasi Balikpapan (Volkstelling 1930 V:27)
  51. ^ (Inggris) Magenda, Burhan Djabier (2010). East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy. Equinox Publishing. hlm. 18. ISBN 6028397210. ISBN 978-602-8397-21-6
  52. ^ a b c Syarifuddin, Amir (02 August 2010). "Hutan Kota di Balikpapan Menyusut Drastis". Seputar Indonesia. Jakarta: Seputar-indonesia.com. Diakses tanggal 16 January 2013. 
  53. ^ a b c d "Warga Khawatir Kondisi Hutan kota". Balikpapan Post. Balikpapan: Balikpapanpos.co.id. 08 December 2012. Diakses tanggal 16 January 2013. 
  54. ^ "Penduduk Bertambah, Perambahan Hutan di Balikpapan Marak". Liputan 6. Jakarta: Liputan6.com. 06 September 2001. Diakses tanggal 16 January 2013. 
  55. ^ a b c "Ironis, Kawasan HLSW Tersisa 63 Persen, Akibat Penjarahan Warga dan Pihak Tertentu". Sungaiwain.org. 14 January 2010. Diakses tanggal 17 January 2013. 
  56. ^ a b "Hutan Lindung Sungai Wain Terus Diintai". Sungaiwain.org. 02 January 2009. Diakses tanggal 17 January 2013. 
  57. ^ "Waspada 49 Titik Longsor dan 41 Titik Banjir". Kaltimpost. Balikpapan: Kaltimpost.co.id. 7 February 2013. Diakses tanggal 7 February 2013. 
  58. ^ "Bappeda Dukung Pengelola DAS Manggar". SmartFM. Balikpapan: Radiosmartfm.com. 01 May 2012. Diakses tanggal 16 January 2013. 
  59. ^ a b c "HLSM, Jantung Balikpapan". Sungaiwain.org. 14 June 2012. Diakses tanggal 16 January 2013. 
  60. ^ "Rp 4,2 T Masih di Awang-Awang". Kaltim Post. Balikpapan: Kaltimpost.co.id. 22 January 2013. Diakses tanggal 22 January 2013. 
  61. ^ a b "Jalan Tol Ancam Sumber Air Bersih". Sungaiwain.org. 18 August 2010. Diakses tanggal 16 January 2013. 
  62. ^ a b "Kaltim Bergantung Air Permukaan". Indonesia Business Links. Jakarta: Ibl.or.id. 21 Oct 2009. Diakses tanggal 17 January 2013. 
  63. ^ "Geologi". Balikpapan.go.id. Diakses tanggal 17 January 2013. 
  64. ^ Daud, Basir (10 February 2011). "Populasi Beruang Madu Tinggal 50 Ekor". TribunKaltim. Balikpapan: Tribunnews.com. Diakses tanggal 17 January 2013. 
  65. ^ Prasetya, Lukas Adi (23 February 2011). "Tidak Gampang Beruang Madu Bereproduksi". Kompas. Jakarta: Kompas.com. Diakses tanggal 17 January 2013. 
  66. ^ a b "Beruang Madu Terancam Punah". Sungaiwain.org. 09 April 2010. Diakses tanggal 17 January 2013. 
  67. ^ Metro Balikpapan 28 Mei 2011:Jelang Pelantikan Walikota Jaga Kondusifitas
  68. ^ "Pemkot Stop Toko Modern Baru". Balikpapan Post. Balikpapan: Balikpapanpos.co.id. 07 January 2013. Diakses tanggal 07 January 2013. 

Pranala luar