Kategori:Tokoh Melayu Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Emron Pangkapi, lahir di Pangkalpinang Kepulauan Bangka Belitung, 26 juni 1957, adalah Wakil Ketua Umum DPP PPP (2011-2016). Dia dikenal sebagai tokoh Melayu Indonesia. Bergelar Dato Seri Radindo Haji Emron Pangkapi, Beliau adalah seorang politisi yang ulet, survive di panggung politik nasional sejak bermula di usia muda. Kekhasan Emron Pangkapi senantiasa menyelipkan petatah-petitih budaya Melayu dalam setiap ucapan dan langkah politiknya. Politisi yang selalu mengawali dan mengakhiri pidato dengan pantun ini, adalah salah satu tokoh utama dalam perjuangan terbentuknya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Emron Pangkapi memang sulit dipisahkan dari Babel dan tidak mudah menariknya dari akar sejarah provinsi itu. Dia terpilih sebagai Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pertama (1999-2004) serta konseptor peletakan dasar-dasar pembangunan kultural Melayu di Bangka Belitung. Adalah Emron Pangkapi yang menggagas nama Bangka Belitung sebagai Negeri Serumpun Sebalai dan mengukuhkan ruh (spirit) Seluruh Pembangunan di Bangka Belitung diletakkan pada landasan Budaya Melayu, dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi. Putra asli Pangkalpinang, anak bungsu dari pasangan ---Penghulu Mohammad Asir Haji Aris dan Hj Zainab Haji Limin --- juga penggagas berdirinya Perhimpunan Melayu Bersatu (Palbatu) tahun 1999. Emron Pangkapi juga memprakarsai terselenggaranya pekan budaya dan konfrensi Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) tahun 2003 di Bangka Belitung, yang dihadiri delegasi Melayu se dunia. Ini merupakan perhelatan akbar pertama dan terbesar dalam sejarah Bangka Belitung. Pada tahun 2010 bersama Budayawan Dato' Seri Radindo DR Ibnu Hajar, Emron Pangkapi membangun Rumah Adat Rampai Budaya Melayu di kota Pangkalpinag sebagai simbol pusat kesenian dan budaya Melayu dan bersama Pemangku Adat NSS Dato' Seri Haji Romawi Latif ikut mendirikan Yayasan Pendidikan Bangka Belitung --cikal bakal Universitas Negeri Bangka Belitung (UBB), sebagai wadah persemaian kader intelektual Babel berwawasan moderen, tetapi tetap berpijak pada akar budaya Melayu Serumpun Sebalai. Peran monumental Emron Pangkapi juga terlacak dari sejarah pembangunan Kompleks Pemerintahan Kep. Bangka Belitung yang kini berdiri megah sebagai kota baru berarsitektur Melayu di Air Itam. Adalah Emron Pangkapi yang menggagas hadirnya sebuah kompleks perkantoran yang khas untuk pusat pengendalian pemerintahan sekaligus sebagai simbol peradaban daerah dan pada gilirannya nanti sebagai salah satu kawasan wisata. Emron Pangkapi merancang kota baru, dimulai dengan memenangkan polemik penetapan lokasi perkantoran. Gubernur Babel pertama Drs Amur Muchasyim sudah menyediakan lokasi perkantoran di kawasan Bukit Pauh Girimaya. Sebagai Ketua DPRD Babel pertama, Emron menyodorkan alternatif kawasan tepi pantai Air Itam. Adu argumentasi antara kedua pemimpin itu tegambar dalam polemik berkepenjangan di Harian Bangkapos akhir 2001. Emron yang gigih mempertahankan gagasannya yaitu sebuah pusat pemerintahan baru yang mencerminkan karakteristik Bangka Belitung sebagai Provinsi Kepulauan harus menggambarkan aroma tepi pantai nuansa kelautan, memanfaatkan lahan gersang yang murah, serta menyulap areal daerah tandus bekas tambang timah menjadi kawasan hijau nan-rindang. Dia menolak areal Bukit Pauh Girimaya, karena kawasan itu sebagai daerah resapan air. Lagi pula kawasan itu memerlukan dana besar untuk biaya pembebasan lahan areal perkebunan produktif petani. Emron Pangkapi menang dalam perang opini. Akhirnya Lahan bekas tambang yang tidak produktif di Parit Enam tersebut dibebaskan hanya dengan membayar dana pengganti tanam tumbuh Rp 2.000/m2 melalui APBD. Di tahun 2001-2002 itu, Pemda mengalokasi aggaran untuk menyiapkan 80 hektar dari 400 hektar yang akan dijadikan kawasan kota baru. Dari sinilah Ketua DPRD Babel itu memulai proyek raksasa tersebut, dengan meletakkan sendiri batu pertama pembangunan Rumah Jabatan Pimpinan DPRD di tepi kolong bekas tambang timah di tengah hutan yang belum sama sekali ada jalan mobil pada tahun 2001. Rumah jabatan Pimpinan DPRD sebanyak 4 buah yang berarsitektur Melayu, tercatat dalam sejarah adalah bangunan pertama proyek Perkantoran dan Rumah Pejabat Pemerintah Rovinsi Kepulauan Bangka Belitung yang kini pantastis telah berdiri megah. Kegigihannya melestarikan adat istiadat dan budaya Melayu mengantar beliau mendapat pengakuan sebagai budayawan Melayu serta Gelar Kehormatan; Datuk Seri yang diberikan oleh Pemangku Adat Negeri Serumpun Sebalai. Gelar Radindo Panglima dianugerahkan oleh Kerajaan Jiering Bangka dan gelar Dato Seri Pangeran Nata Astana diberikan oleh Kesultanan Amantubillah Mempawah Pontianak. Mantan wartawan ini, dalam usia relatif muda 35 tahun di tahun 1992 tercatat sebagai Anak Melayu Bangka pertama yang terpilih sebagai Anggota MPR-RI (1992-1997) ---Lembaga Tertinggi Negara di era Orde Baru --- kemudian dalam usia 42 tahun, menjadi Ketua DPRD Provinsi Kep. Bangka Belitung pertama (1999-2004) dan pernah berkarir sebagai Staf Ahli Menteri Koperasi/UKM (2005-2009). Pengalamannya di Dunia politik cukup panjang. Dia malang melintang di seputar kekuasaan partai Partai Persatuan Pembangunan (PPP) --- sebuah partai politik berjatidiri Islam terkemuka di Indonesia, hingga berhasil menduduki posisi orang kedua tertinggi dalam struktur partai sebagai Wakil Ketua Umum I (Timbalan Presiden). Kiprahnya sebagai politisi dimulai dari Muktamar II, Emron Pangkapi berturut-turut menjabat Ketua Departemen Penerangan DPP PPP (1989-1999), Ketua DPW PPP Kep.Bangka Belitung (2000-2005), Wakil Sekjen DPP PPP (2003-2009), Ketua DPP PPP/Korbid OKK (2007-2011) dan puncaknya Wakil Ketua Umum I (2011-2016). Di organisasi sayap partai poltik itu, Emron Pangkapi berkiprah cukup panjang. Dia pernah menjabat Wakil Sekjend PP GMP (1986-1993), Sekjen PP Gerakan Pemuda Ka'bah (1989-2001), Wakil Sekjend PP Parmusi (1999-2008) dan hingga kini sebagai Wakil Ketua Majelis Pertimbangan Persaudaraan Muslimin Indonesia (Ikhwanul Muslimun). Dalam kerangka itulah Emron Pangkapi sering menjadi utusan organisasinya ke berbagai pertemuan internasional. Emron pernah memimpin delegasi pemuda Indonesia ke Jepang (1989) dalam program Youth Asian Ghaimuzo Proggrame, delegasi Muhibah Pemuda Indonesia ke Arab Saudi (1991), Dialog Malindo (1990/1992/1994) dan delegasi ke Muktamar Rabithah al Alam al Islami di Makkah. Puncaknya sebagai politisi, Emron Pangkapi menyampaikan pidato dalam Kongres ICAPP II di Beijing (2004) dihadapan Presiden RRC Hu Jinto, Presiden Philipina Arroyo, PM Thailand Thaskin dan sejumlah polisi Asia lainnya. Dalam kegiatan kemasyarakatan Emron Pangkapi memiliki banyak aktivitas. Beliau tercatat sebagai Ketua Pengda PSSI Kep. Babel (2001-2004), Divisi/Komisi Wasit PSSI (2004-2009) di era kepemimpinan Nurdin Halid. Dia juga adalah Deklarator/Anggota Tetap Konprensi Dunia Melayu Dunia Islam (Melaka 1999) menyertai jemputan Ketua Menteri Melaka Dato Seri Ali Rustam. Dia berhubungan rapat dengan tokoh-tokoh Melayu Dunia dan mitra diskusi Prof. Dr. Latief Abubabakar cendikiawan Melayu dari Melaka dan Sri Paduka Tuanku Lukman Sinar, Sultan Deli Serdang Bedagai yang juga adalah Presiden Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia ( MABMI) dan Dato' Seri Syamsul Arifin (Bupati Langkat yang kemudian menjadi Gubernur Sumut). Sebagai wartawan, Emron Pangkapi memulai karirnya di Harian Pelita (1979-1982), wartawan/redaktur Bisnis Indonesia (1985-1989), wartawan/redaktur Media Indonesia (1989-1993), dan Kepala Biro Media Indonesia di Kuala Lumpur (1995-1998). Dalam kapasitas wartawan itulah Emron berkenalan dengan cukup banyak tokoh Politik di kawasan serantau, serta melakukan perjalanan jurnalistik ke berbagai penjuru dunia. Emron Pangkapi juga adalah seorang penulis buku bidang hukum, diantaranya Hukuman Mati Imam Imran (Studi Kasus Subversi) Alumni Bandung (1983), Praperadilan Dalam Kenyataan (Djambatan 1986) dan berbagai kertas yang disampaikan dalam seminar/lokakarya/konprensi di dalam dan luar negeri.

Subkategori

3 subkategori di kategori ini ditampilkan berikut ini. Terdapat 3 subkategori seluruhnya dalam kategori ini.

M

R

T

Halaman-halaman dalam kategori "Tokoh Melayu Indonesia"

Kategori ini memiliki 200 halaman, dari 320.

(halaman sebelumnya) (halaman selanjutnya)
(halaman sebelumnya) (halaman selanjutnya)