Amsal 4

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Amsal 4
Kitab Amsal lengkap pada Kodeks Leningrad, dibuat tahun 1008.
KitabKitab Amsal
KategoriKetuvim
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Lama
Urutan dalam
Kitab Kristen
20
pasal 3
pasal 5

Amsal 4 (disingkat Ams 4) adalah bagian dari Kitab Amsal dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen.[1][2]

Teks[sunting | sunting sumber]

Struktur[sunting | sunting sumber]

Ayat 5[sunting | sunting sumber]

Perolehlah hikmat, perolehlah pengertian, jangan lupa, dan jangan menyimpang dari perkataan mulutku.[4]

Hikmat Allah adalah penting untuk hidup yang berarti dan saleh (Amsal 4:20–22; 3:21–22). Oleh karena itu, kita harus terutama sekali mencari hikmat. Akan tetapi, mendapat hikmat semacam itu tidak gampang karena hanya diberikan kepada mereka yang dengan tekun bersedia membayar harganya. Hikmat disalurkan melalui dua jalur.

  • 1) Pendidikan. Melalui pendidikan seorang akan mengalami perubahan rohani yang mencakup hal berbalik dari kejahatan menuju kepada pengenalan akan Allah. Hubungan pribadi dengan Allah menjadi langkah pertama dalam memperoleh hikmat sejati. Orang percaya harus takut akan Tuhan dan membenci kejahatan (Amsal 8:13; 9:10).
  • 2) Pengabdian. Hikmat adalah untuk orang yang mengerti nilainya dan karena itu mencarinya dengan tekun (Amsal 8:17). Orang yang bijaksana belajar dari ajaran (Amsal 9:9) dan didikan Allah (Amsal 3:11), menerima perintah-perintah Allah (Amsal 10:8), mendengarkan nasihat rohani orang-tua dan sesama (Amsal 4:1; 13:10), serta menghargai hikmat itu sebagai lebih berharga daripada perak, emas, atau batu permata (Amsal 3:14–15; 23:23). Yesus Kristus adalah perwujudan unggul dari hikmat Allah (1Kor 1:30; Kol 2:2–3); jadi, nasihat Perjanjian Lama ini adalah sama dengan panggilan untuk menyerahkan kehidupan kita kepada Yesus Kristus. Kita harus berbalik dari dosa dan diri sendiri serta menuju Dia, mengorbankan segala sesuatu yang perlu untuk mengikuti Dia sebagai murid-Nya (Mat 13:44–46; Luk 14:33).[5]

Ayat 23[sunting | sunting sumber]

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.[6]

Hati adalah sumber keinginan dan keputusan. Mengikut Allah dan mengenal jalan-jalan-Nya meliputi suatu keputusan teguh untuk tetap mengabdi kepada-Nya, mencari dahulu kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya (Matius 6:33). Jikalau kita menemukan bahwa dahaga dan lapar akan Allah dan kerajaan-Nya sedang menurun, kita harus menilai kembali prioritas kita, dengan jujur mengakui kesuaman kita, dan dengan sungguh-sungguh berdoa memohon kerinduan baru akan Allah dan perkenan-Nya. Lalai dalam menjaga hati kita akan mengakibatkan kita menyimpang dari jalan yang aman dan terjebak dalam jerat pembinasaan (bandingkan Amsal 7:24–27); menjaga hati kita melebihi segala sesuatu menghasilkan hidup yang mantap pada jalan yang rata karena perkenan dan kasih karunia-Nya (Amsal 4:25–27).[5]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ J. Blommendaal. Pengantar kepada perjanjian lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 979-415-385-0, 9789794153857
  2. ^ (Indonesia) WS Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2, sastra dan nubuatan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1994.
  3. ^ Amsal 1:1
  4. ^ Amsal 4:5
  5. ^ a b The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  6. ^ Amsal 4:23

Pranala luar[sunting | sunting sumber]