Yosonegoro, Limboto Barat, Gorontalo
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini) |
Yosonegoro | |
---|---|
Negara | ![]() |
Provinsi | Gorontalo |
Kabupaten | Gorontalo |
Kecamatan | Limboto Barat |
Kodepos | 96216 |
Kode Kemendagri | 75.01.17.2005 ![]() |
Luas | - |
Jumlah penduduk | - |
Kepadatan | - |
Yosonegoro adalah salah satu desa di Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Indonesia. Yosonegoro adalah salah satu desa di Gorontalo, yang didirikan oleh orang Jawa Tondano setelah mereka dipindahkan Belanda dari Tondano pada tahun 1915. Jarot Tumenggung Zees yang lahir di kampung Jawa Tondano dan kakaknya, Rahmat Tumenggung Zees, adalah sebagian dari orang Jaton yang mendirikan kampung Jawa Yosonegoro sekitar tahun 1904.[butuh rujukan]
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Inilah desa masyarakat Jawa Tondano (Jaton) yang pertama di Gorontalo, didiami pada awal 1900-an oleh sekitar 40 jiwa orang Jaton dari Kampung Jawa di Tondano, Minahasa, sulawesi Utara.
Migrasi awal orang Jaton dimulai saat Amal Mojo adalah Cicit Ghazali (anak Kiyai Mojo), yang ditugaskan Belanda mengajar di sebuah sekolah di Gorontalo (skrg SMPN 1 Limboto) setelah menamatkan sekolah guru di Ambon tahun 1895.[butuh rujukan]
Karena sering pulang ke Tondano untuk menengok kerabatnya, lalu Belanda meminta Amal Mojo untuk membawa saudaranya ke sini. Bersama Gusasi (Kosasih), Amal membawa keluarganya antara lain Rahmat Zees, Jarod Zees, Burhan Zees, Muchtar Pulukadang, Tarikat Mojo, Ichsan Suratinojo, Muhidin Rivai, Ilham Mas Hanafi, Alfan Gusasi, Jumali Suratinojo, Ronggo Danupoyo, Jalil Kiyai Baderan, Napu, dan Arta.[butuh rujukan]
Belanda memberi tanah seluas 500 hektar yang membentang dari Desa Tunggulo, Yosonegoro dan Padengo.
Sebelum mereka datang, Amal Mojo sudah membentuk Desa Yosonegoroyang berarti membangun negeri.
Tahun 1914 mulai banyak pemukiman dan didirikan masjid Al-Muttaqin, dengan imam dan kepala desa pertama Kiyai Rahmat Zees (anak pertama Kiyai Pajang), sesuai kesepakatan para tetua Jaton di Tondano.[butuh rujukan]
Di Yosonegoro budaya Jaton dibangun, mereka mengembangkan zikir Jawa sebagai cikal bakal salawat jowo, zikir melayu sebagai hadrah/rodat dan samra dari budaya Arab.
Di Desa baru ini mereka mengembangkan pertanian dengan mengenalkan bajak yang ditarik sapi atau kuda.
![]() | Artikel bertopik kelurahan atau desa di Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. |