Sultan Terengganu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sultan Terengganu
سلطان ترڠݢانو

Sedang berkuasa
Al-Wathiqu Billah Sultan Mizan Zainal Abidin ibni Almarhum Sultan Mahmud Al-Muktafi Billah Shah
sejak 15 Mei 1998
Pertabalan 4 Maret 1999
Perincian
Sapaan resmiPaduka
PewarisTengku Muhammad Ismail
Penguasa pertamaZainal Abidin I
Pembentukan1725; 298 tahun lalu (1725)
KediamanIstana Syarqiyyah, Kuala Terengganu

Sultan Terengganu adalah gelar kepala konstitusional dari negara bagian Terengganu di Malaysia. Sultan dari Kesultanan Terengganu yang pertama adalah Sultan Zainal Abidin I yang berkuasa pada 1725 - 1733.[1] Sultan saat ini adalah Mizan Zainal Abidin yang berkuasa sejak 1998 dan merupakan sultan Terengganu yang ke-17, ia juga merupakan mantan Yang di-Pertuan Agong Malaysia dari tahun 2006 hingga 2011.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Tanjak Sultan Terengganu (Solek Belalai Gajah).

Terengganu menjadi negara kesultanan merdeka pada tahun 1725 dengan ditabalkannya Sultan Terengganu pertama, Sultan Zainal Abidin I. Pada tahun 1741, Sultan Sulaiman menunjuk Sultan Mansur sebagai pemimpin Terengganu. Dicintai oleh rakyatnya, Sultan Mansur membangun aliansi yang kuat antara negara-negara Melayu untuk melawan pengaruh Bugis. Laporan-laporan Eropa pada masa itu memuji pemerintahan yang terorganisir dengan baik di bawah kepemimpinannya[2].

Pada tahun 1871, Terengganu menjadi negara pengikut Kerajaan Rattanakosin dan setiap tahun mengirimkan upeti yang sering disebut sebagai "bunga mas". Hal ini terjadi dibawah pemerintahan Sultan Omar Riayat Shah yang sering dikenang sebagai pemimpin taat yang berhasil mengenalkan perdagangan dan pemerintahan yang stabil. Dibawah kendali Kerajaan Rattanakosin, Terengganu menjadi wilayah yang makmur, dan sebagian besar dibiarkan begitu saja oleh pihak berwenang di Bangkok[3].

Sultan Zainal Abidin III menggantikan ayahnya Sultan Ahmad II yang meninggal pad atahun 1881. Dibawah pemerintahannya, Terengganu menjadi negara protektorat Inggris dibawah Perjanjian Inggris-Siam 1909. Pada tahun 1911, Konstitusi Terengganu diberlakukan. Seorang penasihat Inggris kemudian ditunjuk untuk membantu Sultan Muhammad Shah II. Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah dinobatkan pada tahun 1920, pemerintahannya menyaksikan tumbuhnya nasionalisme Melayu di Terengganu. Selama tahun 1920-an, meningkatnya sentimen anti-Inggris di Terengganu menyebabkan pemberontakan pada tahun 1922, 1925 dan 1928 yang dipimpin oleh Haji Abdul Rahman Limbong. Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah dari Terengganu meninggal pada tanggal 25 September 1942 karena keracunan darah. Pemerintahan Militer Jepang yang saat itu menduduki Malaya memproklamirkan putranya sebagai Sultan Terengganu ke-15 yang bergelar Sultan Ali Shah. Namun, pada tahun 1943, pemerintah Thailand di bawah pimpinan Perdana Menteri Marsekal Lapangan Plaek Pibulsonggram mengambil alih pemerintahan Terengganu dari Jepang dan tetap mengakui Sultan Ali Shah[4].

Setelah Perang Dunia II, Inggris kembali menduduki Terengganu dan menolak mengakui Sultan Ali Shah sebagai Sultan Terengganu yang sah. Apalagi muncul dakwaan bahwa Sultan Ali banyak terlilit hutang dengan Jepang dan juga berhubungan dekat dengan Jepang[5]. Menurut penuturan Sultan Ali, Administrasi Militer Britania Raya ingin ia mencabut penolakannya terhadap penandatanganan Perjanjian Uni Malaya[6][7].

Pada tahun 1945, Dewan Negara Terengganu mengumumkan pemecatan Sultan Ali dan pengangkatan Tengku Ismail Nasiruddin sebagai Sultan Terengganu Ke-16. Tengku Ismail kemudian dikenal sebagai Sultan Ismail Nasiruddin Shah dan ditabalkan pada 6 Juni 1949 di Istana Maziah, Kuala Terengganu[8]. Sultan Ali terus mempermasalahkan pemecatannya hingga kematiannya pada 17 Mei 1996[9].

Sultan Mahmud al-Muktafi Billah Shah kemudian menggantikan Sultan Ismail Nasiruddin Shah dari tahun 1979 hingga tahun 1998. Sultan Mahmud kemudian digantikan oleh Sultan Mizan Zainal Abidin yang dikenal sebagai Al-Wathiqu Billah Sultan Mizan Zainal Abidin

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ http://www.royalark.net/Malaysia/trenggan.htm
  2. ^ Andaya, Barbara Watson (1982). A history of Malaysia (dalam bahasa Inggris). New York: St. Martin's Press. hlm. 85. ISBN 978-0-312-38120-2. 
  3. ^ Andaya, Barbara Watson (1982). A history of Malaysia. Martin's Press. hlm. 121. 
  4. ^ Willan, HC (1945) Interviews with the Malay rulers CAB101/69, CAB/HIST/B/4/7
  5. ^ Willan (1945)
  6. ^ Wan Ramli Wan Mohamad (1993) Pengakuan Tengku Ali Mengapa Saya Diturunkan Dari Takhta Terengganu Fajar Bakti, Kuala Lumpur
  7. ^ Willan (1945)
  8. ^ Buyong Adil (1974) p. 205
  9. ^ Wan Ramli Wan Mohamad (1993)