Maulana Hasanuddin dari Banten
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Sultan Syarif Maulana Hasanuddin Al 'Azhamatkhan al-Husaini al-Bantani | |
---|---|
Sultan Banten Pertama | |
![]() | |
Sultan Banten Ke-1 | |
Berkuasa | 1552–1570 |
Pendahulu | Sultan Syarif Hidayatullah Azmatkhan (Sultan Kedua Di Kesultanan Cirebon) |
Penerus | Syarif Maulana Yusuf Azmatkhan |
Informasi pribadi | |
Kelahiran | 1478 |
Kematian | 1570![]() |
Pemakaman | |
Wangsa | Azmatkhan |
Ayah | Syarif Hidayatullah Azmatkhan |
Ibu | Nyi Kawunganten |
Anak | Maulana Yusuf dari Banten Pangeran Sunyararas |
Agama | Sunni Islam |
Sulthanul-Auliya' wal-'Arifin asy-Syaikh as-Sulthan asy-Syarif Maulana Hasanuddin Al Azhamatkhan al-Husaini al-Bantani. Beliau merupakan seorang pendiri Kesultanan Banten. Ia juga bergelar Pangeran Sabakingking dan berkuasa di Banten dalam rentang waktu 1552 - 1570. Beliau merupakan putra dari salah satu walisongo, yaitu asy-Syaikh Maulana as-Sulthan asy-Syarif Hidayatullah Al Azhamatkhan al-Husaini al-Cirbuni Shahibu Jabal-Jati (Sunan Gunung Jati) Cirebon Walisongo).
Masa pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Maulana Hasanuddin merupakan pendiri sekaligus sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia mendirikan Kesultanan Banten pada tahun 1527 setelah merebut wilayah Banten Girang dari Pucuk Umun. Banten Girang kemudian menjadi wilayah pertama dari Kesultanan Banten.[1] Banten yang awalnya hanya kadipaten telah berubah menjadi kesultanan yang berada di dalam pengaruh Kesultanan Demak.[butuh rujukan]
Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Banten mengalami perkembangan pesat di berbagai bidang. Kesultanan Banten adalah kerajaan maritim yang mengandalkan perdagangan untuk menopang perekonomian kerajaan. Untuk memudahkan hubungan dagang dengan pesisir Sumatera melalui Selat Sunda, pusat pemerintahannya kemudian dipindahkan dari pedalaman Banten Girang ke pesisir.[butuh rujukan]
Di kawasan teluk Banten, Maulana Hasanuddin membangun tiga institusi penting sebagai motor perubahan kerajaannya. Tiga institusi tersebut adalah masjid (sebagai basis kegiatan sosial keagamaan), Kraton Surosowan (pusat pemerintahan), dan pelabuhan (sentra ekonomi).[butuh rujukan]
Di tangan Sultan Maulana Hasanuddin, Banten dikenal sebagai bandar besar yang menjadi persinggahan utama dan penghubung antara pedagang dari Arab, Parsi, India dan Cina dengan negara-negara di Nusantara. Selain itu, Kesultanan Banten juga menguasai Lampung yang banyak menghasilkan rempah-rempah. Di era Sultan Maulana Hasanuddin pula, Banten dapat melepaskan diri dari Demak pada 1568 M. Sultan Maulana Hasanuddin wafat pada 1570 dan dimakamkan di Masjid Agung Banten. Ia juga dikenal sebagai Pangeran Surowosan karena telah mendirikan Keraton Surosowan.[butuh rujukan]
Rujukan[sunting | sunting sumber]
- ^ BPS Provinsi Banten (2019). Pariwisata Banten dalam Angka Tahun 2019 (PDF). Dinas Pariwisata Provinsi Banten. hlm. 48.
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Resimen baru | Penguasa Banten 1552–1570 |
Diteruskan oleh: Maulana Yusuf |
Wangsa: Azmatkhan