Sekstorsi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sekstorsi adalah tindak pemerasan disertai ancaman penyebaran konten eksplisit, intim, atau memalukan dalam bentuk foto dan video seksual, untuk mendapatkan keuntungan bagi pelaku berupa tambahan gambar dan video seksual, pemaksaan hubungan seks, uang, dan sebagainya.[1][2] Istilah sekstorsi (sextortion) merupakan lakuran dari dua kata dalam bahasa Inggris, yaitu sex dan extortion yang berarti pemerasan.[2] Ancaman bisa berkaitan dengan fisik, barang kepemilikan, reputasi, penyebaran konten pribadi, dan tebusan.[2] Sekstorsi merupakan salah satu bentuk kekerasan seksual berbasis daring yang sering dibahas bersama dengan pornografi balas dendam dan berbagi konten seksual non konsensual.[1]

Sekstorsi berbeda dengan pornogrofi balas dendam. Perbedaan paling mendasar antara keduanya adalah pornografi balas dendam umumnya dilakukan untuk mempermalukan korban di depan umum dan terjadi di ranah publik, sedangkan sekstorsi biasanya terjadi di wilayah privat dengan pelaku yang memeras korban demi mendapatkan tujuannya. Sekstorsi bisa berkembang menjadi pornografi balas dendam jika pelaku kemudian memutuskan untuk menyebarkan konten pribadi ke khalayak umum.[2]

Sekstorsi acap kali digunakan sebagai contoh bentuk penyalahgunaan kekuasaan. Beberapa contoh penyalahgunaan otoritas yang berhubungan dengan sekstorsi adalah pemaksaan penyediaan konten dan tindakan seksual terhadap pekerja agar bisa dipromosikan dan calon pekerja yang dijanjikan pekerjaan atau yang disebut dengan "seks untuk pekerjaan" (sex for job). Contoh lain adalah paksaan dan iming-iming kepada anak didik untuk mendapatkan nilai tinggi (sex for grade).[3]

Dua tipe sekstorsi[sunting | sunting sumber]

Sekstorsi dapat dikelompokkan menjadi 2 macam berdasarkan tingkat kedekatan antara pelaku dan korban. Jika pelaku masih kerabat, maka sekstorsi dapat dikategorikan sebagai kekerasan terhadap anak dengan pelaku yang menyalahgunakan relasi saling percaya untuk mendapatkan konten intim dan mengeksploitasi korban. Sedangkan jika pelaku orang asing, maka tindakannya termasuk upaya predasi dan perawatan anak (child grooming).[2] Sekstorsi dapat berupa kekerasan berulang yang disengaja dan dilakukan melalui teknologi dan media baru, sehingga sering pula terwujud sebagai perundungan dunia maya (cyber bullying).[2]

Kasus populer[sunting | sunting sumber]

Pada Oktober 2012, Amanda Todd, remaja perempuan Kanada berusia 15 tahun, mengakhiri hidupnya setelah menjadi korban sekstorsi Aydin Coban, pria dewasa berkebangsaan Belanda. Pelaku memperdaya Amanda dengan memintanya berpose telanjang dada. Ia kemudian menangkap layar dan menyimpan gambar sensitif tersebut. Aydin lalu mengancam akan menyebarkan foto itu ke teman-teman Amanda jika ia tidak memberinya foto-foto intim yang lebih banyak. Aydin dijerat dengan tuduhan pemerasan, dua tuduhan kepemilikan pornografi anak, perawatan anak, dan tindak pelecehan dalam kasus ini.[4]

Daftar referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Wolak, Janis; Finkelhor, David; Walsh, Wendy; Treitman, Leah (2018-01-01). "Sextortion of Minors: Characteristics and Dynamics". Journal of Adolescent Health (dalam bahasa Inggris). 62 (1): 72–79. doi:10.1016/j.jadohealth.2017.08.014. ISSN 1054-139X. 
  2. ^ a b c d e f Patchin, Justin W.; Hinduja, Sameer (2020-02). "Sextortion Among Adolescents: Results From a National Survey of U.S. Youth". Sexual Abuse (dalam bahasa Inggris). 32 (1): 30–54. doi:10.1177/1079063218800469. ISSN 1079-0632. 
  3. ^ Chabalala, Jeanette. "Sex for grades and jobs for families - Sadtu 'outraged' at Corruption Watch findings on education sector". News24 (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-09-17. 
  4. ^ New York Post (2022-08-07). "Canada jury convicts Dutch man of sexually extorting Canadian teen Amanda Todd". New York Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-09-17.