Sekolah Kedokteran Aleksandria

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Aleksandria adalah kota tempat berdirinya aliran empirisme, yang mengharuskan para dokter untuk berhasil mengobati pasiennya, bukan hanya sekadar pengetahuan teoritis dan spekulatif belaka.

Sekolah Kedokteran Aleksandria adalah salah satu institusi pendidikan empiris tertua dalam sejarah kedokteran yang dimulai pada masa Helenistik di kota Aleksandria (311 SM).[1] Di suatu masa dalam sejarah Mesir, sekolah kedokteran Aleksandria berhasil menyatukan berbagai doktrin medis yang berasal dari Timur dan dari Barat. Dengan berkembangnya Aleksandria menjadi kota yang kosmopolitan, sekolah ini membentuk "kumpulan pengetahuan penting yang universal", yang dikenal sebagai sekolah empiris Aleksandria.[1][2] Seiring dengan berkembangnya Sekolah Aleksandria, Sekolah Kedokteran di Knossos dan di Knidos dari waktu ke waktu kehilangan makna dan signifikansinya.[1][2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Kota Aleksandria terletak di muara Sungai Nil dan merupakan sebuah kota kosmopolitan dengan corak Yunani. Kota Aleksandria direncanakan dan didirikan oleh Aleksander Agung pada tahun 331 SM.[3] Di dalam kota ini terdapat berbagai macam aliran budaya dari berbagai tempat, seperti mistisisme Timur dan rasionalisme Yunani, yang tersimpan dalam perpustakaan Aleksandria, dengan total koleksi sekitar 700.000 gulungan (scroll).[4] Dengan demikian, dengan sekolah-sekolahnya, aleksaria menjadi semacam universitas di mana para penulis, dokter, ilmuwan, dan filsuf paling terkemuka pada periode sejarah berkumpul dan bekerja.[1]

Bangsa Yunani kuno menghargai Mesir dan melihatnya sebagai sebuah negeri yang misterius, subur dengan kebijaksanaan yang tersembunyi. Pada suatu titik, penduduk kota Aleksandria menyatukan semua doktrin medis yang berbeda yang berasal dari Timur dan Barat, dan menggabungkannya menjadi satu kumpulan pengetahuan universal dan penting.[1][2] Di Aleksandria, perhatiaan khusus diberikan pada studi kedokteran. Karya-karya medis Hippocrates dan Aristoteles dipelajari oleh banyak peneliti, dan "Korpus Hipokrates" yang pertama dikumpulkan.[5] Anatomi dan studi sistematik tentang mayat manusia diperkenalkan untuk pertama kalinya di kota ini, menggunakan kadaver sebagai objek penelitian empiris dan alat bantu pendidikan.[6]

Perkembangan Ilmu Anatomi dan Fisiologi[sunting | sunting sumber]

Masa awal[sunting | sunting sumber]

Diocles Carystius

Beberapa anggota berpengaruh dari Lyceum Aristoteles menyebarkan ide-ide mereka ke Aleksandria. Di sini lah awal mula perkembangan ilmu anatomi eksperimental. Dokter-dokter yang paling terkenal (paruh kedua abad ke-4 SM) adalah:

  • Diocles dari Caryste, penulis risalah tentang anatomi, upaya pertama untuk mengubah pengetahuan zoologi Aristoteles menjadi pengetahuan medis;[7]
  • Praxagoras dari Cos, orang pertama yang membedakan keberadaan denyut nadi dan merupakan guru Herophilus;[7]
  • Chrysippus dari Knidos, yang mengajar Erasistratus;[7]

Dalam bidang filsafat alam, ilmuwan yang paling berpengaruh adalah Theophrastus dari Eresis yang meneliti tanaman obat, serta Straton dari Lampsacha, yang memperkenalkan gagasan horor vacui ("alam membenci kekosongan") sebagai kekuatan pendorong di dalam makhluk hidup.[8]

Anatomi eksperimental[sunting | sunting sumber]

Médecine scientifique (1906) oleh Veloso Salgado (1864-1945). Di tengah adalah Hippocrates, di sebelah kiri adalah para filsuf alam seperti Aristoteles, Plato, Democritus, Empedocles, dll. Di sebelah kanan, para dokter seperti Erasistratus dan Herophilus di kedua sisi mayat.

Lingkungan intelektual Aleksandria pada abad ke-3 SM mengunggulkan penjelasan matematis dan mekanistik. Beberapa di antara cendekiawan yang terkenal akan paradigma berpikir matematis dan mekanistik adalah matematikawan Euclid dan insinyur mekanik Ctesibios.[3]

Sekolah Aleksandria terkenal karena mewakili transisi dari pembedahan hewan ke pembedahan tubuh manusia secara langsung. Di antara orang-orang Yunani, ada tabu yang sangat tua yang melarang seseorang, termasuk dokter sekalipun, untuk menyentuh atau memutilasi mayat manusia.[7] Bahkan, Aristoteles memperingatkan bahwa "mayat memiliki tampilan luar yang sama, namun bukan manusia."[9]

Orang-orang Yunani telah lama mengenal praktik mumifikasi Mesir, yang melibatkan pengambilan organ tubuh dan menempatkannya di dalam guci. Herodotus menceritakan prosedur ini, dan mengungkapkan rasa jijiknya.[5] Pada masa Helenistik, pada awalnya, orang-orang Yunani menunjukkan dominasi mereka dengan melarang penduduk asli Mesir menjadi warga negara Aleksandria. Menurut Nutton, "Orang-orang Yunani menganggap para petani Mesir hampir tidak seperti manusia ... tanpa rasa manusiawi".[7] Dikarenakan orang Mesir sendiri membuka dan memutilasi mayat mereka sendiri, maka tabu Yunani dapat diterobos dalam kasus proses mumifikasi mayat Mesir.[7]

Hasil proses mumifikasi, perempuan mesir dari tahun 3250 BC

Para sejarawan masih terbagi dua mengenai apakah para ahli anatomi Yunani di Aleksandria memanfaatkan pengetahuan para pembalsem Mesir. Menurut para sejarawan modern, hal ini sangat tidak mungkin, karena orang Yunani enggan mempelajari bahasa orang lain, atau melakukan kontak intelektual atau sosial dengan tradisi yang berbeda. Di antara orang Mesir sendiri, para pembalsem dikucilkan dari masyarakat, karena pengobatan Mesir hampir tidak dipengaruhi oleh mumifikasi.[7][9]

Selain membedah mayat, Herophilus dan Erasistratus juga mempraktikkan pembedahan mayat terhadap tahanan yang dijatuhi hukuman mati oleh Ptolemeus I dan Ptolemeus II, yang berkuasa pada tahun 282 hingga 246 SM. Hal ini terutama didasarkan pada kesaksian Celsus dua abad kemudian[7], yang memberikan pembenaran moral untuk hal tersebut:

"Berlawanan dengan apa yang ditegaskan oleh banyak orang, ialah bukan suatu kekejaman untuk mencari cara menolong orang jujur yang tak terhitung jumlahnya padagenerasi mendatang dengan cara menyiksa para penjahat, meskipun hanya dalam jumlah yang kecil".[9]

Masa kejayaan[sunting | sunting sumber]

Detail ukiran kayu yang menggambarkan Herophilus dan Erasistratus

Para ilmuwan dan dokter yang hidup di masa kejayaan Sekolah Kedokteran Aleksandria terutama diwakili oleh karya-karya Herophilus dan Erasistratus. Sayangnya, tulisan-tulisan mereka telah hilang. Tulisan mereka hanya diketahui melalui fragmen dan kutipan, dan melalui catatan tangan kedua, terutama oleh Galen (129-201 M), yang mengutipnya untuk mengkritik mereka. Tulisan-tulisan yang disimpan lebih berkaitan dengan penemuan atau pendapat mereka dibandingkan prosedur atau demonstrasi penanganan medis yang digunakan.[8]

Pada masa ini, untuk pertama kalinya, struktur internal dan anatomi tubuh manusia terungkap, dan Herophilus menamainya dengan analogi benda sehari-hari.[10] Sebagai contoh, pada tengkorak, Herophilus menggambarkan pertemuan sinus vena serebral (Latin: confluens sinuum) sebagai "pemerasan anggur", yang juga dikenal sebagai torcular Herophili. Kontribusi utamanya berkaitan dengan otak, di mana ia membedakan ventrikel yang berbeda, dan sistem pembuluh darah, di mana ia melanjutkan penelitian gurunya, Praxagoras, dengan membedakan saluran tubuh menjadi saraf, vena, dan arteri.[7]

Herophilus juga mengidentifikasi berbagai macam organ, seperti ovarium dan saluran sperma.[10] Eksperimennya yang paling luar biasa adalah mengukur frekuensi denyut nadi dengan menggunakan jam air atau clepsydra. Dia dikatakan telah menggunakan alat portabel bertingkat untuk mempelajari variasi denyut nadi ketika pasien sedang demam.[10]

Erasistratus mengungkapkan penyebab penyakit di Antiokhia.

Erasistratus menemukan semua katup jantung dan menyimpulkan bahwa katup-katup itu ada untuk mencegah aliran balik selama detak jantung. Dia juga bereksperimen dengan mengikat arteri untuk memasukkan kanula dan mendemonstrasikan arah denyut darah. Namun, ia berpendapat bahwa arteri hanya berisi udara, dan darah tertarik oleh ruang hampa udara yang tercipta pada pembukaan arteri.[7]

Erasistratus juga mendemonstrasikan prespirasi yang tidak terlihat pada hewan, seperti burung yang dikurung, yang secara teratur dia timbang beserta eksremennya. Eksperimen ini tetap tidak diketahui hingga ditemukannya sebuah papirus Yunani Mesir abad ke-2 pada tahun 1892, yang diakuisisi oleh British Museum pada tahun 1889. Jenis eksperimen ini diulangi tanpa disadari oleh Santorio pada dirinya sendiri pada abad ke-17.[8]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e "School of Alexandria | Philosophy, Mathematics, Science | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-03-22. 
  2. ^ a b c Sallam, H.N (2002). "L'ancienne école de médecine d'Alexandrie". Gynécologie Obstétrique & Fertilité (dalam bahasa Prancis). 30 (1): 3–10. doi:10.1016/S1297-9589(01)00254-5. 
  3. ^ a b Harris, William V.; Ruffini, Giovanni, ed. (2021-10-01). Ancient Alexandria between Egypt and Greece (dalam bahasa Inggris). Brill. ISBN 978-90-474-0638-9. 
  4. ^ Wiegand, Wayne A.; Davis, Donald G., ed. (1994). Encyclopedia of library history. Garland reference library of social science. New York: Garland Pub. ISBN 978-0-8240-5787-9. 
  5. ^ a b Serageldin, Ismail (2013-09). "Ancient Alexandria and the dawn of medical science". Global Cardiology Science and Practice (dalam bahasa Inggris). 2013 (4): 47. doi:10.5339/gcsp.2013.47. ISSN 2305-7823. PMC 3991212alt=Dapat diakses gratis. PMID 24749113. 
  6. ^ Barany, Ellie (2016-04-28). "The Rise and Fall of Human Dissection in Hellenistic Alexandria". Young Historians Conference. 
  7. ^ a b c d e f g h i j Nutton, Vivian; Hasnaoui, Alexandre (2016). La médecine antique. Histoire. Paris: les Belles lettres. ISBN 978-2-251-38135-0. 
  8. ^ a b c Grmek, Mirko D. (1990). La première révolution biologique: réflexions sur la physiologie et la médicine du XVIIe siècle. Bibliothèque scientifique Payot. Paris: Editions Payot. ISBN 978-2-228-88277-4. 
  9. ^ a b c Grmek, Mirko D.; Fantini, Bernardino; Shugaar, Antony, ed. (1998). Western medical thought from antiquity to the Middle Ages. Cambridge, Ma: Harvard University Press. ISBN 978-0-674-40355-0. 
  10. ^ a b c Nutton, Vivian (1995). The western medical tradition: 800 BC to AD 1800. Cambridge (GB): Cambridge university press. ISBN 978-0-521-38135-2.