Sejarah kedokteran Islam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sejarah kedokteran Islam bermula dari bangsa Arab pada masa pemerintahan Nabi Muhammad. Perkembangan kedokteran Islam diawali dari penerjemahan literatur dari berbagai bahasa ke dalam bahasa Arab pada masa Kekhalifahan Umayyah. Kedokteran Islam kemudian berkembang menjadi sebuah ilmu pada masa Kekhalifahan Abbasiyah melalui proses penerjemahan literatur bahasa Yunani. Kedokteran Islam kemudian berkembang ke Eropa melalui pengajaran dan penerjemahan literatur bahasa Arab ke bahasa Latin. Pengaruh kedokteran Islam di Eropa berlangsung hingga akhir abad ke-16 Masehi.

Masa Nabi Muhammad dan Khulaufur Rasyidin[sunting | sunting sumber]

Kedokteran Islam muncul setelah tiga filosofi utama muncul dalam praktik kedokteran mengenai penyembuhan. Masing-masing filosofi ini berkembang sebelum masa Islam, Ketiganya yaitu kedokteran Yunani Kuno, pengobatan tradisional Tionghoa dan Ayurweda di India.[1]

Ilmu kedokteran Islam kemudian bermula di masa hidup Nabi Muhammad. Selanjutnya, bangsa Arab mengembangkan ilmu kedokteran berdasarkan hadis. Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa kedokteran pada masa ini hanya berdasarkan kepada tradisi yang dilakukan oleh para tabib.[2]

Pembahasan-pembahasan ilmiah mengenai kedokteran pada masa Nabi Muhammad didasarkan kepada wahyu. Nabi Muhammad kemudian menyampaikannya dalam bentuk hadis.[3] Teori-teori kedokteran pada masa Nabi Muhammad ada tiga. Pertama, berobat merupakan bagian dari perintah agama. Kedua, setiap penyakit memiliki obat yang perlu dikenali. Ketiga, penyembuhan penyakit sebagai bentuk pencegahan penyakit.[4]

Masa Kekhalifahan Umayyah[sunting | sunting sumber]

Pada masa Kehalifahan Umayyah, terdapat beberapa keluarga dari Dinasti Umayyah yang menerjemahkan naskah-naskah kedokteran dan kimia. Penerjemahan dilakukan dari berbagai bahasa ke bahasa Arab. Umar bin Abdul-Aziz (717–720 M) memerintahkan penerjemahan buku kedokteran yang ditulis oleh Pangeran Aleksandria Harun.[5]

Masa Kekhalifahan Abbasiyah[sunting | sunting sumber]

Kedokteran Islam sebagai bagian dari ilmu pengetahuan Islam dimulai pada masa Kekhalifahan Abbasiyah.[2] Setelah pembangunan kota Bagdad dimulai, ilmu kedokteran menjadi salah satu ilmu yang berkembang bersama dengan ilmu geometri dan astronomi.[2] Periode kedokteran Islam selanjutnya dibagi menjadi tiga, yaitu periode penerjemahan literatur bahasa Yunani ke bahasa Arab, periode bahasa Arab dan periode penerjemahan literatur bahasa Arab ke bahasa Latin.[6]

Periode penerjemahan literatur bahasa Yunani ke bahasa Arab[sunting | sunting sumber]

Periode bahasa Yunani ke bahasa Arab merupakan periode pertama dalam kedokteran Islam. Periode ini dimulai pada abad ke-8 Masehi. Kondisi umat Islam pada masa ini hampir menguasai dua per tiga wilayah di dunia. Ilmu pengetahuan Yunani mulai dianggap penting untuk dipelajari pada masa kekhalifahan Ma'mun Ar-Rasyid. Pada masa pemerintahannya, Ma'mun Ar-Rasyid memerintahkan pembangunan Baitul Hikmah sebagai lembaga ilmu pengetahuan. Ia kemudian memerintahkan kepada Hunain bin Ishaq dan timnya untuk menerjemahkan karya-karya Yunani. Karya-karya yang diterjemahkan meliputi karya-karya kedokteran dari Hippokrates dan Galenus. Selain itu, diterjemahkan pula karya-karya filsafat dari Plato dan Aristoteles, dan karya-karya matematika dari Euklides dan Archimedes.[5]  

Periode literatur bahasa Arab[sunting | sunting sumber]

Pada periode literatur bahasa Arab, terdapat para ilmuwan di bidang kedokteran. Beberapa di antaranya yaitu Al-Zahrawi, Ibnu Sina, Ibnu al-Nafis, Ibnu Al-Maiman dan Ar-Razi. Ar-Razi pernah menjabat sebagai dokter istana untuk Pangeran Abu Saleh Al-Mansur yang menjadi penguasa Khorasan. Ia juga menghasilkan dua buku kedokteran berjudul Al-Mansuri dan Al-Hawi. Sementara Al-Zahrawi merupakan seorang ahli bedah di Arab lulusan Universitas Kordoba. Sebagian besar waktu dalam hidupnya digunakan untuk menulis buku-buku kedokteran khususnya tentang bedah.[7]

Masa ini berlangsung dari abad ke-9 Masehi hingga abad ke-13 Masehi. Pada masa ini, rumah sakit memiliki dua fungsi. Pertama, sebagai tempat perawatan dan pengobatan bagi para pasien. Kedua, sebagai tempat pendidikan kedokteran bagi dokter pemula untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran.[8]

Periode penerjemahan literatur bahasa Arab ke bahasa Latin[sunting | sunting sumber]

Periode penerjemahan literatur bahasa Arab ke bahasa Latin dimulai sejak abad ke-12 M. Pada periode ini, para pelajar dari Eropa belajar ke bangsa Arab mengenai kedokteran. Mereka menerjemahkan manuskrip bahasa Arab ke bahasa Latin.[8] Karya yang diterjemahkan adalah Qanun Kedokteran yang ditulis oleh Ibnu Sina. Hasil terjemahan ini kemudian digunakan dalam pengajaran di Eropa hingga akhir abad ke-16 M.[8]

Selain itu, muncul pula konteks pengobatan nabi. Teori dan praktik kedokteran didasarkan kepada ajaran Al-Qur'an dan hadis yang berkaitan dengan kedokteran. Beberapa praktinya yaitu bekam, ramuan obat-obatan dan penyembuhan rohani. Tokoh yang mengembangkannnya yaituIbnul Qayyim Al-Jauziyyah (wafat 751 H atau 1350 M) dan Jalaluddin As-Suyuthi (911 H atau 1505 M).[9]  

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Rahmadi 2019, hlm. 12.
  2. ^ a b c Sahmiar 2015, hlm. 67.
  3. ^ Sahmiar 2015, hlm. 68.
  4. ^ Sahmiar 2015, hlm. 68-69.
  5. ^ a b Rahmadi 2019, hlm. 13.
  6. ^ Rahmadi 2019, hlm. 12-13.
  7. ^ Rahmadi 2019, hlm. 13-14.
  8. ^ a b c Rahmadi 2019, hlm. 14.
  9. ^ Rahmadi 2019, hlm. 14-15.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]