Pukapuka
Nama lokal: Te Ulu o te Watu | |
---|---|
Geografi | |
Lokasi | Samudra Pasifik Tengah-Selatan |
Koordinat | 10°53′00″S 165°51′00″W / 10.88333°S 165.85000°W |
Kepulauan | Cook |
Luas | 5 km2 |
Pemerintahan | |
Negara | Kepulauan Cook |
Kependudukan | |
Penduduk | 425 (2016) jiwa |
Kelompok etnik | Polinesia |
Pukapuka, sebelumnya dikenal Pulau Bahaya, adalah atol karang di kelompok utara Kepulauan Cook di Samudra Pasifik. Ini adalah salah satu pulau paling terpencil di Kepulauan Cook, terletak sekitar 1.140 kilometer (708 mil) barat laut Rarotonga. Di pulau kecil ini, budaya kuno dan bahasa yang berbeda telah dipertahankan selama berabad-abad. Nama tradisional untuk atol ini adalah Te Ulu-o-Te-Watu ('kepala batu'), dan pulau utara tempat orang-orang biasanya tinggal dikenal sebagai Wale ('Rumah').
Geografi
[sunting | sunting sumber]Pukapuka berbentuk seperti kipas berbilah tiga. Ada tiga pulau kecil di terumbu karang berbentuk segitiga, dengan luas total sekitar 3 kilometer persegi (1,2 sq mi). Motu Kō, pulau terbesar di tenggara; Motu Kotawa (Pulau Burung Frigate) berada di barat daya; dan pulau utama Wale berada di utara. Kō dan Motu Kotawa adalah cadangan makanan tak berpenghuni, dengan kebun talas dan pulaka serta perkebunan kelapa. Bandara Pukapuka (kode bandara ICAO: NCPK) ada di Kō.
Terdapat tiga desa yang terletak di teluk berbentuk bulan sabit di pulau paling utara atol yakni desa Yātō (Barat), Loto (Tengah) dan Ngake (Timur). Loto (Roto di sebagian besar peta) adalah pusat pemerintahan Pulau. Nama tradisional untuk desa-desa ini adalah Takanumi, Kotipolo, dan Te Lāngaikula. Dalam kehidupan sehari-hari, penduduk pulau sering menyebut mereka Tiapani (Jepang), Malike atau Amelika (Amerika Serikat) dan Ōlani (Belanda). Dalam kompetisi olahraga antar desa, penduduk desa menggunakan nama dan bendera negara-negara tersebut.
Karang Tima yang terendam terletak 23 km tenggara Pukapuka. Sekitar 60 km jauhnya terdapat Nassau (Kepulauan Cook) yang dimiliki oleh masyarakat Pukapuka dan dianggap sebagai bagian darinya untuk tujuan administratif. Sejak 1950-an telah diakui dan diatur oleh Dewan Kepala Pukapuka. Komite Pulau Nassau menganjurkan kepada Komite Pulau Pukapuka tentang hal-hal yang berkaitan dengan pulaunya sendiri.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pemukiman manusia di Pukapuka diperkirakan berumur sekitar 1.000 tahun, setelah permukaan laut stabil hingga ketinggiannya saat ini.[1] Menurut tradisi lisan, pulau itu ditemukan oleh Tamayei, dewa dari Tonga, dan didiami oleh nenek moyang dari Tonga.[2] Atol berfungsi sebagai penghubung antara Polinesia Barat dan Timur, peran yang tercermin dalam budaya material Pukapuka dan bahasa Samoik dengan pengaruh Tokelau. Tradisi Pukapuka berbicara tentang perjalanan ke Tuvalu, Tokelau, Niue, Tonga, Rarotonga dan Tahiti, dan basal yang digunakan untuk banyak bilah adze mereka dapat ditelusuri secara geokimia ke tambang di Tutuila (Samoa). Orang Tahiti diketahui melewati Pukapuka dalam perjalanan ke pulau-pulau di Samoa dan Tonga.
Populasi aslinya kemungkinan berjumlah 1000 atau lebih, tetapi pernah meningkat pesat. Tradisi lisan menyatakan setidaknya terjadi dua kali perang saudara, dan atol pernah terendamnya karena tsunami atau topan besar, di mana hanya dua wanita dan 15 pria yang selamat.[2]
Pulau ini pertama kali ditemukan oleh orang Eropa pada tahun 1595, ketika penjelajah Spanyol lvaro de Mendaña melihatnya pada hari raya Saint Bernard dan menamakannya San Bernardo.[2][3] Pulau itu terlihat lagi pada tahun 1765 oleh ekspedisi Angkatan Laut Inggris di bawah Komodor John Byron, yang menamakannya "Pulau Bahaya" karena terumbu karang dan ombak tinggi yang membuatnya terlalu berbahaya untuk berlabuh.[2] Nama "Pulau Bahaya" masih muncul di beberapa peta. Menurut tradisi lisan, sebuah kapal tak dikenal singgah di Pukapuka pada pertengahan abad ke-18, dan ketika kepala garis keturunan Yalongo Tāwaki dengan berani berteriak pada kapten sehingga dia ditembak.
Tiga puluh tahun kemudian, Pukapuka diberi nama "Isles de la Loutre" (Kepulauan Berang-berang) oleh Pierre François Péron, seorang petualang Prancis yang pertama sambut ramah di kapal dagang Amerika Otter (Kapten Ebenezer Dorr) setelah itu terlihat pada 3 April 1796. Hari berikutnya, Péron, Thomas Muir dari Huntershill (1765-1799), dan sekelompok kecil mendarat di pantai, tetapi penduduk tidak mengizinkan mereka untuk memeriksa pulau itu. Perdagangan kemudian terjadi di dekat kapal, ketika kapak, tikar, dan artefak lainnya ditukar dengan pisau dan barang-barang Eropa.[4]
"Semuanya bersatu untuk meyakinkan kami bahwa kami memiliki hak untuk menganggap diri kami sebagai terhormat karena telah menemukan tiga pulau baru; dan dengan keyakinan ini saya memberi mereka nama 'Kepulauan Berang-berang' ('Isles de la Loutre') yang merupakan nama kapal kami. Untuk membedakannya, kami menamai yang timur 'Peron dan Muir' [Motu Kō], yang di utara 'Dorr' [Pukapuka], dan nama 'Brown' diberikan kepada yang ketiga [Motu Kotawa], menurut salah satu perwira kami".[4] Péron percaya bahwa merekalah yang pertama kali menemukan pulau itu, terutama karena orang-orang sangat takut kepada mereka. Ketakutan orang Pukapuka terhadap para pengunjung adalah karena Tāwaki dibunuh selama kunjungan kapal sekitar 30 tahun sebelumnya.
Karena keterpencilan Pukapuka, hanya sedikit kapal yang berkunjung sebelum tahun 1857 ketika Lembaga Misionaris London mendatangkan guru-guru dari Aitutaki dan Rarotonga. Luka Manuae dari Aitutaki kemudian menulis catatan panjang tentang hari-hari pertama kontak 5–8 Desember 1857: No te taeanga o te tuatua a te Atua ki Pukapuka ("Kedatangan Sabda Tuhan di Pukapuka", tertanggal Agustus 1869).[5] Beberapa keturunan pemimpin Pukapuka ingin membunuh pendatang baru sebagai pembalasan atas insiden yang terjadi sebulan sebelumnya, tetapi Vakaawi, kepala silsilah Yālongo, melindungi mereka. Pada hari-hari berikutnya, pulau itu menerima pesan Kristen Luka, sebagian besar karena kekaguman mereka ketika dua orang mati dibangkitkan kembali.
Pada tahun 1862 Pendeta William Wyatt Gill menemukan sebagian besar orang di pulau itu sudah menganut Kristen. Sebuah serangan terjadi pada tahun 1863 oleh pedagang budak Peru yang mengambil 145 pria dan wanita,[6] di antaranya hanya dua yang kembali, Kolia dan Pilato (Malowutia). Kapal London Missionary Society "John Williams" hancur di sisi barat pada Mei 1864.[7] Pada tahun 1868 bajak laut Bully Hayes membawa sekitar 40 orang untuk melakukan kerja paksa, tetapi tidak satupun dari mereka kembali ke rumah.
Pukapuka diproklamasikan sebagai protektorat Inggris pada tahun 1892 dan termasuk dalam batas Kepulauan Cook di bawah kendali Selandia Baru pada tahun 1901.
Perang Dunia II
[sunting | sunting sumber]Tiga penerbang Angkatan Laut AS dari USS Enterprise tiba di Pukapuka pada Februari 1942.[8] Harold Dixon, Gene Aldrich, dan Tony Pastula bertahan selama 34 hari di lautan terbuka dalam rakit kecil berukuran 4 kali 8 kaki (1,2 kali 2,4 m), memulai pengembaraan mereka tanpa persediaan makanan atau air dan peralatan yang sangat sedikit. Mereka ditemukan oleh Teleuka Iotua meringkuk di sebuah gubuk milik Lakulaku Tutala di cagar alam Desa Loto, di mana ia memberi mereka kelapa untuk diminum. Dia kemudian pergi dan mendapat lebih banyak bantuan. Tak lama setelah kedatangan mereka, topan melanda pulau itu dan menyebabkan kerusakan yang meluas. Kisah mereka diceritakan dalam buku The Raft oleh Robert Trumbull, diterbitkan oleh Henry Holt and Co. pada tahun 1942, dan dirilis sebagai film Against the Sun pada tahun 2014.[9]
Pasca Perang Dunia II
[sunting | sunting sumber]Pukapuka dilanda Topan Percy pada Februari 2005 — topan kategori lima yang menghancurkan kebun talas, menumbangkan ribuan pohon, dan merusak tiga perempat rumah.
Demografi
[sunting | sunting sumber]Populasi historis | ||
---|---|---|
Tahun | Jumlah Pend. | ±% |
1906 | 435 | — |
1916 | 474 | +9.0% |
1926 | 526 | +11.0% |
1936 | 651 | +23.8% |
1945 | 662 | +1.7% |
1951 | 559 | −15.6% |
1961 | 718 | +28.4% |
1966 | 684 | −4.7% |
1971 | 732 | +7.0% |
1976 | 785 | +7.2% |
1981 | 797 | +1.5% |
1986 | 761 | −4.5% |
1996 | 779 | +2.4% |
2001 | 664 | −14.8% |
2006 | 507 | −23.6% |
2011 | 451 | −11.0% |
2016 | 444 | −1.6% |
Sumber:[10] |
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Chikamori, Masashi (1996). "Development of coral reefs and human settlement: Archaeological research in the Northern Cook Islands and Rarotonga". Bulletin of the Indo-Pacific Prehistory Association. 15: 45–52. doi:10.7152/bippa.v15i0.11533. Diakses tanggal 21 August 2020.
- ^ a b c d Kloosterman, Alphons M. J. (1976). "Discoverers Of The Cook Islands And The Names They Gave". Cook Islands Library and Museum. hlm. 36–38. Diakses tanggal 2 September 2020 – via NZETC.
- ^ Sharp, Andrew, The discovery of the Pacific Islands, Oxford 1960 p.52,53
- ^ a b Pierre François PÉRON (1824). Mémoires du Capitaine Péron, sur ses Voyages aux Côtes d'Afrique, en Arabie, a l'Île d'Amsterdam, aux Îles d'Anjouan et de Mayotte, aux Côtes Nord-Oeust del'Amérique, aux Îles Sandwich, a la Chine, etc. Libraire, Bossange Frères. Paris: Brissot-Thivars. ISBN 9781146434904. Diakses tanggal 31 July 2010.
- ^ Luka Manuae, (2012) "The arrival of the word of God at Pukapuka", Journal of Pacific History, Dec.
- ^ Rachel Yates (4 August 2017). "Language, culture, and the impact of 'Slavers in Paradise'". Museum of New Zealand Te Papa Tongarewa. Diakses tanggal 21 August 2020.
- ^ Beaglehole, Earnest and Pearl (1938). "Ethnology of Pukapuka," Bernice P. Bishop Museum Bulletin, 150.
- ^ "Where are they now?" Newsweek Magazine. 8 February 1954.
- ^ "Against the Sun". 23 January 2015. Diakses tanggal 2 May 2017 – via IMDb.
- ^ "Cook Islands 2016 Census Main Report" (PDF). Cook Islands Statistical Office. 2018. Diakses tanggal 19 August 2020.