Perkembangan anak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perkembangan anak merupakan perkembangan yang terjadi pada berbagai aspek yang ada pada diri seorang anak. Aspek-aspek yang berkembang meliputi aspek kognitif, motorik, fisik, bahasa dan psikoseksual. Dalam perkembangan anak dapat dibuat periodisasi usia menjadi periode pra-kelahiran dan periode pasca-kelahiran. Perkembangan anak juga dapat dibuatkan klasifikasi berdasarkan fisik ataupun tingkat pendidikan.

Proses perkembangan anak dinilai dari kualitas aspek-aspek yang berkembang pada dirinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak antara lain garis keturunan, lingkungan, stimulus, pendidikan serta kondisi sosial dan ekonomi. Perkembangan anak dipandang secara berbeda-beda oleh tiap aliran filsafat. Beberapa aliran filsafat yang memiliki kajian tentang perkembangan anak ialah empirisme, nativisme dan naturalisme. Secara khusus, perkembangan anak dikaji dalam ilmu psikologi pendidikan.

Aspek[sunting | sunting sumber]

Perkembangan kognitif[sunting | sunting sumber]

Anak memiliki sifat pengkonstruk. Anak tidak sepenuhnya dikendalikan oleh naluri dan tidak pula sepenuhnya dibentuk oleh lingkungan. Di dalam diri anak ada keinginan menjadi penjelajah dengan rasa penasaran yang tinggi akan sesuatu hal. Anak akan memberikan penafsirannya tersendiri atas lingkungannya. Ciri-ciri penafsiran anak bergantung kepada kenyataan yang ada pada lingkungannya dan tingkat perkembangan kognitifnya. Tingkat perkembangan kognitif anak ditentukan oleh kemampuan anak dalam menanggapi lingkungannya dan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak.[1]

Perkembangan motorik[sunting | sunting sumber]

Aspek perkembangan motorik telah tampak pada anak usia dini. Perkembangan motorik terbagi menjadi dua jenis yaitu perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik halus meliputi proses perkembangan otot-otot halus beserta fungsinya. Fungsi dari otot halus adalah melakukan gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik. Kegiatan yang disebabkan oleh otot halus seperti menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, menempel, dan menggunting.[2]  

Norma perkembangan motorik dapat ditetapkan pada awal perkembangan motorik. Karena polanya dapat diprediksi. Proses penetapan norma perkembangan motorik menggunakan usia rata-rata. Tujuan dari penetapan norma perkembangan motorik adalah memberikan panduan bagi orang tua mengenai tindakan yang mampu dilakukan oleh anak pada usia tertentu.[3]

Perkembangan fisik[sunting | sunting sumber]

Perkembangan fisik yang terpenting pada masa anak-anak awal adalah perkembangan otak dan sistem saraf. Proses perkembangan ini bersifat berkelanjutan. Bayi yang berusia 2 tahun umumnya memiliki ukuran otak yang setara dengan 75% ukuran otak orang dewasa. Lalu pada usia 5 tahun, ukuran otak anak telah mencapai 90% dari ukuran otak orang dewasa.[4] Anak yang kekurangan pengalaman ketika masa pemberian pengalaman, akan cenderung mengalami keterlambatan perkembangan fisik.[5]

Perkembangan bahasa[sunting | sunting sumber]

Perkembangan bahasa merupakan model perkembangan yang terjadi secara tidak berkesinambungan tetapi berkelanjutan. Anak dapat mengeluarkan kata pertama yang diucapkannya secara tiba-tiba. Namun pengucapan tersebut melalui proses pertumbuhan dan pelatihan secara berbulan-bulan.[6]

Perkembangan bahasa pada masa kanak-kanak terjadi dengan cepat. Anak-anak memahami bahasa dari lingkungan sekitar, terutama keluarga, sebelum memasuki sekolah. Saat belajar bahasa secara formal, mereka sudah memiliki kemampuan berkomunikasi dan menguasai banyak kata. Proses perkembangan bahasa berlangsung sepanjang hidup.

Bayi mulai mengembangkan bahasa sebelum berumur satu tahun, memperhatikan wajah orang dewasa dan merespons tanpa menggunakan bahasa. Pada usia satu tahun, mereka mulai mengoceh dan bermain dengan bunyi. Perkembangan bahasa pada periode ini disebut perkembangan pralinguistik.

Ketika mencapai usia dua tahun, anak-anak memasuki tahap kombinasi dua kata setelah mengetahui sekitar lima puluh kata. Mereka dapat mengucapkan frasa sederhana, meskipun belum menggunakan kata penunjuk atau kata depan. Saat masuk taman kanak-kanak, anak-anak memiliki kosakata yang luas dan dapat membuat berbagai jenis kalimat.

Di sekolah dasar, anak-anak belajar bahasa tulis setelah menguasai bahasa lisan. Perkembangan bahasa terus berkembang hingga remaja, di mana gaya berbahasa menjadi bagian dari identitas diri. Pada usia dewasa, perbedaan dalam perkembangan bahasa dipengaruhi oleh faktor seperti pendidikan, peran dalam masyarakat, dan jenis pekerjaan.

Keterampilan berpikir penting dalam perkembangan keterampilan berbahasa. Teori-teori perkembangan kognitif, seperti yang diusulkan oleh Piaget, Bruner, dan Vygotsky, memberikan wawasan tentang hubungan antara pikiran dan bahasa. Meskipun ada pandangan yang berbeda, mereka sepakat bahwa bahasa memainkan peran kunci dalam pembentukan konsep dan pikiran anak.[7]

Perkembangan psikoseksual[sunting | sunting sumber]

Perkembangan psikoseksual merupakan sebuah model perkembangan manusia yang dikemukakan melalui teori psikoanalisis. Dalam teori ini, dikemukakan bahwa  unsur kesenangan merupakan acuan bagi pemuasan dorongan seksual. Unsur kesenangan ini berpindah-pindah dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain, seperti dari mulut ke anus, dan kemudian dari anus ke alat kelamin. Dorongan untuk segera memperoleh kesenangan menimbulkan konflik-konflik yang terbagi menjadi lima tahapan psikoseksual. Tahapan-tahapan ini dibagi berdasarkan sumber pemuasan pada tiap-tiap rentang usia. Tahapan perkembangan psikoseksual ini terdiri dari tahap oral, anal, latensi falik dan genital. Tahap falik merupakan tahapan terpenting yang muncul pada masa kanak-kanak awal. Pada anak lelaki akan timbul perkembangan kedekatan seksual dengan ibunya. Sebaliknya, anak perempuan akan menimbulkan perkembangan kedekatan seksual dengan ayahnya. Di sisi lain, anak-anak memiliki banyak dorongan agresif terhadap orang tua yang berjenis kelamin sama dengan mereka. orang tua yang berjenis kelamin sama dianggap sebagai pesaing. Sigmund Freud menyebut perkembangan ini sebagai Kompleks Oidipus dan Kompleks Elektra. Kecemasan yang timbul pada anak-anak akan berkurang ketika mereka mulai mengenal dirinya melalui orang tua yang berjenis kelamin sama. Anak-anak kemudian memasuki masa  latensi dengan kondisi seksual yang tenang. Pada masa ini, anak-anak mampu bersosialisasi dan mengembangkan berbagai keterampilan, serta mempelajari diri mereka sebagai anggota masyarakat.[8]

Periodisasi usia[sunting | sunting sumber]

Perkembangan anak pralahir[sunting | sunting sumber]

Perkembangan anak pralahir merupakan perkembangan pertama bagi kehidupan manusia. Di antara semua periode perkembangan anak, perkembangan anak pralahir merupakan yang tersingkat waktunya. Namun, dibandingkan dengan semua periode perkembangan anak, periode ini merupakan yang terpenting. Perkembangan anak pralahir menjadi yang terpenting karena pada masa ini wujud manusia dibentuk. Bentuk yang dihasilkan akan memberikan pengaruh yang berlaku sepanjang kehidupan individu. Perkembangan anak pralahir dimulai ketika pembuahan terjadi hingga kelahiran terjadi. Perhitungannya dimulai saat menstruasi terakhir hingga ke hari kelahiran. Rentang waktunya berkisar antara 270–280 hari atau 40 pekan. Periode perkembangan anak pralahir dikenal dalam dunia medis sebagai gravid. Nama ini disematkan karena wujud manusia yang berkembang masih dalam bentuk embrio.[9]

Perkembangan anak usia lahir[sunting | sunting sumber]

Perkembangan anak usia 0–2 tahun[sunting | sunting sumber]

Bayi yang lahir dengan masa kehamilan selama 37–42 pekan dikategorikan sebagai bayi baru lahir normal. Kenormalan bayi yang baru lahir juga diukur melalui berat badannya. Berat badan yang normal pada kelahiran bayi adalah 2,7–4 kg. Selain itu, kelahiran normal ditandai pula dengan adanya tangisan dan tidak adanya kecacatan bawaan ketika bayi dilahirkan. Kenormalan kelahiran bayi juga teramati dari tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.[10]

Perkembangan kesehatan pada bayi ditentukan oleh proses kelahiran, perawatan, pola pengasuhan dan pola pemberian makan.[10] Karakteristik utama pada bayi adalah tidur. Masa tidur bayi rata-rata lebih dari 18 jam per hari. Bayi selalu menutup matanya sebagai upaya untuk mempertahankan kehidupannya. Aktivitas tidur pada bayi biasanya dimulai setelah makan dan meminum susu.[10] Pada usia 0–1 tahun, manusia akan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Berat badan akan meningkat lebih pesat dibandingkan dengan tinggi badan pada usia setahun.[11]

Ketika bayi memasuki usia dua tahun, tingkat pertumbuhannya yang cepat mulai menurun. Pola pertumbuhan juga berbalik dari pertumbuhan berat badan menjadi pertumbuhan tinggi badan. Pada usia dua tahun, organ fisik pada bayi mulai membesar. Ukuran kaki, tangan dan badan semakin membesar, memanjang dan melebar. Sementara dari segi organ internal, perkembangan ditandai dengan kematangan sistem syaraf dan semakin kompleksnya jaringan sel. Kematangannya ditandai dengan peningkatan fungsi hormon, kelenjar dan kemampuan motorik.[11]

Perkembangan anak pada usia balita sangat penting untuk menjadi dasar bagi perkembangan anak prasekolah, sekolah, akil balik dan remaja. Perkembangan yang baik pada anak balita memerlukan dukungan kesehatan dan gizi yang baik dari ibu mulai sejak kehamilan hingga masa prasekolah. Persiapan untuk perkembangan anak usia balita ditentukan oleh keluarga dan kesehatan ibunya.[12]

Klasifikasi fisik[sunting | sunting sumber]

Perkembangan anak usia dini[sunting | sunting sumber]

Perkembangan anak usia dini berlangsung sejak anak dilahirkan hingga ia berusia 8 tahun.[13] Perkembangan anak usia dini secara umum ditinjau dari perkembangan fisik, sosial, emosi dan kognitif.[13] Semua aspek perkembangan anak usia dini dikaji dalam psikologi perkembangan anak usia dini.[14]

Hasil-hasil studi di bidang neurologi menetapkan bahwa masa keemasan untuk perkembangan anak adalah pada usia dini. Masa keemasan perkembangan anak ini hanya terjadi sekali dalam kehidupan anak. Studi menunjukkan bahwa tingkat perkembangan kognitif anak pada usia 4 tahun sebesar 50%. Ketika berusia 8 tahun mencapai 80% dan ketika mencapai usia 18 tahun mencapai 100%.[15]

Di sisi lain, perkembangan anak usia dini mengalami kemajuan dan kemunduran di saat yang bersamaan. Kemajuan dan kemunduran ini teramati pada perubahan yang timbul pada anak usia dini. Salah satunya pada saat gigi anak bertumbuh. Pada saat bertumbuhnya gigi, anak juga mengalami rasa sakit atasnya.[16]

Klasifikasi pendidikan[sunting | sunting sumber]

Perkembangan anak usia prasekolah[sunting | sunting sumber]

Anak usia pra sekolah diartikan sebagai anak yang mengalami perkembangan individu berupa kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita. Dalam perkembangan anak usia pra ekolah, anak dapat mengatur diri dalam hal seperti buang air. Anak juga mampu melakukan beberapa hal yang dianggap membahayakan ataupun meyenangkan baginya.[17]

Pertumbuhan fisik anak prasekolah sangat berbeda dengan masa bayi. Pada masa anak prasekolah, tingkat pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan selama masa bayi. Selama masa anak-anak awal, rata-rata anak bertumbuh hanya 2,5 inci per tahun dan bertambah berat badannya antara 2,5-3,5 kg per tahun. Semakin bertambah ukuran tubuh anak pra sekolah, semakin berkurang persentase pertumbuhan dan penambahan berat badannya. Di sisi lain, perkembangan yang pesat terjadi pada keterampilan-keterampilan motorik kasar dan motorik halus.[17]

Pada masa ini, anak akan tumbuh memanjang. Pada empat hingga enam bulan pertama perkmbangan anak prasekolah, gigi mulai tumbuh. Jumlah giginya akan bertambah hingga 20 gigi dan menanggalkan gigi susu pada akhir usia prasekolah. Gigi susu digantikan oleh gigi tetap. Pergantian gigi ini tidak akan terjadi sebelum anak berusia 6 tahun.[18]

Proses[sunting | sunting sumber]

Perkembangan anak pada dasarnya adalah perubahan yang terjadi pada anak dinilai dari kualitasnya.[19] Proses perkembangan pada anak langsung melibatkan tiga jenis perkembangan. Masing-masing adalah perkembangan kognitif, perkembangan sosial dan perkembangan emosional. Keterlibatan ketiganya dalam perkembangan anak dapat terjadi bersamaan karena ketiganya berlangsung di dalam tubuh yang sama. Prosesnya berada di otak. Pada saat bersamaan, otak mampu mengendalikan kemampuan berpikir, kemampuan bersosialisasi dan kemampuan untuk merasakan emosi orang lain.[20]

Faktor yang mempengaruhi[sunting | sunting sumber]

Perkembangan anak tidak memiliki mekanisme tertentu yang terjadi secara otomatis. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Faktor-faktor ini berlaku secara simultan.[21] Faktor yang dominan mempengaruhi perkembangan anak sangat sulit untuk diprediksi. Karena ada banyak situasi dan kondisi yang berpengaruh meski tidak diperhitungkan sebagai faktor. Faktor yang sulit diprediksi misalnya faktor lingkungan dan faktor teknologi. Kedua fakor ini saling berhubungan yang mana faktor teknologi dapat berlaku pada semua tingkat usia.[22] Perkembangan anak merupakan sesuatu yang kompleks karena melibatkan banyak faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain. Pengaruh terbesar diberikan oleh faktor lingkungan dan faktor keturunan. Kedua faktor ini menjadi penentu dari laju perkembangan anak.[23]

Keturunan[sunting | sunting sumber]

Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Anak lahir ke dunia dengan membawa berbagai ragam warisan. Warisan ini diperolehnya dari orang tua atau leluhurnya. Beberapa jenis warisan yang berpengaruh besar bagi perkembangan anak adalah bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, inteligensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakitnya. Faktor keturunan dimiliki oleh anak sejak lahir. Sifatnya adalah kodrati sehingga sulit untuk diubah ataupun dimanipulasi.[24]

Lingkungan[sunting | sunting sumber]

Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Pada anak, lingkungannya meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan alam. Keluarga adalah lingkungan yang mengasuh dan membesarkan anak. Sekolah adalah lingkungan yang mendidik anak. Masyarakat merupakan lingkungan yang mengajarkan pergaulan dan permainan kepada anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap kondisi jasmani dan rohaninya.[25]

Hasil perkembangan anak yang diperoleh sebagai faktor dari lingkungan adalah karakter. Pembentukan karakter pada anak merupakan hasil dari kedekatannya dengan orang lain. Anak memperoleh pengaruh dari orang lain yang kemudian diwujudkannya dalam bentuk peniruan perilaku. Prosesnya terjadi melalui kegiatan melihat, mendengar dan mengikuti perilaku orang lain.[26]

Stimulus[sunting | sunting sumber]

Stimulus yang dberikan kepada anak akan meningkatkan perkembangannya. Semakin banyak stimulus maka semakin pesat pula perkembangan anak. Peningkataan perkembangan ini dipengaruhi oleh proses belajar yang dihasilkan oleh stimulus tersebut. Stimulus menghasilkan penguatan pada sinapsis neuorn di dalam otak anak. Penguatan ini merangsang anak untuk tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik secara optimal.[27]

Pada anak usia dini, stimulus yang diberikan adalah permainan. Permainan merupakan stimulus utama dalam perkembangan kognitif anak. Ini didasari bahwa dunia anak pada dasarnya adalah dunia bermain.[28]

Kondisi sosial dan ekonomi[sunting | sunting sumber]

Kondisi ekonomi selalu berkaitan dengan status sosial. Keadaannya teramarti melalui pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan. Berbagai proses dan hasil dalam kehidupan menerima pengaruh dari kondisi sosial dan ekonomi. Pengaruh-pengaruh ini diberikan melalui faktor-faktor yang saling terkait. Faktor-faktor ini misalnya  jenis rumah dan lingkungan di sekitar rumah hunian serta mutu gizi, perawatan kesehatan, dan sekolah yang tersedia. Pada komdisi kemiskinan, kesejahteraan fisik, kognitif, dan psikososial anak-anak dan keluarga mengalami kondisi bahaya. Kemiskinan berpengaruh secara tidak langsungterhadap pemilihan tempat tinggal, keadaan emosi orang tua dan pola asuh, serta suasana di dalam rumah. Pada keluarga yang mapan, anak-anak cenderung berisiko mengalami tekanan untuk berprestasi. Karena kesibukan orang tua, anak-anak ini sering kali ditinggal sendiri sehingga memiliki tingkat risiko yang tinggi atas penyalahgunaan obat-obatan, kecemasan dan depresi.[29]

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Anak diketahui memiliki bakat lebih dari satu sejak kelahirannya menurut teori perkembangan anak. Pendidikan dapat meningkatkan perkembangan anak karena lingkungan bermainnya meluas. Melalui bermain, anak mampu mengespresikan dirinya, berkreasi dan memunculkan sumber daya unggulan dari dalam dirinya.[30]

Pandangan filsafat[sunting | sunting sumber]

Empirisme[sunting | sunting sumber]

Dalam empirisme, anak dilahirkan dalam keadaan tidak memiliki potensi apapun.[31] Karenanya, perkembangan anak secara individu sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan atau pendidikan yang diperolehnya.[32] Perkembangan anak juga tidak dipengaruhi oleh faktor bawaan lahir. Empirisme menjadikan faktor lingkungan sebagai faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak secara individu.[33] Tokoh utamanya adalah John Locke.[34]

Nativisme[sunting | sunting sumber]

Dalam nativisme, anak yang baru lahir telah membawa dosa asal. Anak-anak diyakini telah membawa potensi untuk berbuat jahat ketika dilahirkan sebagai makhluk. Dosa asal ini yang diyakini menjadi faktor penentu perkembangan anak. Perawatan yang diberikan kepada anak bertujuan untuk menyelamatkan anak dan menghapus dosa dari kehidupannya.[35] Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhauer.[36]

Naturalisme[sunting | sunting sumber]

Naturalisme merupakan aliran filsafat yang berkembang pada abad ke-18. Dalam aliran ini, diyakini bahwa anak membawa potensi berupa kebaikan alami. Wujudnya dalam cara melihat, berpikir dan merasakan keberadaan alam. Alam berperan sebagai guru yang memberikan anak kemampuan yang berbeda-beda sesuai tingkat pertumbuhan anak. Anak-anak mungkin mengalami perubahan ataupun tidak berubah, tetapi di dalam dirinya tetap ada pribadi yang baik, utuh dan kuat. Karena potensi kebaikan pada anak, maka perkembangannya dapat terjadi melalui pengenalan tentang alam. Aliran ini dirintis oleh Jean-Jacques Rousseau dalam bukunya yang berjudul Emile.[37]

Ilmu yang berkaitan[sunting | sunting sumber]

Upaya untuk memahami perkembangan anak dan memberikan gambaran atas tahapan perkembangan anak secara keseluruhan, telah memunculkan ilmu yang disebut psikologi perkembangan.[38] Para ahli psikologi perkembangan di Dunia Barat awalnya kurang memperhatikan perkembangan anak pada masa prakelahiran. Penelitian-penelitian mengenai perkembangan anak prakelahiran cenderung diabaikan.[39] Penelitian-penelitian lebih cenderung dilakukan pada masa perkembangan anak baru lahir.[40] Sementara psikolog muslim dan psikolog dari Dunia Timur di bidang psikologi perkembangan menjadi perintis penelitian perkembangan anak masa prakelahiran. Mereka menetapkannya sebagai tahapan pertama perkembangan individu.[41]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Sujiono 2013, hlm. 97.
  2. ^ Sukamti 2018, hlm. 1.
  3. ^ Sukamti 2018, hlm. 43.
  4. ^ Ajhuri 2019, hlm. 107.
  5. ^ Mulyadi, dkk. 2015, hlm. 10.
  6. ^ Mulyadi, dkk. 2015, hlm. 16.
  7. ^ Khaerudin, Kurniawan (2014). Hakikat Strategi Pembelajaran Bahasa (PDF). Jakarta: Universitas Terbuka. hlm. 1–39. ISBN 9789790117945. 
  8. ^ Mulyadi, dkk. 2015, hlm. 19.
  9. ^ Novitawati dan Permatasari 2022, hlm. 14.
  10. ^ a b c Novitawati dan Permatasari 2022, hlm. 35.
  11. ^ a b Novitawati dan Permatasari 2022, hlm. 57.
  12. ^ Sukamti 2018, hlm. 72.
  13. ^ a b Sit 2015, hlm. 5.
  14. ^ Sit 2015, hlm. 6.
  15. ^ Sit 2015, hlm. 4.
  16. ^ Sit 2015, hlm. 3.
  17. ^ a b Ajhuri 2019, hlm. 106.
  18. ^ Ajhuri 2019, hlm. 106-107.
  19. ^ Purnama, dkk. 2021, hlm. 15.
  20. ^ Sit 2015, hlm. 10.
  21. ^ Ajhuri 2019, hlm. 10.
  22. ^ Limbong, Mesta (2020). Mamesah, Michiko, ed. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik (PDF). Jakarta Timur: UKI Press. hlm. 11. ISBN 978-623-7256-84-7. 
  23. ^ Suwardani 2020, hlm. 136.
  24. ^ Ajhuri 2019, hlm. 11.
  25. ^ Ajhuri 2019, hlm. 12.
  26. ^ Suwardani 2020, hlm. 138.
  27. ^ Ahyani, L. N., dan Astuti, D. (2018). Buku Ajar Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (PDF). Kudus: Badan Penerbit Universitas Muria Kudus. hlm. 89. 
  28. ^ Purnama, dkk. 2021, hlm. 101.
  29. ^ Mulyadi, dkk. 2015, hlm. 7.
  30. ^ Sujiono 2013, hlm. 90-91.
  31. ^ Amanudin. Permana, P. S., Anwar, S., dan Alinurdin, ed. Pengantar Ilmu Pendidikan (PDF). Tangerang Selatan: Unpam Press. hlm. 69. ISBN 978-602-5867-58-3. 
  32. ^ Suralaga, Fadhillah (2021). Psikologi Pendidikan: Implikasi dalam Pembelajaran (PDF). Depok: Rajawali Pers. hlm. 16. ISBN 978-623-231-827-4. 
  33. ^ Sit 2015, hlm. 7.
  34. ^ Desiningrum, Dinie Ratri. Psikologi Perkembangan I (PDF). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. hlm. 245. 
  35. ^ Sit 2015, hlm. 7-8.
  36. ^ Syaifudin, M., dan Zuhri (2019). Hereditas dalam Perspektif Islam: Upaya Membangun Pendidikan Karakter Anak (PDF). Depok: Rajawali Pers. hlm. 2. ISBN 978-602-425-847-4. 
  37. ^ Sit 2015, hlm. 8.
  38. ^ Mulyadi, dkk. 2015, hlm. 1.
  39. ^ Rahmawati, P. M., dkk. (2021). Buku Ajar Psikologi (PDF). Jember: Program Studi D3 Keperawatan Universitas Jember. hlm. 47. 
  40. ^ Ajhuri 2019, hlm. 76.
  41. ^ Ajhuri 2019, hlm. 76-77.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Mulyadi, S., Weliangan, H., dan Andriani, I. (2015). Puspitawati, Ira, ed. Psikologi Perkembangan (PDF). Penerbit Gunadarma. ISBN 978-602-9438-62-8. 
  • Sujiono, Yuliani Nurani (2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Edisi Revisi. Jakarta Barat: PT Indeks. ISBN 978-979-062-079-7.