Lompat ke isi

Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Museum Sasmitaloka Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Sudirman
ꦩꦸꦱꦩ꧀ꦱꦱ꧀ꦩꦶꦠꦭꦺꦴꦏꦥꦔ꧀ꦭꦶꦩꦧꦼꦱꦂꦗꦼꦤ꧀ꦢꦼꦫꦭ꧀ꦱꦸꦢꦶꦂꦩꦤ꧀
Peta
Informasi umum
Gaya arsitekturMuseum sejarah
KotaJl. Bintaran Wetan 3, Yogyakarta
NegaraIndonesia
Informasi lain
Akses transportasi umum 1A   4B  Pakualaman
 4A   1B  Museum Biologi

Museum Sasmitaloka Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Sudirman (bahasa Jawa: Hanacaraka, ꦩꦸꦱꦩ꧀ꦱꦱ꧀ꦩꦶꦠꦭꦺꦴꦏꦥꦔ꧀ꦭꦶꦩꦧꦼꦱꦂꦗꦼꦤ꧀ꦢꦼꦫꦭ꧀ꦱꦸꦢꦶꦂꦩꦤ꧀) adalah museum sejarah dengan koleksi mengenai perjuangan Jenderal Sudirman. Kata sasmita berasal dari bahasa Jawa, yang berarti "pengingat", "mengenang", sedangkan loka berarti "tempat". "Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman" artinya merupakan tempat untuk mengenang pengabdian, pengorbanan dan perjuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Pada masa Hindia Belanda, gedung ini dipergunakan sebagai rumah dinas Mr. Wijnchenk, seorang pejabat keuangan Pura Paku Alaman. Pada masa pendudukan Jepang, rumah ini dikosongkan dan perabotnya disita. Setelah Indonesia merdeka, selama 3 bulan gedung Ini digunakan sebagal Markas Kompi "Tukul" dari Batalyon. Pada tanggal 18 Desember 1945 sampai tanggal 19 Desember 1948 gedung ini sebagai kediaman resmi Jenderal Sudirman, setelah dilantik menjadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat.

Pada masa Agresi Militer Belanda II gedung ini digunakan sebagai Markas "Informatie Geheimen Brigade T" tentara Belanda. Setelah pengakuan kedaulatan RI 27 Desember 1949, gedung ini digunakan sebagai Markas Komando Militer Kota Yogyakarta, Asrama Resimen Infanteri XIII dan Penderita Cacad.

Sejak 17 Juni 1968 sampai 30 Agustus 1982 digunakan sebagai Museum Angkatan Darat. Setelah dipandang gedung dipandang tidak respresentatif untuk museum maka menempati gedung baru di Markas Korem 072/Pamungkas di Jl. Jend. Sudirman 76 dan dipergunakan sebagai memorial museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Soedirman, berdasarkan Surat Keputusan Kasad No.: Skep/574/VII/1982.

Pada tanggal 30 Agustus 1982 bersamaan dengan peresmian Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama, diresmikan pula Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Soedirman ini oleh Kasad Jenderal TNI Poniman.

Bentuk Bangunan

[sunting | sunting sumber]
Tampak dar sisi barat daya.
Tampak depan bangunan Museum Sasmitaloka

Bentuk banguan museum adalah limasan. Syarat sebuah rumah limasan yaitu pendapa, bangunan utama, dan bangunan sayap kanan kiri tetapi di museum hanya tidak terdapat pendapa. Ornamen hiasanan pada tiang penyangga bangunan utama dan sayap berupa motif tumbuh-tumbuhan.

Ruang pameran

[sunting | sunting sumber]

Museum memiliki 14 ruangan dan bagian luar museum dengan jumlah koleksi 599 benda koleksi yang terdiri jenis logam, kayu, kulit, dan kain.

Halaman gedung

[sunting | sunting sumber]

Di bagian luar museum terdapat monumen patung Jenderal Sudirman sedang menunggangi kuda. Diresmikan oleh Kepala Staff Angkatan Darat Jenderal TNI Makmun Murod peresmian ditandai dengan candrasengkala Karyaning Dwija Trusing Atmaja yang artinya menunjukkan tahun 1960 Jawa atau 5 Oktober 1974 Masehi.

Di sebelah kanan dan kiri monumen terdapat Meriam AT kaliber 37mm yang pernah dipergunakan dalam pertempuran Palagan Ambarawa. Selain itu di sisi selatan tardapat relief perjalanan Jenderal Soedirman ketika perang gerilya.

Koleksi Museum Pangsar Jend. Sudirman.

Ruang koleksi

[sunting | sunting sumber]

1. Ruang Tamu

Di tempat inilah Soedirman menerima tamu baik dari pejabat maupun tamu keluarga. Di ruang ini dipamerkan dua buah lampu gantung dan dua perangkat meja kursi berbentuk muton yang beralaskan babut.

2. Ruang Santai

Di tempat ini selain dipergunakan untuk ruang tamu, namun juga sebagai tempat Jendral Soedirman membina keluarga. Tak jarang pula ruang santai ini dipergunakan untuk membicarakan masalah tentang perjuangan Indonesia. Koleksi yang dipamerkan seperti radio kuno, lukisan, barang pecah-belah, dan seperangkat meja kursi dan lampu gantung.

3. Ruang Kerja

Dalam mengemban tugas dan mengatur kebijakan TNI, Soedirman menggunakan tempat ini sebagai tempat kerjanya.

Di ruangan ini dipamerkan:

a. Pedang katana ketika ia menjadi Daidancho PETA.

b. Pesawat telepon, meja kursi kerja, meja kursi tamu.

c. Replika keris, yang selalu menyertai dalam perang gerilya.

d. Senjata Lee Enfeilld (LE), pistol Vickers dam mitraliur.

e. Piagam pengahargaan dan tanda jasa yang dianugerahkan Pemerintah RI.

Ruang Tidur Tamu di Museum Sasmitaloka

4. Ruang Tidur Tamu

Ruangan ini dipergunakan untuk tamu atau rekan yang ingin istirahat atau bermalam. Tempat tidur, almari pakaian, kursi tamu dan foto-foto keluarga dipamerkan di ruang ini.

5. Ruang Tidur Jenderal Soedirman

Selain sebagai tempat tidur tempat ini juga dipergunakan tempat sholat. Dalam ruangan ini dipamerkan seperangkat tempat tidur, almari pakaian, dan tempat sembayang. Di samping koleksi itu terdapat patung lilin Jenderal Sudirman yang sedang duduk lengkap dengan mantel, ikat kepala dan alas kaki yang pernah digunakan oleh dia. Terdapat pula mesin jahit yang digunakan isteri. Pelengkap di ruangan ini terdapat lukisan Pak Dirman beserta isterinya menggunakan baju adat Jawa.

6. Ruang Tidur Putra-Putri Jendral Sudirman

Pernikahan dia dengan gadis bernama Siti Alfiah dikarunai sembilan orang anak. Ruangan yang bersebelahan dengan kamar tidur utama terdapat koleksi tempat tidur yang dipergunakan putra putri Pangsar.

7. Ruang Pemilihan

Ketika Jenderal Sudirman bertempat tinggal di rumah ini tempat ini di pergunakan sebagai ruang seketariat. Koleksi di ruangan ini berhubungan erat dengan pemilihan jabatan Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat, seperti meja dan kursi yang dipakai Letnan Kolonel Isdiman mengusulkan Kolonel Sudirman untuk dipilih dan diangkat menjadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat dihadapan Urip Sumoharjo dan Gatot Subroto. Koleksi lain di ruangan ini yaitu Sumpah Anggota Pimpinan Tentara yang diucapakan Jenderal Sudirman.

8. Ruang Palagan Ambarawa

Pertempuran Ambarawa antara TKR dan para pejuang RI menghadapi tentara sekutu di bawah pimpinan Kolonel Soedirman berhasil mengusir tentara sekutu dari kota Magelang. Sebagai bukti pertempuran Ambarawa sebuah senjata api, maket dan peta pertempuran Ambarawa dipamerkan di ruang ini. Di sekiling dinding terdapat petinggi-petinggi TNI.

9. Ruang Rumah Sakit Panti Rapih

Koleksi-koleksi di ruangan ini menceritakan ketika dia dirawat di Rumah Sakit Umum Panti Rapih ketika Pangsar sakit pada tahun 1948. Sebuah literatur dan foto menceritakan ketika Jend. Sudirman harus di operasi. Selain itu terdapat pula meja, kursi, dan sebuah diorama ketika perang gerilya.

10. Ruang Koleksi Kendaraan

Saat menempuh perjalanan perang gerilya milai kota Yogyakarta sampai ke kota Kediri, Jawa Timur Jenderal Sudirman pernah menggunakan dokar, mobil, dan dibawa dengan tandu. Perjalanan dengan dokar tidak ditarik dengan kuda melainkan ditarik oleh pengawal Jenderal Sudirman. Sekembalinya dari perang gerilya tanggal 10 Juni 1949 Jenderal Sudirman dijemput dengan kendaraan dinas buatan Amerika.

11. Ruang Gunung Kidul dan Sobo

Sewaktu memimpin gerilya Jenderal Sudirman pernah singgah di daerah Semanu, Kabupaten Gunung Kidul dan di daerah Sobo, Kebupaten Pacitan. Di tempat itulah Jend. Sudirman mendapat Caraka (utusan) dari Letkol. Suharto yang melaporkan rencana Serangan Umum 1 Maret 1949. Koleksi yang dipamerkan yaitu peralatan yang pernah digunaka Jend. Sudirman.

12. Ruang Diorama

Di ruang ini terdapat 3 buah diorama yang menggambarkan sebagai berikut:

a. Diorama pertama menggambarkan perjuangan Jenderal Sudirman pada saat Belanda melancarkan agresinya yang kedua tanggal 19 Desember 1948.

b. Diorama kedua menggabarkan situasi selama Jenderl Sudirman melaksanakan dan memimpin gerilya.

c. Diorama ketiga menggambarkan situasi selama Jenderal Sudirman melaksanakan tugas-tugasnya sebagai Panglima Besar di markas gerilya Sobo, Pacitan. Dipamerkan pula tandu, tongkat dan peta route gerilya.

13. Ruang Koleksi Pribadi

Di ruang ini dipamerkan beberapa benda yang pernah dipergunakan Jenderal Sudirman seperti: mantel, ikat kepala, pakaian Opsir Peta, pakaian tidur, sepatu, tas.

14. Ruang Dokumentasi

Ruang ini diisi dengan biodata Jenderal Sudirman, foto-foto sewaktu dia menjabat sebagai Panglima Besar, bergerilya dan suasana duka saat pemberangkatan dan pemakaman jenazah Panglima Besar Jenderal Sudirman di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara, surat-surat tulisan tangan Presiden RI Ir. Soekarno kepada Jenderal Sudirman, surat tulisan tangan Jenderal Sudirman kepada adiknya Moch. Samingan dan beberapa koleksi dari Hotel Inna Garuda, Yogyakarta seperti pakaian-pakaian seragam dan kelengkapannya yang pernah dipergunakan Jenderal Sudirman.

Koleksi unggulan[1]

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2014 Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menerbitkan buku berisi koleksi unggulan museum di Daerah Istimewa Yogyakarta, di antaranya adalah koleksi unggulan yang dimiliki oleh Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman. Koleksi unggulan Museum Sasmitaloka Panglima Besar jenderal Sudirman adalah sebagai berikut:

  1. Pakaian Pangsar Sudirman, pakaian yang dikoleksi oleh museum ini menjadi saksi bisu bagi perjuangan Pangsar Jenderal Sudirman saat berperang geriliya di perbukitan Jawa tengah dan Jawa Timur. Pakaian ini terdiri dari sepatu, tongkat, jaket, piyama, dan masih banyak lagi.
  2. Senjata mesin ringan mitraliur, Senjata Mesin Ringan (SMR) ini merupakan hasil rampasan saat perang Ambarawa pada 12-15 Desember 1945.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2014). Koleksi Unggulan Museum Yogyakarta. Yogyakarta, Indonesia: Penulis.
  • Dinas Sejarah Angkatan Darat. Booklet Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Soedirman. Dinas Sejarah Angkatan Darat. 

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]