Museum Panji

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Museum Panji adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Raya Bangilan, Ringin Anom, Desa Slamet, Kecamatan Tumpang, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Fungsi khusus dari Museum Panji adalah untuk menjelaskan tentang sebuah legenda yaitu cerita Panji. Sebagian besar koleksi museum berupa topeng malangan yang berasal dari masyarakat Kota Malang. Pembangunan museum ini dimulai sejak tahun 2014. Museum diresmikan pada tahun 2016. Pendiri dan pengelolanya adalah Yayasan Inggil Malang. Museum Panji juga mengoleksi beberapa jenis wayang dan prasasti serta foto-foto Kota Malang tempo dulu. Letak titik koordinatnya di 8°00’10.1” Lintang Selatan dan 112°43’48.3” Bujur Timur. Akses ke museum dapat dari beberapa rute yaitu dari Bandar Udara Abdurrahman Saleh (12,4 kilometer), Stasiun Malang (12,6 kilometer), Terminal Arjosari (15,9 kilometer), Terminal Gadang (16 kilometer), atau alun-alun Kota Malang (13,5 kilometer).[1]

Pengelolaan[sunting | sunting sumber]

Pengelolaan Museum Panji mengikuti konsep seni pertunjukan Topeng Malangan dalam Cerita Panji. Museum Panji didirikan oleh seorang arkeolog bernama Dwi Cahyono. Ia adalah salah satu anggota Asosiasi Museum Indonesia. Pembangunan museum dilakukan di atas lahan pribadi seluas kurang lebih tiga hektar. Benda-benda koleksinya dipamerkan dengan bentuk menyerupai diorama. Tata kelolanya menggambarkan sejarah Kota Malang sejak masa pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1716. Ruang pameran diisi dengan berbagai koleksi seperti wayang, patung, golek dan boneka. Konsep pengelolaannya adalah mengenalkan kebudayaan lokal melalui cerita tentang budi pekerti dan sifat cinta lingkungan.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid II (PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 152. ISBN 978-979-8250-67-5. 
  2. ^ Indah Tjahjawulan, Adityayoga (Juli 2019). "Penyajian Koleksi Museum Sejarah dan Budaya Kota Malang: Studi Kasus: Museum Brawijaya, Museum Purwa, dan Museum Panji". Jurnal Senirupa Warna. 7 (2): 100.