Lompat ke isi

Mitologi Jepang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bagian dari seri
Mitologi & cerita rakyat Jepang

Literatur klasik:
Kojiki | Nihon Shoki | Kujiki
Otogizōshi | Konjaku Monogatari

Kami
Izanami | Izanagi | Amaterasu
Susanoo | Ama-no-Uzume

Kepercayaan rakyat
Ebisu | Inari
Oni | Tujuh Dewa Keberuntungan

Makhluk legenda
Kappa | Tengu | Kitsune
Tsuchinoko | Yōkai

Tokoh legenda
Abe no Seimei | Benkei | Kintarō
Momotarō | Tamamo-no-Mae | Sōjōbō

Tempat suci & supranatural
Gunung Hiei | Gunung Fuji | Izumo
Takamagahara | Yomi | Ryūgū-jō

Benda suci
Amenonuhoko | Tonbogiri

Cerita hantu
Oiwa | Okiku

Sastrawan & budayawan
Kunio Yanagita, Keigo Seki, Lafcadio Hearn, Inoue Enryo

Mitologi Jepang adalah mitologi yang disampaikan secara turun temurun di Jepang.

Pengantar

[sunting | sunting sumber]
Dua halaman dari bab "Pemerintahan para Dewa" dari Nihonshoki jindai kan (Kronik Jepang)

Folklor yang sekarang disebut mitologi Jepang, hampir seluruhnya berdasarkan cerita yang terdapat dalam Kojiki, Nihonshoki, dan Fudoki dari berbagai provinsi di Jepang. Dalam kata lain, mitologi Jepang sebagian besar berkisar pada berbagai kami penghuni Takamanohara (Takaamahara, atau Takamagahara), dan hanya sedikit sumber literatur tertulis yang dapat dijadikan rujukan.

Di zaman kuno, setiap daerah di Jepang diperkirakan memiliki sejenis kepercayaan dalam berbagai bentuk dan folklor. Bersamaan dengan meluasnya kekuasaan Kekaisaran Yamato, berbagai macam kepercayaan diadaptasi menjadi Kunitsugami atau "dewa yang dipuja" yang bentuknya menjadi hampir seragam, dan semuanya dikumpulkan ke dalam "mitologi Takamanohara". Sementara itu, wilayah dan penduduk yang sampai pada abad berikutnya tidak dikuasai Kekaisaran Yamato atau pemerintah pusat Jepang yang lain, seperti Suku Ainu dan orang Kepulauan Ryūkyū masing-masing juga memiliki mitologi sendiri.

Pada abad pertengahan berkembang mitologi Jepang abad pertengahan (Chūsei Nihongi) dengan isi yang berbeda dari mitologi sebelumnya. Mitologi Jepang abad pertengahan tetap berpedoman pada Nihonshoki tetapi dikembangkan hingga menjadi sangat berbeda dengan versi aslinya. Mitologi Jepang abad pertengahan ditemukan dalam epik perang seperti Taiheiki, buku penggubahan syair dan anotasinya, serta berbagai Engi (buku catatan asal usul dan sejarah milik kuil agama Buddha dan Shinto).

Dalam mitologi Jepang abad pertengahan, berbagai kami dalam Kojiki dan Nihonshoki berdasarkan teori Honji suijaku dikenali sebagai perwujudan sementara para Buddha dan Bodhisattva atau dianggap sejajar. Selain itu, mitologi Jepang abad pertengahan bercampur dengan unsur-unsur yang diambil dari seni dan cerita rakyat, mitologi berbagai daerah, serta menampilkan tingkat kedewaan dan benda-benda yang tidak ada di dalam Kojiki dan Nihonshoki.

Di pertengahan zaman Edo, Motoori Norinaga menulis buku berjudul Kojiki-den dengan maksud melakukan interpretasi isi Kojiki hingga tuntas. Buku ini menyebabkan sumber utama mitologi Jepang bergeser dari Nihonshoki menjadi Kojiki dan keadaan ini bertahan hingga sekarang.

Ringkasan cerita

[sunting | sunting sumber]

Penciptaan dunia

[sunting | sunting sumber]

Sebelumnya seluruh alam terdiri atas ketidakberaturan, dari ketidakberaturan ini muncullah dua energi di mana energi yang ringan naik ke atas membentuk surga dan energi yang berat jatuh ke bawah membentuk dasar dunia. Dari surga terciptalah tiga dewa pencipta utama (Sanshin Zoka), yakni:

  1. Ame no Minaka Nushi no Mikoto (Heaven of August Center Master)
  2. Takami Musubi no Mikoto (High August Growth)
  3. Kami Musubi no Mikoto (Divine August Growth)

di mana ketiga dewa ini dikenal sebagai androgini (tidak memiliki jenis kelamin) Lalu lahirlah tujuh dewa utama lainnya, di mana dua di antaranya terlahir begitu saja, yakni:

  1. Kuni no toko tachi no kami (Earthly Eternally Standing Deity)
  2. Toyo Kumo nu no Kami (Luxuriant Integrating Master Deity)

Sementara lima yang lainnya hasil dari perkawinan para dewa tertinggi dan lahir berpasangan, yakni:

  1. U Hiji ni no kami (Deity Mud Earth Lord) beristrikan Su Hiji ni no kami (Deity Mud Earth Lady)
  2. Tsunu guhi no kami (Germ Integrating Deity) beristrikan Iku guni no kami (Life integrating deity)
  3. Oho to no ji no kami (Deity Elder of The Great Place) beristrikan Oho to no be no kami (Deity Elder Lady of The Great Place)
  4. Omo daru no kami (Deity Perfect Exterior) beristrikan Aya Kashiko ne no kami (Deity Oh Awful Lady)
  5. Izanagi no kami ( The Male Deity Who Invites) beristrikan Izanami no kami (The Female Deity Who Invites)

Dari tujuh dewa-dewi tersebut, Izanami dan Izanagi (anak dari Ame no Minaka Nushi no Mikoto (pemimpin Sanshin Zoka) dan Kuni no toko tachi no kami (salah satu dewa utama)) adalah yang terkuat di antara yang lainnya sehingga mereka dapat melahirkan banyak dewa-dewi dan menciptakan kepulauan Jepang.

Izanagi dan Izanami

[sunting | sunting sumber]

Izanagi dan Izanami turun di Ashihara no Nakatsu Kuni, menikah, dan berturut-turut melahirkan pulau-pulau yang membentuk kepulauan Jepang yang disebut Yashima. Setelah melahirkan berbagai kami, Izanami tewas akibat luka bakar saat melahirkan Kagutsuchi (dewa api). Setelah membunuh Kagutsuchi, Izanagi pergi ke negeri Yomi untuk mencari dan menyelamatkan Izanami. Setelah berada di negeri Yomi, wujud Izanami berubah menjadi menakutkan. Izanagi yang melihat sosok Izanami menjadi lari ketakutan.

Izanagi menjalani misogi (mandi) karena tidak suka dengan kekotoran (kegare) yang terbawa dari Yomi. Ketika melakukan misogi, Izanagi melahirkan pula sejumlah kami, saat mencuci mata kiri terlahir Amaterasu (dewa matahari, penguasa Takamanohara), saat mencuci mata kanan terlahir Tsukuyomi (dewa bulan, penguasa malam), dan saat mencuci hidung (buang ingus) lahir Susanoo (penguasa samudra). Ketiga kami ini disebut Mihashira no Uzu no Miko, dan menerima perintah dari Izanagi untuk menguasai dunia.

Amaterasu dan Susanoo

[sunting | sunting sumber]

Susanoo ingin pergi ke tempat Izanami di Ne no Kuni dan berteriak-teriak menangis hingga membuat kerusakan luar biasa di langit dan bumi. Susanoo akhirnya pergi naik ke Takamanohara yang diperintah Amaterasu. Kedatangan Susanoo salah dimengerti, Amaterasu menyangka Susanoo datang untuk merebut Takamanohara. Susanoo disambut Amaterasu dengan busur dan anak panah. Agar kecurigaan Amaterasu terhapus, dari setiap benda yang menempel di badan Susanoo lahir kami yang jenis kelaminnya membuktikan kemurnian tubuh Susanoo. Amaterasu percaya dan mengizinkan Susanoo berada di Takamanohara. Di sana Susanoo membuat keonaran lagi sampai Amaterasu bersembunyi di dalam gua Ama no Iwato. Amaterasu adalah dewa matahari, sehingga matahari tidak terbit selama Amaterasu bersembunyi. Para kami di Takamanohara menjadi susah hati. Amaterasu akhirnya keluar dari dalam gua setelah dikelabui. Susanoo yang sering membuat susah akhirnya diusir ke dunia bawah.

Legenda Izumo

[sunting | sunting sumber]

Susanno turun ke negeri Izumo. Setelah berhasil membunuh monster Yamata no Orochi yang suka merusak, Susanoo menikah dengan putri Kunitsukami. Cucu keturunan Susanoo bernama Ookuninushi menikah dengan putri Susanoo dan membangun negeri Sukunahikona dan Ashihara no Nakatsukuni. Menurut penjelasan nama tempat yang ada di buku Fudoki negeri Izumo, lokasi pembasmian Yamata no Orochi ada di distrik Ou (sekarang kota Yasugi, Prefektur Shimane), tetapi bukan Susanoo yang menjadi pahlawan, melainkan Oonamuchi (Ookuninushi).

Penaklukan Ashihara no Nakatsu

[sunting | sunting sumber]

Sementara itu, Amaterasu dan para kami (Amatsukami) di Takamanohara menyatakan negeri Ashihara no Nakatsu no Kuni (Izumo) harus diperintah Amatsukami atau cucu keturunan Amaterasu. Sejumlah kami dikirim ke Izumo untuk mewujudkan keinginan ini. Setelah dua anak Ookuninushi, Kotoshironushi dan Takeminakata menitis ke Amatsukami, Ookuninushi berjanji untuk memberikan negeri Izumo dengan syarat dibangunkan sebuah istana. Istana ini nantinya disebut Izumo Taisha.

Ninigi yang merupakan cucu Amaterasu menerima Ashihara no Nakatsu. Ninigi turun ke negeri Hyūga dan kemudian menikahi Putri Konohanasakuya.

Kisah Hoori dan Hoderi

[sunting | sunting sumber]

Ninigi memiliki dua putera, Hoori dan Hoderi. Mata pancing milik Hoderi dihilangkan Hoori sehingga kedua bersaudara ini bertengkar. Hoori lalu pergi ke istana Kaijin (dewa laut) dan menemukan mata pancing Hoderi di sana. Sewaktu berada di sana, Hoori menikah dengan putri dewa laut. Dari pernikahan ini lahir anak laki-laki bernama Ugaya Fukiaezu. Putra keturunan Ugaya Fukiaezu yang bernama Kamuyamato Iwarehito nantinya menjadi Kaisar Jimmu.

Kaisar Jimmu

[sunting | sunting sumber]

Kamuyamato Iwarehito dan kakak-kakaknya berkeinginan menguasai Yamato. Penduduk yang sejak dulu berdiam wilayah Yamato melawan dengan sekuat tenaga, dan pertempuran sengit terjadi. Kesaktian Kamuyamato Iwarehiko yang masih keturunan dewa bukan tandingan bagi penduduk Yamato. Pada akhirnya, Kamuyamato Iwarehiko naik takhta sebagai kaisar di kaki gunung Unebikashihara no Miya. Kamuyamato Iwarehiko nantinya dikenal sebagai kaisar pertama Jepang Kaisar Jimmu.

Setelah Kaisar Jimmu wafat, pemberontakan dilancarkan putra Kaisar Jimmu yang bernama Tagishimimi. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan Kamununakawamimi yang kemudian naik takhta sebagai Kaisar Suizei.

Kesshi Hachi-dai

[sunting | sunting sumber]

Delapan kaisar, termasuk kaisar kedua Kaisar Suizei hingga kaisar ke-9 Kaisar Kaika disebut sebagai Kesshi Hachi-dai. Kedelapan nama kaisar tertulis dalam Kojiki dan Nihon-shoki, tetapi tidak dijelaskan peran dan jasa-jasanya.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]