Sōjōbō

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ilustrasi raja tengu Sōjōbō yang dibuat oleh seniman Jepang, Katsukawa Shuntei (1770-1820)

Sōjōbō (僧正坊) adalah makhluk legendaris berwujud tengu, dan dikenal sebagai raja tengu. Menurut mitos dan cerita rakyat Jepang tengu memiliki kekuatan tempur yang setara dengan seribu tengu biasa. Dikatakan bahwa ia adalah makhluk legendaris yang diperkirakan menghuni pegunungan dan hutan di Jepang. Secara harfiah Sōjōbō (僧 坊) berarti pendeta buddha yang agung. Ia menetap di sebuah gunung kecil sebelah barat laut Kyoto, bernama Gunung Kurama.[1] Karakteristik Sōjōbō biasanya digambarkan sebagai seorang yamabushi atau petapa gunung yang dilengkapi dengan cakar seperti burung dan sayap berbulu. Ia memiliki bentuk fisik seperti manusia dengan rambut putih dan hidung merah panjang, janggut putih panjang serta matanya yang melotot.[2]

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Nama Sōjōbō berasal dari teks kuno yang disebut Tengu Meigikō yang berasal dari pertengahan zaman Edo.[3] Catatan lain menyebutkan bahwa nama Sōjōbō berasal dari Sōjōgatani ("Lembah Uskup"), sebuah lembah di Gunung Kurama dekal Kuil Kibune.[4] Sōjōbō terkadang juga disebut dengan nama tengu Kurama, yang merujuk pada tempat tinggal Sōjōbō di Gunung Kurama.

Dalam bahasa Jepang, nama Sōjōbō mengandung tiga kata kanji. Dua karakter pertama dari Sōjōbō ialah Sōjō (僧正) yang berarti "imam besar Buddha," dan kanji terakhir bō (坊) yang berarti "biarawan Buddha."[5] tetapi juga bisa digunakan untuk merujuk ke yamabushi (山伏), yang merupakan pertapa dari tradisi Shugendo.[6] Tengu dan yamabushi keduanya sama-sama tinggal di pegunungan dan memilikii hubungan erat menurut kepercayaan masyarakat setempat.[7]

Mitologi[sunting | sunting sumber]

Dalam salah satu cerita yang paling terkenal adalah ketika Sōjōbō mengajarkan teknik pedang kepada Minamoto no Yoshitune, seorang panglima perang yang terkenal di abad ke-12. Setelah ayah Yoshitune kalah dalam peperangan melawan klan Taira dan terbunuh, Yoshitune dikirim ke sebuah kuil di Gunung Kurama.[2] Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan sosok tengu yang diduga adalah Sōjōbō, yang kemudian mengajarkan beberapa teknik seni bela diri kepadanya, termasuk kenjutsu dan tessenjutsu, serta strategi militer.[8] Cerita-cerita ini termuat dalam epos perang Heiji Monogatari (Kisah Heiji).[9]

Makhluk yang berkaitan[sunting | sunting sumber]

Figur yang terkait dengan Sōjōbō di antaranya adalah dua tengu terkenal lainnya, Zegaibō dari Tiongkok dan Tarōbō dari Gunung Atago.[10] Seperti halnya Sōjōbō, tengu ini merupakan daitengu, kepala suku dari gunung tengu, dan muncul dalam berbagai bentuk seni Jepang. Satu versi dari Heike monogatari menceritakan bahwa tengu Tarōbō merupakan tengu terbesar di Jepang,[11] dan di teks Gempei Seisuiki, Tarōbō digambarkan sebagai tengu besar yang paling pertama.[12]

Sōjōbō juga digambarkan dengan penampilan yang mirip dengan jenis entitas supernatural lainnya. Menurut kritikus teater, Osman Edwards, tengu memiliki banyak kesamaan karakteristik dengan trold Skandinavia.[13] Dalam cerita rakyat Skandinavia, troll adalah monster legendaris yang tinggal di pegunungan dan hutan, serupa dengan sojobo.[14] Sōjōbō dan daitengu secara umum juga digambarkan mirip seperti kami atau dewa Shinto yang dikenal sebagai Sarutahiko.[15]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Amdur, Ellis (2014). Old School, Essays on Japanese Martial Traditions. Wheaton: Freelance Academy Press. hlm. 24. ISBN 9781937439255. 
  2. ^ a b Davis, F. Hadland (1912). Myths & Legends of Japan. New York. hlm. 41. 
  3. ^ Knutsen, Ronald (2011). Tengu: The Shamanic and Esoteric Origins of the Japanese Martial Arts. Global Oriental. hlm. 95. ISBN 9781906876227. 
  4. ^ de Benneville, James Seguin (1910). Saitō Musashi-Bō Benkei (Tales of the Wars of the Gempei): Being the Story of the Lives and Adventures of Iyo-No-Kami Minamoto Kuro Yoshitsune and Saitō Musashi-Bō Benkei the Warrior Monk. Yokohama. 
  5. ^ de Visser 1908, hlm. 82.
  6. ^ Buswell 2017, hlm. 1019.
  7. ^ Buswell 2017, hlm. 286.
  8. ^ Cunningham, Don (2012). Samurai Weapons: Tools of the Warrior. Tuttle Publishing. hlm. 64. ISBN 9781462907496. 
  9. ^ de Visser 1908, hlm. 47.
  10. ^ Weinstock 2016, hlm. 530.
  11. ^ Weinstock 2016, hlm. 531.
  12. ^ de Visser 1908, hlm. 53.
  13. ^ Edwards 1901, hlm. 154.
  14. ^ Weinstock 2016, hlm. 544.
  15. ^ Cali 2016, hlm. 125.

Daftar Pustaka[sunting | sunting sumber]