Memorandum Hossbach

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Memorandum Hossbach
Hossbach-Memorandum
Tanggal5 November 1937
KotaBerlin, Jerman Nazi
Peserta
Poin penting
Kesepakatan arah kebijakan ekspansi dan luar negeri Jerman

Memorandum Hossbach adalah hasil kesepakatan dari pertemuan yang diadakan di Berlin pada tanggal 5 November 1937. Pertemuan ini dihadiri oleh Adolf Hitler dan seluruh pejabat militer dan Kementerian Luar Negeri Reich Jerman seperti Menteri Luar Negeri Konstantin von Neurath, Menteri Perang Werner von Blomberg, Kepala Staf Heer Werner von Fritsch, Kepala Staf Kriegsmarine Laksamana Erich Raeder dan Kepala Staf Luftwaffe Hermann Göring. Memorandum ini menjabarkan tentang kebijakan ekspansi Hitler. Pertemuan ini pula menandai radikalisasi kebijakan luar negeri Hitler.

Berdasarkan memorandum ini, Hitlar tidak menginginkan terjadinya perang dengan Britania Raya dan Prancis sebelum memasuki tahun 1939. Malahan ia lebih memilih melakukan perang dan penjarah kecil untuk menunjang perekonomian Jerman. Ajudan Militer Hitler, Friedrich Hossbach mengambil notulensi pada pertemuan tersebut.

Isi[sunting | sunting sumber]

Pertemuan pada 5 November 1937 diadakan sebagai respon atas keluhan yang disampaikan oleh Laksamana Erich Raeder yang menyatakan bahwa Kriegsmarine telah mengalami kekurangan penempatan material baja dan material mentah lainnya serta seluruh program pembangunan Kriegsmarine berada diambang darurat dan kolaps. Hal ini diperparah dengan angkatan udara (Luftwaffe) maupun angkatan darat (Heer) tidak bersedia mengurangi alokasi bajanya. Karena konferensi ini diadakan sebagai tanggapan untuk menyelesaikan perselisihan tersebut, Hitler menggunakan kesempatan ini untuk memberikan ringkasan penilaiannya terhadap kebijakan luar negeri.

Hitler mengatakan bahwa jika ia mati, maka isi dari konferensi ini akan dianggap sebagai perjanjian politik[1]. Dalam pandangan Hitler, perekonomian Jerman Nazi telah mencapai keadaan yang kritis sehingga satu-satunya jalan untuk menghentikan hal tersebut adalah mulai melakukan kebijakan agresi sesegera mungkin yaitu menggunakan Lebensraum dengan mencaplokk Austria dan Cekoslowakia[2]. Hitler juga mengumumkan bahwa sangat penting untuk bertindak dalam lima atau enam tahun ke depan sebelum "dua antagonis yang diilhami kebencian", Inggris dan Prancis, menutup kesenjangan dalam perlombaan senjata yang, menurut Hitler sudah tertinggal dari Jerman[2].

Sebuah perubahan tercatat dalam Memorandum Hossbach berkaitan dengan evaluasi terbaru oleh Hitler terhadap Inggris: dari calon sekutu pada tahun 1928 menjadi lawan pada tahun 1937 karena tidak menerima sebuah negara Jerman yang kuat. Perubahan itu adalah sebuah kemunduran pandangan Hitler terhadap Inggris[3].

Sejarawan Jerman Klaus Hildebrand berpendapat bahwa memorandum itu menandai permulaan arah yang ambivalen terhadap Inggris[4]. Seperti yang juga disampaikan oleh Andreas Hillgruber menyatakan bahwa Hitler memulai ekspansi "tanpa Inggris": sebaiknya "dengan Inggris" tetapi, jika perlu, "melawan Inggris"[5].

Bagian pertama dari Memorandum Hossbach menyatakan bahwa Hitler berkeinginan harus berjuang untuk autarki, karena ia beralasan bahwa ketergantungan pada negara lain membuat suatu negara menjadi lemah. Pernyataan itu telah dilabelkan oleh beberapa sejarawan sebagai sebuah jalan untuk mempersiapkan Jerman untuk menghadapi konflik dengan meyakinkan bahwa mereka tidak bergantung secara ekonomi pada negara-negara yang akan segera berperang. Pernyataan memorandum tersebut bahwa jenis autarki tertentu tidak mungkin dilakukan dapat dianggap sebagai alasan untuk menganggap perang sebagai suatu keharusan.

Autarki:

Pencapaian hanya mungkin terjadi di bawah kepemimpinan Negara Sosialis Nasional yang ketat, seperti yang diasumsikan. Jika kita menerima pencapaiannya sebaik mungkin, berikut ini dapat dinyatakan sebagai hasilnya:

  1. Dalam bidang bahan baku mentah hanya terbatas, tidak secara total, autarki :
    1. Terkait batubara, sejauh dapat dianggap sebagai sumber bahan mentah, autarki dapat dilakukan;
    2. Mengenai bijih (bijih besi, emas, perak dll.), situasinya jauh lebih sulit. Kebutuhan zat besi dapat dipenuhi dari sumber daya rumah tangga dan hal serupa juga dapat dipenuhi dari logam ringan, namun hal ini tidak terjadi pada bahan baku lain – tembaga atau timah.
    3. Persyaratan tekstil sintetis dapat dipenuhi dari sumber daya rumah tangga hingga batas pasokan kayu. Solusi permanen tidak mungkin dilakukan.
    4. Makanan yang bisa dimakan – mungkin.
  2. Di bidang pangan, pertanyaan tentang autarki harus dijawab dengan jawaban datar "Tidak".

    Dengan peningkatan standar hidup secara umum dibandingkan dengan 30 hingga 40 tahun yang lalu, terjadi peningkatan permintaan dan peningkatan konsumsi rumah tangga, bahkan di pihak produsen, yaitu petani. Hasil dari peningkatan produksi pertanian semuanya digunakan untuk memenuhi peningkatan permintaan, sehingga tidak mewakili peningkatan produksi secara absolut. Peningkatan produksi lebih lanjut dengan meningkatkan kebutuhan akan tanah, yang, sebagai akibat dari penggunaan pupuk buatan, telah menunjukkan tanda-tanda kelelahan, hampir tidak mungkin dilakukan, dan oleh karena itu dapat dipastikan bahwa bahkan dengan peningkatan produksi yang maksimal, partisipasi akan meningkat. dalam perdagangan dunia tidak bisa dihindari. Pengeluaran devisa yang cukup besar untuk menjamin pasokan pangan melalui impor, bahkan ketika hasil panen bagus, akan menjadi bencana jika hasil panen buruk. Kemungkinan terjadinya bencana meningkat sebanding dengan pertambahan jumlah penduduk, yang juga mengakibatkan kelebihan kelahiran sebesar 560.000 setiap tahunnya, sehingga mengakibatkan peningkatan konsumsi roti yang lebih besar lagi, karena anak-anak merupakan konsumen roti yang lebih besar dibandingkan anak-anak dan orang dewasa.

    Dalam jangka panjang, di benua yang memiliki standar hidup yang hampir sama, mustahil untuk mengatasi kesulitan pasokan pangan dengan menurunkan standar tersebut dan dengan rasionalisasi. Karena, dengan terpecahkannya masalah pengangguran, tingkat konsumsi maksimum telah tercapai, beberapa modifikasi kecil dalam produksi pertanian dalam negeri kita, tidak diragukan lagi, masih mungkin dilakukan, namun tidak ada perubahan mendasar yang mungkin terjadi pada posisi pangan pokok kita. Oleh karena itu, autarki tidak dapat dipertahankan baik dalam hal pangan maupun perekonomian secara keseluruhan.[6]

Tentunya perdebatan perekonomian muncul untuk menjamin adanya sebuah perang, diluar kekhawatiran akan suplai makanan bergantung pada impor dagang di dunia yang didominasi oleh jalur perdagangan laut Inggris :

Terdapat kelemahan militer yang nyata di negara-negara yang keberadaannya bergantung pada perdagangan luar negeri. Karena perdagangan luar negeri kita dilakukan melalui jalur laut yang didominasi oleh Inggris, yang menjadi persoalan adalah keamanan transportasi dibandingkan devisa negara. Hal ini menunjukkan, pada saat perang, betapa lemahnya situasi pangan kita. Satu-satunya solusi, dan yang mungkin tampak visioner bagi kita, terletak pada perolehan ruang hidup yang lebih luas – sebuah pencarian yang selalu menjadi asal muasal pembentukan negara dan migrasi masyarakat.

Bagian kedua dari Memorandum Hossbach menjabarkan tiga kemungkinan yang akan diambil Hitler jika situasi yang pasti berlaku di Eropa, konon untuk menjamin keamanan Reich. Disamping itu, HItler mengklaim bahwa Inggris dan Prancis telah melakukan bloking terhadap kebijakan luar negeri Jerman dalam setiap saat dan dalam waktu sekitar lima tahun ke depan, Jerman harus mencapai autarki dengan merebut Eropa Timur untuk mempersiapkan kemungkinan perang dengan Inggris dan Prancis.

Daftar Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Aigner, Dietrich. "Hitler's Ultimate Aims". H. W. Koch, ed. Aspects of the Third Reich. London: Macmillan Press, 1985, p. 264
  2. ^ a b Messerschmidt, Manfred, "Foreign Policy and Preparation for War", Germany and the Second World War pp. 636–637; Carr, William, Arms, Autarchy and Aggression, pp. 73–78
  3. ^ Robertson, E. M. Hitler's Pre-War Policy and Military Plans. p. 106
  4. ^ Hildebrand, Klaus. The Foreign Policy of the Third Reich. p. 42.
  5. ^ Hillgruber, Andreas. "England's Place In Hitler's Plans for World Dominion". Journal of Contemporary History, Volume 9, 1974. pp. 5–22.
  6. ^ Hossbach Memorandum Berlin, 10 November 1937 Diarsipkan 28 July 2020 di Wayback Machine.

Sumber[sunting | sunting sumber]

  • Overy, Richard. "Misjudging Hitler: A. J. P. Taylor and the Third Reich", 1999.
  • Taylor, A. J. P. The Origins of the Second World War, Greenwich, Conn.: Fawcett Publications, Inc., 1965.
  • Trevor-Roper, Hugh "A. J. P. Taylor, Hitler and the War", Encounter, Volume 17, July 1961.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]