Etika komunikasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Komunikasi interaksi)

Etika komunikasi merupakan gagasan moral yang berdampak dalam cara berkomunikasi antar sesama manusia. Etika sendiri adalah prinsip yang mengatur tingkah laku manusia, sedangkan komunikasi adalah hubungan interaksi antara penerimaan pesan dan pengiriman pesan. Jadi dapat diartikan, etika komunikasi merupakan prinsip yang mengatur tentang hubungan interaksi antar sesama manusia.[1] Secara umum, etika komunikasi berkaitan dengan moral good present dalam segala bentuk komunikasi manusia. Hal Ini termasuk komunikasi antar orang, komunikasi di media massa, dan komunikasi digital. Etika komunikasi mencakup kejujuran dalam komunikasi, menjaga kerahasiaan informasi, dan tidak membahas hal yang bersifat pribadi maupun membahas urusan orang lain di depan umum atau di depan pihak ketiga.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sejarah adanya etika komunikasi diawali dengan munculnya rasa kepedulian berhubungan dengan media cetak yang telah berkembang ke arah teknologi digital. Para kritikus mulai memperkirakan bahaya pers yang tidak diperhatikan dengan baik di Amerika Utara serta Eropa pada tahun 1890-an, sehingga memaksa lahirnya prinsip-prinsip di Amerika Serikat pada tahun 1920-an.[2] Pada masa itu, muncul empat buku utama yang mendasari etika komunikasi, yakni: Ethics of Journalism karya Nelson Crawford (1924),The Conscience of the Newspaper karya Leon Flint (1925), Newspaper Ethics karya William Gibbons (1926), dan Ethics and Practices in Journalism karya Albert Henning (1932). Karya mereka membahas tentang problematika etika dalam komunikasi serta isu-isu yang berkaitan dengan privasi dan kerahasiaanya yang diperdebatkan bersamaan dengan kebebasan berbicara. Sementara di Eropa muncul beberapa masalah etika pada awal abad ke-20. Sensionalisme pada pemberitaan dianggap bertabrakan dengan peran pelayanan publik surat kabar. Pemberian sogokan juga mendapat kritikan dari para kritikus media sejak tahun 1870. Pada masa itu lahirlah sebuah platform untuk memperdebatkan kebebasan pers, walaupun hal yang dibahas dalam hak-hak pers hanya dari satu sisi saja.[2]

Etika dan komunikasi[sunting | sunting sumber]

Etika atau persepsi akan benar atau salah tergantung pada suatu tindakan atau perilaku. Etika adalah suatu tipe pembuatan keputusan yang bersifat moral dan menentukan apa yang benar atau salah yang dipengaruhi oleh peraturan dan hukum yang ada di dalam masyarakat. Etika mencakup hal-hal yang berkaitan dengan hakikat moral, prinsip-prinsip untuk membimbing masyarakat dalam berperilaku.[3] Amerika Serikat dibangun atas dasar moral dan standar-standar yang memegang peranan penting dalam beberapa institut dan hubungan. Karena standar etika cenderung mengalami pergeseran berdasarkan pada periode sejarah, lingkungan, pembicaraan, dan manusia yang terlibat, maka etika menjadi sulit untuk dipahami. Etika melampaui segala cara kehidupan, ‘’gender’’, ras, kelas sosial, indentitas seksual, dan agama, serta kepercayaan. Donald Wright berpendapat bahwa etika merupakan bagian dalam hampir semua keputusan yang dibuat. Dalam kaitanya dengan komunikasi, etika komunikasi membahas tentang nilai dan norma yang menjadi acuan masyarakat dalam berkomunikasi.[4] Sederhananya, etika komunikasi mengacu pada komunikasi dengan cara yang jelas, singkat, jujur, serta bertanggung jawab.[5]

Melansir dari situs Encyclopedia, etika komunikasi (communication ethics) adalah tanggung jawab etis dalam berkomunikasi, baik yang dilakukan secara langsung atau lewat teknologi komunikasi, seperti gawai dan media sosial. Jika dilihat dari latar belakang historisnya, etika komunikasi berakar dari etika jurnalisme. Karena banyaknya media komunikasi selama paruh terakhir abad ke-20, istilah etika media kadang digunakan sebagai sinonim untuk etika komunikasi[1]

Fungsi Etika Komunikasi[sunting | sunting sumber]

Sebagai Landasan Moral[sunting | sunting sumber]

Etika komunikasi membangun landasan moral antar manusia dalam merajut keberagaman hidup bermasyarakat. Misalnya berkomunikasi dengan bahasa yang baik, berperilaku sopan saat berbicara, penggunaan media sosial sesuai dengan fungsinya, dan sebagainya.

Mempermudah Proses Penyampaian Pesan[sunting | sunting sumber]

Dengan menjalankan etika komunikasi manusia akan lebih mudah dalam menyampaikan dan menerima pesan, karena bahasa yang digunakan mudah dimengerti kedua belah pihak.

Sebagai Panduan Manusia Dalam Berkomunikasi[sunting | sunting sumber]

Fungsi lain etika komunikasi ialah sebagai panduan manusia dalam menjalin komunikasi. Panduan ini meliputi penggunaan bahasa, baik komunikasi lisan maupun tertulis, hingga cara berperilaku.

Contoh Isu-Isu yang Berkaitan dengan Etika[sunting | sunting sumber]

Bisnis dan Industri[sunting | sunting sumber]

Mungkin tidak ada institusi budaya lain yang disorot dengan penuh kecurigaan dibandingkan dengan perusahaan Amerika. Perilaku tidak etis dalam korporasi telah mencapai proporsi yang tidak pernah dilihat sebelumnya. Paul Davidson (2002) menemukan bahwa perusahaan-perusahaan telah berusaha untuk menyembunyikan pengeluaran, menggunakan praktik-praktik akuntansi kreatif, dan melaksanakan pembukuan palsu, dan ini hanya beberapa dari banyak perilaku tidak etis lainnya.

Agama[sunting | sunting sumber]

Baik peradaban timur maupun barat telah menekankan etika dalam tradisi moral mereka. Contohnya, menurut taoisme, tidak ada orang yang hidup sendiri, maka dari itu empati dan pemikiran akan menuntun pada kebenaran. Bagi kaum Budha, bermoral berarti menggunakan kata-kata yang menimbulkan kedamaian dan menghindari gosip, membanggakan diri sendri, kemarahan, argumentasi, dan kebohongan. Dari sudut pandang barat, banyak isu mengenai etika berasal dari peradaban Yunani kuno. Aristoteles pertama kali mengemukakan prinsip-prinsip ‘’golden mean’’. Ia percaya bahwa nilai-nilai moral berada di antara dua keburukan dan titik tengahnya merupakan dasar bagi masyarakat yang rasional.

Dunia Hiburan[sunting | sunting sumber]

Dunia hiburan selalu menjadi perbincangan yang berkaitan dengan etika dan komunikasi. Sering kali berbagai argumentasi muncul dan ditujukan pada Hollywood: Apakah Hollywood merefleksikan masyarakat, atau apakah Hollywood membentuk masyarakat? Banyak sudut pandang muncul dalam argumentasi ini, tetapi ada dua pendapat yang menonjol. Salah satu argumentasi adalah yang tidak bermoral: film harus membantu orang untuk melepaskan diri dari realita yang sulit dan bukannya menghidupkan kembali. Pendapat kedua adalah bahwa Hollywood harus memproduksi film yang tidak menonjolkan kekerasan dan seks, sehingga semua anggota keluarga dapat menontonnya.

Teknologi[sunting | sunting sumber]

Teknologi berada di antara perdebatan etika saat ini. Bersenjatakan amendemen pertama, pendukung kebebasan berbicara mengatakan bahwa internet tidak seharusnya disensor. Mereka menekankan bahwa ukuran mengenai apa yang dianggap tidak pantas dapat berbeda-beda satu orang dengan yang lainnya dan arena sensor bersifat arbitrer. Pada tahun 2002, Pengadilan Tinggi Amerika Serikat memutuskan untuk melindungi pornografi anak-anak virtual di internet. Melihat bahwa undang-undang mengenai pornografi anak masih terlalu luas, para penegak hukum melihat bahwa melarang adanya gambar anak-anak yang dihasilkan oleh komputer merupakan hal yang tidak dapat dibenarkan. Semakin kita bergantung pada teknologi, terutama internet, isu-isu etis akan terus bermunculan. Menggunakan identitas palsu saat ‘’online’’, mengunduh, dan mengunggah materi yang telah dilindungi hak cipta, mengundang anak-anak muda bergabung ke dalam situs internet adalah contoh-contoh bagaimana teknologi akan mempengaruhi kehidupan orang di masa yang akan datang.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Putri, Vanya Karunia Mulia (2021-12-03). Putri, Vanya Karunia Mulia, ed. "Etika Komunikasi: Pengertian dan Fungsinya". Kompas.com. Diakses tanggal 2021-12-29. 
  2. ^ a b "Communication Ethics | Encyclopedia.com". www.encyclopedia.com. Diakses tanggal 2021-12-29. 
  3. ^ Sari, Afna Fitria (2020). "Etika Komunikasi (Menanamkan Pemahaman Etika Komunikasi Kepada Mahasiswa)". Journal of Education and Teaching. 1 (2): 130. 
  4. ^ "Etika Komunikasi, Etiket, Teknik, dan Implementasinya". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-29. Diakses tanggal 2021-12-29. 
  5. ^ LEWIS. "4 Basic Principles of Ethical Communications". TEAM LEWIS (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-29.