Kalisto (satelit)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kalisto)
Kalisto
Kalisto
Penemuan
Ditemukan olehGalileo Galilei
Simon Marius[1]
Tanggal penemuan7 Januari 1610[1]
Penamaan
Jupiter IV
Ciri-ciri orbit
Periapsis1 869 000 km[b]
Apoapsis1 897 000 km[a]
1 882 700 km[2]
Eksentrisitas0.007 4[2]
16,689 018 4 d[2]
Kecepatan orbit rata-rata
8,204 km/s
Inklinasi0,192° (terhadap bidang Laplace)[2]
Satelit dariJupiter
Ciri-ciri fisik
Jari-jari rata-rata
2410.3 ± 1.5 km (0.378 Bumi)[3]
7,30 × 107 km2 (0.143 Earths)[c]
Volume5,9 × 1010 km3 (0.0541 Earths)[d]
Massa1,075 938 ± 0.000 137 × 1023 kg (0.018 Earths)[3]
Massa jenis rata-rata
1,834 4 ± 0.003 4 g/cm3[3]
1,235 m/s2 (0.126 g)[e]
2.440 km/s[f]
sinkronis[3]
zero[3]
Albedo0.22 (geometrik)[4]
Suhu permukaan min. rata-rata maks.
K[4] 80 ± 5 134 ± 11 165 ± 5
5.65 (oposisi)[5]
Atmosfer
Tekanan permukaan
7,5 pbar[6]
Komposisi per volume~4 × 108 cm−3 karbon dioksida[6]
hingga 2 × 1010 cm−3 molekular oksigen(O2)[7]

Kalisto[8][9] adalah satelit planet Jupiter yang ditemukan pada tahun 1610 oleh Galileo Galilei.[1] Kalisto merupakan satelit terbesar ketiga di Tata Surya dan terbesar kedua di sistem Jupiter setelah Ganimede. Diameter Kalisto kurang lebih sekitar 99% diameter planet Merkurius, tetapi massanya hanya sekitar sepertiganya. Berdasarkan jarak, ia adalah satelit Galileo keempat dari Jupiter, dengan jari-jari orbit sekitar 1.880.000 km.[2] Satelit ini tidak ikut serta dalam resonansi orbit yang memengaruhi tiga satelit Galileo lainnya—Io, Europa, dan Ganimede—dan akibatnya tidak mengalami pemanasan pasang surut.[10] Rotasi Kalisto terkunci pasang surut terhadap Jupiter, sehingga belahan yang sama selalu menghadap ke arah Jupiter dan Jupiter tampak diam di langit Kalisto. Kalisto tidak terlalu terpengaruh oleh magnetosfer Jupiter dibanding satelit Galileo lainnya karena orbitnya yang jauh.[11]

Kalisto terdiri dari batu dan es, dengan rata-rata massa jenis sekitar 1,83 g/cm3. Senyawa di permukaan yang dideteksi dengan spektroskopi meliputi es air, karbon dioksida, silikat, dan senyawa organik. Penyelidikan yang dilakukan oleh wahana Galileo menunjukkan bahwa di Kalisto mungkin terdapat inti yang terdiri dari silikat dan samudra air di bawah permukaan dengan kedalaman lebih dari 100 km.[12][13]

Permukaan Kalisto dipenuhi oleh kawah tubrukan dan sangat tua. Tidak ada tanda-tanda terjadinya proses endogenik seperti tektonika lempeng atau vulkanisme, dan evolusi Kalisto diduga sangat dipengaruhi oleh tubrukan.[14] Ciri permukaan yang penting meliputi struktur cincin ganda, kawah tubrukan, dan serangkaian kawah (catenae) serta gawir, punggung bukit dan endapan yang terkait.[14] Dalam skala kecil, permukaannya bervariasi dan terdiri dari endapan beku yang kecil dan cerah di puncak ketinggian yang dikelilingi oleh bahan gelap di bawahnya.[4] Hal ini diduga merupakan akibat dari degradasi bentang alam yang didorong oleh sublimasi, yang didukung oleh kurangnya kawah tubrukan kecil dan keberadaan knob-knob kecil (sejenis bukit) yang diduga merupakan sisa dari proses tersebut.[15] Umur bentang alam di Kalisto masih belum diketahui.

Kalisto dikelilingi oleh atmosfer yang sangat tipis dan terdiri dari karbon dioksida,[6] (kemungkinan) oksigen molekuler,[7] dan ionosfer.[16] Satelit ini diduga terbentuk melalui proses akresi dari cakram gas dan debu yang mengelilingi Jupiter setelah pembentukannya.[17] Akibat akresi gradual dan ketiadaan pemanasan pasang surut, tidak ada cukup panas yang mampu mendiferensiasi Kalisto secara cepat. Konveksi perlahan di dalam Kalisto, yang dimulai setelah pembentukannya, mengakibatkan diferensiasi sebagian dan pembentukan samudra di bawah permukaan dengan kedalaman 100–150 km serta inti yang berbatu.[18]

Kemungkinan keberadaan samudra di Kalisto menimbulkan dugaan bahwa ada kehidupan di satelit tersebut. Namun, keadaannya dianggap tidak lebih baik dibanding Europa.[19] Berbagai wahana seperti Pioneers 10, 11, Galileo, dan Cassini telah mempelajari Kalisto. Karena tingkat radiasinya yang rendah, Kalisto dianggap sebagai pangkalan penjelajahan Jupiter yang paling tepat.[20]

Bersama Kalisto, Jupiter untuk saat ini diketahui memiliki 79 satelit.

Penemuan dan penamaan

Kalisto ditemukan oleh Galileo pada Januari 1610 bersamaan dengan tiga bulan Jupiter lainnya: Ganimede, Io, dan Europa.[1] Nama "Kalisto" (Callisto) diambil dari putri Likaon yang bernama Kalisto.[21] Nama ini diusulkan oleh Simon Marius segera setelah penemuan bulan ini.[22] Marius menghubungkan usulan ini dengan Johannes Kepler.[21] Namun, nama-nama satelit Galileo sempat tidak disukai, dan tidak banyak digunakan hingga pertengahan abad ke-20. Dalam buku astronomi awal, Kalisto disebut Jupiter IV atau "satelit keempat Jupiter.[23] Dalam penulisan ilmiah bahasa Inggris, bentuk adjektifnya adalah Callistoan,[24] dilafalkan /ˌkæl[invalid input: 'ɨ']ˈst.ən/, atau Callistan.[15]

Orbit dan rotasi

Kalisto (kiri bawah), Jupiter (kanan atas) dan Europa (di bawah dan sebelah kiri Bintik Merah Besar) dari wahana Cassini

Kalisto adalah satelit terluar di antara empat satelit Galileo. Satelit ini mengorbit dari jarak sekitar 1.880.000 km (26,3 kali jari-jari Jupiter yang besarnya 71.492 km).[2] Jari-jari orbit Kalisto lebih besar daripada jari-jari orbit Ganimede yang besarnya 1.070.000 km. Karena orbitnya yang jauh, Kalisto tidak terlibat dalam resonansi orbit antara tiga satelit Galileo lainnya (resonansi Laplace).[10]

Seperti satelit-satelit lain, rotasi Kalisto terkunci pasang surut, sehingga satu permukaan selalu menghadap Jupiter.[3] Lama hari di Kalisto (dan juga periode orbitnya) adalah 16,7 hari Bumi. Orbitnya eksentrik dan terinklinasi ke khatulistiwa Jupiter, yang juga berubah-ubah hampir secara berkala akibat perturbasi gravitasi matahari dan planet dalam skala abad. Rata-rata perubahannya adalah 0,0072–0,0076 untuk eksentrisitas dan 0,20–0,60° untuk inklinasi.[10] Variasi orbit tersebut mengakibatkan kemiringan sumbu bervariasi antara 0,4 dan 1,6°.[25]

Karena tidak turut serta dalam resonansi Laplace, Kalisto tampaknya tidak pernah mengalami pemanasan pasang surut, sehingga memengaruhi struktur dalam dan evolusi Kalisto.[26] Selain itu, akibat jaraknya yang jauh, fluks partikel bermuatan dari magnetosfer Jupiter di permukaan Kalisto juga relatif rendah—sekitar 300 kali lebih rendah dari Europa. Maka, tidak seperti satelit Galileo lainnya, iradiasi partikel bermuatan tidak banyak berpengaruh di permukaan Kalisto.[11] Tingkat radiasi di permukaan Kalisto kurang lebih 0,01 rem (0,1 mSv) per hari.[27]

Ciri-ciri fisik

Komposisi

Spektra inframerah dekat dataran berkawah gelap (merah) dan kawah Asgard (biru) menunjukkan keberadaan es air (pita serapan dari 1 hingga 2 µm)[28] dan materi yang kurang berbatu di Asgard.

Rata-rata massa jenis Kalisto adalah 1.83 g/cm3,[3] yang menunjukkan bahwa satelit tersebut terdiri dari materi berbatu dan es air, dengan beberapa es volatil tambahan seperti amonia.[12] Fraksi massa es berkisar antara 49–55%.[12][18] Komposisi bebatuan Kalisto masih belum diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan terdiri dari kondrit O tipe L/LL yang memiliki lebih sedikit besi, besi metalik, dan lebih banyak besi oksida daripada kondrit H. Rasio massa besi dengan silikon adalah 0,9—1,3 di Kalisto, sementara rasio mataharinya 1:8.[12]

Permukaan Kalisto albedonya sekitar 20%.[4] Komposisi permukaannya diduga mirip dengan komposisi secara keseluruhan. Spektroskopi inframerah dekat telah menunjukkan adanya pita serapan es air dengan panjang gelombang 1,04, 1,25, 1,5, 2,0 dan 3,0 mikrometer.[4] Es air tampaknya ada di mana saja di permukaan Kalisto, dengan fraksi massa 25–50%.[13] Analisis spektra inframerah dan UV beresolusi tinggi yang didapat oleh wahana Galileo dari permukaan telah menunjukkan keberadaan berbagai materi non-es: silikat terhidrasi yang mengandung magnesium dan besi,[4] karbon dioksida,[29] sulfur dioksida,[30] dan kemungkinan amonia serta berbagai senyawa organik.[4][13] Data spektrum menunjukkan bahwa permukaan Kalisto sangat heterogen dalam skala kecil. Wilayah es air murni yang kecil dan cerah tercampur dengan wilayah campuran es bebatuan dan wilayah gelap luas yang terdiri dari materi non-es.[4][14]

Permukaan Kalisto bersifat asimetris: belahan depannya—yang menghadap ke arah gerakan orbit[a]—lebih gelap daripada yang di belakang. Hal ini berbeda dengan satelit Galileo lainnya karena di satelit-satelit tersebut belahan depan lebih terang daripada belahan belakang.[4] Belahan belakang[a] Kalisto tampaknya kaya akan karbon dioksida, sementara belahan depannya mengandung lebih banyak sulfur dioksida.[31] Banyak kawah tubrukan baru seperti Lofn yang kaya akan karbon dioksida.[31] Secara keseluruhan, komposisi kimia permukaan, terutama wilayah yang gelap, mirip dengan asteroid tipe D[14] yang permukaannya juga kaya akan karbon.

Struktur dalam

Model struktur dalam Kalisto yang menunjukkan lapisan es permukaan, kemungkinan lapisan es air, dan inti berbatu.

Permukaan Kalisto berada di atas litosfer yang dingin, keras, dan ber-es, dengan ketebalan antara 80 hingga 150 km.[12][18] Samudra bergaram dengan kedalaman 50–200 km mungkin ada di bawah kerak,[12][18] yang ditunjukkan melalui penelitian medan magnet di sekitar Jupiter dan satelit-satelitnya.[32][33] Berdasarkan penelitian tersebut, medan magnet tidak dapat memasuki Kalisto, sehingga menunjukkan bahwa mungkin ada lapisan cairan yang sangat konduktif dengan kedalaman paling tidak 10 km.[33] Keberadaan samudra menjadi lebih mungkin bila air tersebut mengandung sedikit amonia atau antibeku lainnya.[18] Apabila hal tersebut benar, samudra ini bisa mencapai ketebalan 250–300 km.[12] Jika tidak, litosfer ber-es mungkin lebih tebal hingga mencapai 300 km.

Di bawah litosfer dan samudra yang diduga ada, wilayah dalam Kalisto tampak tidak seragam ataupun beragam. Berdasarkan data wahana Galileo[3] (terutama momen inersia yang tak berdimensi,[b] yaitu 0.3549 ± 0.0042) menunjukkan bahwa bagian dalamnya terdiri dari batu dan es, dan semakin dalam lapisan semakin banyak bebatuan.[12][34] Dalam kata lain, Kalisto hanya terdiferensiasi sebagian. Massa jenis dan momen inersia juga menunjukkan keberadaan inti bersilikat di pusat Kalisto. Jari-jari inti tersebut tidak dapat melebihi 600 km, dan massa jenisnya mungkin bervariasi antara 3.1 hingga 3.6 g/cm3.[3][12] Bagian dalam Kalisto berbeda jauh dengan Ganimede yang sangat terdiferensiasi.[13][35]

Kenampakan permukaan

Citra dataran berkawah yang diabadikan oleh wahana Galileo.

Permukaan Kalisto merupakan salah satu yang paling dipenuhi kawah di Tata Surya.[36] Nyatanya, setiap kawah baru yang terbentuk akan menghapus kawah yang lama. Geologi Kalisto sendiri sangat sederhana: tidak ada gunung, gunung berapi, atau fitur tektonik dan endogenik lainnya.[37] Kawah tubrukan dan struktur cincin ganda-serta kekar, gawir, dan endapan—adalah satu-satunya kenampakan besar yang dapat ditemui di permukaan.[14][37]

Permukaan Kalisto dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang berbeda secara geologis: dataran berkawah, dataran terang, dataran halus yang terang dan gelap, dan berbagai satuan yang terkait dengan struktur cincin ganda dan kawah tubrukan.[14][37] Dataran berkawah meliputi sebagian besar permukaan dan mewakili litosfer kuno. Dataran ini merupakan campuran antara materi ber-es dan berbatu. Sementara itu, dataran terang meliputi kawah yang terang (seperti kawah Burr dan Lofn, sisa kawah tua yang besar yang disebut palimpsest,[c] bagian tengah struktur cincin ganda, dan bagian terisolasi di dataran berkawah.[14] Dataran terang tersebut diduga merupakan endapan tubrukan yang ber-es. Dataran halus yang terang dan gelap meliputi sebagian kecil permukaan Kalisto dan dapat ditemui di punggung Valhalla dan Asgard dan tempat terisolasi di dataran berkawah. Dataran tersebut diduga diakibatkan oleh aktivitas endogenik, tetapi citra wahana Galileo yang beresolusi tinggi menunjukkan bahwa dataran halus yang terang terkait dengan medan yang penuh rekahan dan knob dan tidak menunjukkan tanda-tanda pelapisan kembali.[14] Citra wahana Galileo juga menunjukkan bahwa wilayah halus yang kecil dan gelap yang meliputi kurang dari 10.000 km2 tampaknya mengurung medan di sekitar. Kemungkinan kenampakan tersebut merupakan endapan kriovulkanik.[14] Baik dataran terang maupun halus biasanya lebih muda dan tidak terlalu berkawah bila dibandingkan dengan dataran berkawah.[14][38]

Kawah tubrukan Hár dengan kubah di tengahnya.

Diameter kawah tubrukan bervariasi antara 0,1 km hingga lebih dari 100 km, tanpa menghitung struktur cincin ganda.[14] Kawah kecil, dengan diameter kurang dari 5 km, memiliki bentuk yang seperti mangkuk. Kawah dengan diameter 5–40 km biasanya memiliki puncak di tengah. Kawah yang lebih besar, dengan diameter 25–100 km, memiliki lubang tengah (seperti kawah Tindr.[14] Kawah terbesar dengan diameter lebih dari 60 km dapat memiliki kubah pusat, yang diduga merupakan akibat dari pengangkatan tektonik setelah tubrukan;[14] contohnya meliputi kawah Doh dan Hár. Beberapa kawah yang sangat besar—diameternya lebih dari 100 km—dan kawah tubrukan cerah memiliki geometri kubah yang aneh, yang biasanya dangkal dan mungkin merupakan bentang alam transisional sebelum menjadi struktur cincin ganda. Contohnya adalah kawah Lofn.[14] Kawah Kalisto biasanya lebih dangkal daripada kawah di Bulan.

Citra kawah Valhalla yang diabadikan oleh Voyager 1.

Kenampakan tubrukan terbesar di permukaan Kalisto adalah cekungan cincin ganda.[14][37] Valhalla merupakan yang terbesar, dengan wilayah tengah yang terang dan berdiameter 600 kilometer, sementara cincinnya mencapai 1.800 kilometer dari tengah.[39] Yang terbesar kedua adalah Asgard, dengan diameter sebesar 1.600 kilometer.[39] Struktur cincin ganda kemungkinan terbentuk dari pemecahan konsentrik litosfer di lapisan materi lembut atau cair (kemungkinan samudra) setelah tubrukan.[24] Catenae—contohnya Gomul Catena—adalah rangkaian kawah tubrukan yang terjajar di garis lurus di permukaan. Kemungkinan catenae terbentuk oleh objek yang terganggu secara pasang surut ketika mendekati Jupiter sebelum menabrak Kalisto.[14] Contoh gangguan semacam itu adalah kasus Komet Shoemaker-Levy 9 yang menabrak Jupiter.

Seperti yang disebutkan di atas, potongan es air kecil dengan albedo hingga 80% dapat ditemui di permukaan Kalisto, yang dikelilingi oleh materi yang lebih gelap.[4] Citra Galileo yang beresolusi tinggi menunjukkan bahwa potongan cerah tersebut kebanyakan terletak di kenampakan permukaan yang tinggi seperti gawir, punggung bukit, dan knob.[4] Potongan tersebut tampaknya merupakan endapan beku. Bahan gelap biasanya ada di dataran rendah yang mengelilingi kenampakan terang. Potongan tersebut panjangnya dapat mencapai 5 km.[4]

Longsor sepanjang 3–3.5 km dapat dilihat di sisi kanan dasar dua kawah yang besar di sebelah kanan.

Permukaan Kalisto lebih terdegradasi dibanding permukaan satelit Galileo ber-es lainnya.[4] Walaupun jumlah kawah kecil dengan diameter kurang dari 1 km lebih sedikit bila dibandingkan dengan Ganimede,[14] Kalisto memiliki kenampakan yang disebut knob dan lubang.[4] Knob diduga merupakan sisa dari pinggir kawah yang terdegradasi oleh proses yang belum diketahui.[15] Proses yang paling mungkin menyebabkan hal tersebut adalah sublimasi es, yang dimungkinkan dalam suhu hingga 165 K.[4] Sublimasi air atau volatil lainnya menyebabkan dekomposisi. Sisa-sisa non-es membentuk longsoran yang berasal dari lereng dinding kawah.[15] Longsoran tersebut biasanya ditemui di dekat dan di dalam kawah tubrukan.[4][14][15] Kadang-kadang kawah tubrukan dipotong oleh irisan mirip lembah yang disebut "gullies", yang mirip dengan beberapa kenampakan permukaan Mars.[4] Berdasarkan hipotesis sublimasi es, bahan gelap di dataran rendah dianggap sebagai lapisan bahan non-es yang berasal dari pinggir kawah yang terdegradasi dan telah melapisi batuan dasar yang ber-es.

Umur relatif satuan permukaan yang bemacam-macam di Kalisto dapat ditentukan melalui kepadatan kawah. Semakin tua permukaan, semakin padat jumlah kawah.[40] Penanggalan absolut masih belum dilakukan, tetapi berdasarkan pertimbangan teoretis, dataran berkawah diduga berusia ~4,5 miliar tahun. Usia struktur cincin ganda dan kawah tubrukan diperkirakan antara 1 hingga 4 miliar tahun.[14][36]

Atmosfer dan ionosfer

Medan magnet terinduksi di sekitar Kalisto.

Kalisto memiliki atmosfer tipis yang terdiri dari karbon dioksida.[6] Atmosfer tersebut ditemukan oleh Near Infrared Mapping Spectrometer (NIMS) Galileo dari ciri absorpsinya dengan panjang gelombang 4,2 mikrometer. Tekanan permukaan diperkirakan sebesar 7,5  × 10−12 bar (0,75 µPa) dan massa jenis partikel 4 × 108 cm−3. Karena atmosfer tipis seperti itu akan lenyap dalam waktu 4 hari, atmosfer tersebut harus terus menerus diperbarui, sehingga kemungkinan terjadi sublimasi es karbon dioksida di kerak es Kalisto,[6] yang sesuai dengan hipotesis sublimasi-degradasi yang mencoba menjelaskan pembentukan knob permukaan.

Ionosfer Kalisto pertama kali dilacak oleh wahana Galileo;[16] massa jenis elektronnya yang besar (7–17 × 104 cm−3) tidak dapat dijelaskan melalui fotoionisasi karbon dioksida atmosfer saja. Maka dari itu, diduga atmosfer Kalisto dipenuhi oleh oksigen molekuler (kandungannya 10–100 kali lebih besar daripada CO2).[7] Namun, oksigen masih belum dilacak di atmosfer Kalisto. Pengamatan melalui Teleskop Angkasa Hubble menempatkan batas konsentrasi oksigen di atmosfer yang walaupun didasarkan pada fakta bahwa oksigen masih belum dilacak, tetapi tetap sesuai dengan pengukuran ionosfer.[41] Pada saat yang sama, Teleskop Angkasa Hubble mampu melacak oksigen terkondensasi yang terperangkap di permukaan Kalisto.[42]

Asal usul dan evolusi

Karena Kalisto hanya terdiferensiasi sebagian (yang diketahui dari, misalnya, pengukuran momen inersia), satelit tersebut tidak cukup panas untuk mencairkan komponen esnya.[18] Maka, model pembentukan Kalisto yang paling tepat adalah melalui proses akresi di anak nebula Jupiter (cakram gas dan debu yang ada di sekitar Jupiter setelah pembentukannya).[17] Akibat proses akresi yang panjang, pendinginan akan mengikuti akumulasi panas akibat tubrukan, peluruhan radioaktif, dan kontraksi, sehingga mencegah pencairan dan diferensiasi cepat.[17] Skala waktu pembentukan Kalisto berkisar antara 0,1 juta–10 juta tahun.[17]

Pemandangan knob es (ketinggian ~100 m) yang sedang terkikis (atas) dan telah terkikis (bawah), yang kemungkinan terbentuk dari pecahan (ejecta) kawah tubrukan kuno.

Evolusi Kalisto setelah akresi ditentukan oleh keseimbangan pemanasan radioaktif, pendinginan melalui konduksi panas di dekat permukaan, dan konveksi subsolidus di dalam.[26] Rincian konveksi subsolidus di es masih belum pasti. Konveksi tersebut terjadi ketika suhu mendekati titik lebur karena viskositas es bergantung kepada suhu.[43] Konveksi subsolidus di benda ber-es merupakan proses yang lambat dengan laju pergerakan es 1 sentimeter per tahun. Namun, proses ini merupakan mekanisme pendinginan yang efektif dalam jangka panjang.[43] Kemudian, proses diduga berlangsung dalam "keadaan penutup stagnan", yaitu suatu keadaan ketika lapisan luar yang dingin dan keras mengonduksi panas tanpa konveksi, sementara es di bawahnya mengonveksi dalam keadaan subsolidus.[18][43] Lapisan konduktif luar sesuai dengan litosfer yang dingin dan keras dengan ketebalan 100 km. Keberadaannya menjelaskan kurangnya aktivitas endogenik di permukaan Kalisto.[43][44] Konveksi di bagian dalam Kalisto mungkin berlapis akibat tekanan tinggi yang menyebabkan es ada dalam fase kristalin yang berbeda dari es I di permukaan hingga es VII di pusat.[26] Konveksi subsolidus awal di dalam Kalisto mungkin mencegah pencairan es berskala besar dan diferensiasi yang seharusnya membentuk inti berbatu dan mantel ber-es. Akibatnya, pemisahan dan diferensiasi sebagian berlangsung selama miliaran tahun dan mungkin masih berlanjut hingga kini.[44]

Berdasarkan pemahaman evolusi Kalisto yang ada saat ini, kemungkinan ada samudra di dalam Kalisto. Hal ini terkait dengan titik lebur es fase I yang aneh karena menurun seiring dengan meningkatnya tekanan, hingga mencapai suhu 251 K pada tekanan 2.070 bar (207 MPa).[18] Dalam semua model Kalisto, suhu di lapisan sedalam 100 hingga 200 km mendekati atau sedikit melebihi titik lebur ini.[26][43][44] Keberadaan amonia dalam jumlah kecil pun (sekitar 1–2% berat) dapat mempertahankan bentuk cair samudra tersebut karena amonia menurunkan titik lebur.[18]

Walaupun Kalisto mirip dengan Ganimede, sejarah geologis Kalisto jauh lebih sederhana. Permukaan Kalisto tampaknya dibentuk oleh tubrukan dan gaya eksogenik lainnya.[14] Tidak seperti Ganimede, bukti tidak menunjukkan berlangsungnya aktivitas tektonika lempeng di Kalisto.[13] Penjelasan yang diajukan adalah perbedaan keadaan pembentukan,[45] pemanasan pasang surut yang lebih besar di Ganimede,[46] dan tubrukan yang lebih banyak menimpa Ganimede selama Pengeboman Berat Akhir.[47][48][49] Sejarah geologi Kalisto yang relatif sederhana merupakan acuan bagi ilmuwan untuk membandingkannya dengan objek lain yang lebih aktif dan kompleks.[13]

Perbandingan ukuran Bumi, Bulan, dan Kalisto

Kemungkinan kehidupan di samudra

Seperti Europa dan Ganimede, terdapat gagasan bahwa kehidupan luar bumi mungkin ada di samudra bergaram di bawah permukaan Kalisto.[19] Namun, kondisi agar kehidupan dapat muncul tidak lebih baik daripada di Europa. Alasan utamanya adalah kurangnya kontak dengan materi berbatu dan fluks panas dari dalam Kalisto.[19] Ilmuwan Torrence Johnson mengungkapkan hal berikut ketika membandingkan kemungkinan kehidupan di Kalisto bila dibandingkan dengan satelit Galileo lainnya:[50]

Berdasarkan pertimbangan di atas dan pengamatan ilmiah lain, di antara satelit-satelit Galileo lain Europa dianggap sebagai tempat yang paling mungkin untuk mendukung kehidupan mikrobial.[19][51]

Penjelajahan

Pioneer 10 dan Pioneer 11 yang mencapai Jupiter pada awal tahun 1970-an tidak banyak memperoleh pengetahuan baru tentang Kalisto bila dibandingkan dengan pengamatan yang dilakukan dari Bumi.[4] Terobosan baru terjadi ketika Voyager 1 dan 2 melewati Kalisto pada tahun 1979–1980. Kedua wahana tersebut mengambil citra permukaan Kalisto dengan resolusi 1–2 km, dan mengukur suhu, massa, dan bentuk satelit tersebut.[4] Penjelajahan ronde kedua berlangsung dari tahun 1994 hingga 2003 ketika wahana Galileo mendekati Kalisto (pada tahun 2001 hingga mencapai 138 km di atas permukaan). Wahana pengorbit Galileo melakukan pencitraan seluruh permukaan Kalisto dan mengirimkan beberapa gambar dengan resolusi hingga 15 meter.[14] Pada tahun 2000, wahana Cassini yang sedang menuju ke Saturnus mengirimkan spektra inframerah satelit-satelit Galileo, termasuk Kalisto.[29] Pada Februari–Maret 2007, New Horizons yang sedang menuju Pluto mengirimkan gambar dan spektra baru Kalisto.[52]

Misi ke Jupiter selanjutnya adalah Jupiter Icy Moon Explorer (JUICE) yang direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2022 oleh European Space Agency (ESA).[53] Misi tersebut rencananya juga akan mendekati Kalisto.[53]

Usulan lama

Europa Jupiter System Mission (EJSM) yang merupakan program gabungan NASA/ESA direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2020 untuk menjelajahi satelit-satelit Jupiter. Pada Februari 2009, ESA/NASA mengumumkan akan memprioritaskan misi ini daripada Titan Saturn System Mission.[54] Sayangnya, kontribusi ESA di misi tersebut masih harus bersaing dengan proyek-proyek ESA lain dalam memperoleh dana.[55] EJSM terdiri dari Jupiter Europa Orbiter yang dipimpin oleh NASA, Jupiter Ganymede Orbiter yang dipimpin oleh ESA, dan kemungkinan Jupiter Magnetospheric Orbiter yang dipimpin oleh JAXA.

Kemungkinan kolonisasi

Penggambaran pangkalan di Kalisto.[56]

Pada tahun 2003, NASA melakukan penelitian konseptual yang disebut Human Outer Planets Exploration (HOPE) dengan maksud untuk menyelidiki kemungkinan penjelajahan manusia di Tata Surya Luar. Salah satu tempat yang dipertimbangkan adalah Kalisto.[20][57]

Penelitian tersebut mengusulkan pendirian pangkalan di permukaan Kalisto yang akan menghasilkan bahan bakar untuk penjelajahan Tata Surya lebih lanjut.[56] Keunggulan dari pembangunan pangkalan di Kalisto meliputi radiasi yang rendah (karena jaraknya yang jauh dari Jupiter) dan kestabilan geologis. Pangkalan tersebut dapat memfasilitasi penjelajahan Europa atau menjadi tempat pemberhentian untuk wahana yang akan pergi ke tempat yang lebih jauh dengan memanfaatkan bantuan gravitasi dari Jupiter.[20]

Laporan NASA pada Desember 2003 meyakini bahwa misi berawak ke Kalisto mungkin akan dilakukan pada tahun 2040-an.[58]

Catatan

  1. ^ a b Belahan depan adalah belahan yang menghadap ke arah gerakan orbit, belahan belakang adalah yang menghadap ke arah sebaliknya.
  2. ^ Momen inersia tak berdimensi ditulis I/(mr2), denganI adalah momen inersia, m massa, dan r jari-jari maksimal. Nilainya 0,4 untuk benda bulat seragam, tetapi kurang dari 0,4 jika massa jenisnya naik seiring dengan meningkatnya kedalaman.
  3. ^ Di satelit ber-es, palimpsest didefinisikan sebagai kenampakan permukaan yang cerah dan bulat, kemungkinan kawah tubrukan tua; lihat Greeley et al. 2000.[14]

Catatan kaki

  1. ^ a b c d Galilei, G.; Sidereus Nuncius Diarsipkan 2009-08-23 di Wayback Machine. (13 Maret 1610)
  2. ^ a b c d e f "Planetary Satellite Mean Orbital Parameters". Laboratorium Jet Propulsi, California Institute of Technology. 
  3. ^ a b c d e f g h i Anderson, J. D. (2001). "Shape, mean radius, gravity field and interior structure of Callisto". Icarus. 153: 157–161. doi:10.1006/icar.2001.6664.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Anderson 2001" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Moore, Jeffrey M. (2004). "Callisto" (PDF). Dalam Bagenal, F.; Dowling, T.E.; McKinnon, W.B. Jupiter: The planet, Satellites and Magnetosphere. Cambridge University Press. Diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 2009-03-27. Diakses tanggal 2010-11-10. 
  5. ^ "Classic Satellites of the Solar System". Observatorio ARVAL. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-25. Diakses tanggal 2007-07-13. 
  6. ^ a b c d e Carlson, R. W. (1999). "A Tenuous Carbon Dioxide Atmosphere on Jupiter's Moon Callisto" (PDF). Science. 283 (5403): 820–821. doi:10.1126/science.283.5403.820. PMID 9933159. Diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 2008-10-03. Diakses tanggal 2010-11-10.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Carlson 1999" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  7. ^ a b c Liang, M. C. (2005). "Atmosphere of Callisto" (PDF). Journal of Geophysics Research. 110: E02003. doi:10.1029/2004JE002322. Diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 2009-02-25. Diakses tanggal 2010-11-10.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Liang 2005" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  8. ^ pengucapan bahasa Inggris: [kəˈlɪstoʊ]. Dalam kamus transkripsi Amerika Serikat: kə·lĭs′·tō.
  9. ^ (Indonesia) Arti kata Kalisto dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
  10. ^ a b c Musotto, Susanna (2002). "Numerical Simulations of the Orbits of the Galilean Satellites". Icarus. 159 (2): 500–504. Bibcode:2002Icar..159..500M. doi:10.1006/icar.2002.6939. 
  11. ^ a b Cooper, John F. (2001). "Energetic Ion and Electron Irradiation of the Icy Galilean Satellites" (PDF). Icarus. 139 (1): 133–159. Bibcode:2001Icar..149..133C. doi:10.1006/icar.2000.6498. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-01-16. Diakses tanggal 2013-06-17. 
  12. ^ a b c d e f g h i Kuskov, O.L. (2005). "Internal structure of Europa and Callisto". Icarus. 177 (2): 550–369. Bibcode:2005Icar..177..550K. doi:10.1016/j.icarus.2005.04.014. 
  13. ^ a b c d e f Showman, Adam P. (1999). "The Galilean Satellites" (PDF). Science. 286 (5437): 77–84. doi:10.1126/science.286.5437.77. PMID 10506564. 
  14. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v Greeley, R. (2000). "Galileo views of the geology of Callisto". Planetary and Space Science. 48 (9): 829–853. Bibcode:2000P&SS...48..829G. doi:10.1016/S0032-0633(00)00050-7. 
  15. ^ a b c d e Moore, Jeffrey M. (1999). "Mass Movement and Landform Degradation on the Icy Galilean Satellites: Results of the Galileo Nominal Mission". Icarus. 140 (2): 294–312. Bibcode:1999Icar..140..294M. doi:10.1006/icar.1999.6132. 
  16. ^ a b Kliore, A. J. (2002). "Ionosphere of Callisto from Galileo radio occultation observations". Journal of Geophysics Research. 107 (A11): 1407. Bibcode:2002JGRA.107kSIA19K. doi:10.1029/2002JA009365. 
  17. ^ a b c d Canup, Robin M. (2002). "Formation of the Galilean Satellites: Conditions of Accretion" (PDF). The Astronomical Journal. 124 (6): 3404–3423. Bibcode:2002AJ....124.3404C. doi:10.1086/344684. 
  18. ^ a b c d e f g h i Spohn, T. (2003). "Oceans in the icy Galilean satellites of Jupiter?" (PDF). Icarus. 161 (2): 456–467. Bibcode:2003Icar..161..456S. doi:10.1016/S0019-1035(02)00048-9. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-02-27. Diakses tanggal 2013-06-17. 
  19. ^ a b c d Lipps, Jere H. (2004). "Astrobiology of Jupiter's Icy Moons" (PDF). Proc. SPIE. 5555: 10. doi:10.1117/12.560356. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-08-20. Diakses tanggal 2013-06-18. 
  20. ^ a b c Trautman, Pat (2003). "Revolutionary Concepts for Human Outer Planet Exploration (HOPE)" (PDF). NASA. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-01-19. Diakses tanggal 2013-06-18. 
  21. ^ a b "Satellites of Jupiter". The Galileo Project. Diakses tanggal 2007-07-31. 
  22. ^ Marius, S. (1614). Mundus Iovialis anno M.DC.IX Detectus Ope Perspicilli Belgici. 
  23. ^ Barnard, E. E. (1892). "Discovery and Observation of a Fifth Satellite to Jupiter". Astronomical Journal. 12: 81–85. Bibcode:1892AJ.....12...81B. doi:10.1086/101715. 
  24. ^ a b Klemaszewski, J.A. (2001). "Geological Evidence for an Ocean on Callisto" (PDF). Lunar and Planetary Science XXXI. hlm. 1818. 
  25. ^ Bills, Bruce G. (2005). "Free and forced obliquities of the Galilean satellites of Jupiter". Icarus. 175 (1): 233–247. Bibcode:2005Icar..175..233B. doi:10.1016/j.icarus.2004.10.028. 
  26. ^ a b c d Freeman, J. (2006). "Non-Newtonian stagnant lid convection and the thermal evolution of Ganymede and Callisto" (PDF). Planetary and Space Science. 54 (1): 2–14. Bibcode:2006P&SS...54....2F. doi:10.1016/j.pss.2005.10.003. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-08-24. Diakses tanggal 2013-06-18. 
  27. ^ Frederick A. Ringwald (2000-02-29). "SPS 1020 (Introduction to Space Sciences)". California State University, Fresno. Archived from the original on 2009-09-20. Diakses tanggal 2009-07-04. 
  28. ^ Clark, R. N. (1981-04-10). "Water frost and ice: the near-infrared spectral reflectance 0.65–2.5 μm". Journal of Geophysical Research. 86 (B4): 3087–3096. Bibcode:1981JGR....86.3087C. doi:10.1029/JB086iB04p03087. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-06. Diakses tanggal 2010-03-03. 
  29. ^ a b Brown, R. H. (2003). "Observations with the Visual and Infrared Mapping Spectrometer (VIMS) during Cassini's Flyby of Jupiter". Icarus. 164 (2): 461–470. Bibcode:2003Icar..164..461B. doi:10.1016/S0019-1035(03)00134-9. 
  30. ^ Noll, K.S. (1996). "Detection of SO2 on Callisto with the Hubble Space Telescope" (PDF). Lunar and Planetary Science XXXI. hlm. 1852. 
  31. ^ a b Hibbitts, C.A. (1998). "Distributions of CO2 and SO2 on the Surface of Callisto" (PDF). Lunar and Planetary Science XXXI. hlm. 1908. 
  32. ^ Khurana, K. K. (1998). "Induced magnetic fields as evidence for subsurface oceans in Europa and Callisto" (PDF). Nature. 395 (6704): 777–780. Bibcode:1998Natur.395..777K. doi:10.1038/27394. PMID 9796812. 
  33. ^ a b Zimmer, C. (2000). "Subsurface Oceans on Europa and Callisto: Constraints from Galileo Magnetometer Observations" (PDF). Icarus. 147 (2): 329–347. Bibcode:2000Icar..147..329Z. doi:10.1006/icar.2000.6456. 
  34. ^ Anderson, J. D. (1998). "Distribution of Rock, Metals and Ices in Callisto" (PDF). Science. 280 (5369): 1573–1576. Bibcode:1998Sci...280.1573A. doi:10.1126/science.280.5369.1573. PMID 9616114. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-09-26. Diakses tanggal 2013-06-17. 
  35. ^ Sohl, F. (2002). "Implications from Galileo Observations on the Interior Structure and Chemistry of the Galilean Satellites". Icarus. 157 (1): 104–119. Bibcode:2002Icar..157..104S. doi:10.1006/icar.2002.6828. 
  36. ^ a b Zahnle, K. (1998). "Cratering Rates on the Galilean Satellites" (PDF). Icarus. 136 (2): 202–222. Bibcode:1998Icar..136..202Z. doi:10.1006/icar.1998.6015. PMID 11878353. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-02-27. Diakses tanggal 2013-06-18. 
  37. ^ a b c d Bender, K. C.; Rice, J. W.; Wilhelms, D. E.; Greeley, R. (1997). "Geological map of Callisto". U.S. Geological Survey. 
  38. ^ Wagner, R. (March 12–16, 2001). "Fractures, Scarps, and Lineaments on Callisto and their Correlation with Surface Degradation" (PDF). 32nd Annual Lunar and Planetary Science Conference. 
  39. ^ a b Controlled Photomosaic Map of Callisto JC 15M CMN (Peta) (edisi ke-2002). U.S. Geological Survey. 
  40. ^ Chapman, C.R. (1997). "Populations of Small Craters on Europa, Ganymede, and Callisto: Initial Galileo Imaging Results" (PDF). Lunar and Planetary Science XXXI. hlm. 1221. 
  41. ^ Strobel, Darrell F. (2002). "Hubble Space Telescope Space Telescope Imaging Spectrograph Search for an Atmosphere on Callisto: a Jovian Unipolar Inductor". The Astrophysical Journal. 581 (1): L51–L54. Bibcode:2002ApJ...581L..51S. doi:10.1086/345803. 
  42. ^ Spencer, John R. (2002). "Condensed O2 on Europa and Callisto" (PDF). The Astronomical Journal. 124 (6): 3400–3403. Bibcode:2002AJ....124.3400S. doi:10.1086/344307. 
  43. ^ a b c d e McKinnon, William B. (2006). "On convection in ice I shells of outer Solar System bodies, with detailed application to Callisto". Icarus. 183 (2): 435–450. Bibcode:2006Icar..183..435M. doi:10.1016/j.icarus.2006.03.004. 
  44. ^ a b c Nagel, K.a (2004). "A model for the interior structure, evolution, and differentiation of Callisto". Icarus. 169 (2): 402–412. Bibcode:2004Icar..169..402N. doi:10.1016/j.icarus.2003.12.019. 
  45. ^ Barr, A. C. (2008-08-03). "Constraints on gas giant satellite formation from the interior states of partially differentiated satellites". Icarus. 198 (1): 163–177. Bibcode:2008Icar..198..163B. doi:10.1016/j.icarus.2008.07.004. 
  46. ^ Showman, A. P. (1997-03). "Tidal evolution into the Laplace resonance and the resurfacing of Ganymede". Icarus. 127 (1): 93–111. Bibcode:1997Icar..127...93S. doi:10.1006/icar.1996.5669. 
  47. ^ Baldwin, E. (2010-01-25). "Comet impacts explain Ganymede-Callisto dichotomy". Astronomy Now. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-30. Diakses tanggal 2010-03-01. 
  48. ^ Barr, A. C. (March 2010). "Origin of the Ganymede/Callisto dichotomy by impacts during an outer solar system late heavy bombardment" (PDF). 41st Lunar and Planetary Science Conference (2010). Houston. Diakses tanggal 2010-03-01. 
  49. ^ Barr, A. C. (2010-01-24). "Origin of the Ganymede–Callisto dichotomy by impacts during the late heavy bombardment". Nature Geoscience. 3 (March 2010): 164–167. Bibcode:2010NatGe...3..164B. doi:10.1038/NGEO746. 
  50. ^ Phillips, T. (1998-10-23). "Callisto makes a big splash". Science@NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-12-29. Diakses tanggal 2013-06-18. 
  51. ^ François, Raulin (2005). "Exo-Astrobiological Aspects of Europa and Titan: from Observations to speculations" (PDF). Space Science Reviews. 116 (1–2): 471–487. Bibcode:2005SSRv..116..471R. doi:10.1007/s11214-005-1967-x. [pranala nonaktif permanen]
  52. ^ Morring, F. (2007-05-07). "Ring Leader". Aviation Week & Space Technology: 80–83. 
  53. ^ a b "Esa selects 1bn-euro Juice probe to Jupiter". BBC News Online. 2 May 2012. Diakses tanggal 2012-05-02. 
  54. ^ Rincon, Paul (2009-02-20). "Jupiter in space agencies' sights". BBC News. Diakses tanggal 2009-02-20. 
  55. ^ "Cosmic Vision 2015–2025 Proposals". ESA. 2007-07-21. Diakses tanggal 2009-02-20. 
  56. ^ a b "Vision for Space Exploration" (PDF). NASA. 2004. 
  57. ^ Troutman, Patrick A. (28 January 2003). "Revolutionary Concepts for Human Outer Planet Exploration (HOPE)". American Institute of Physics Conference Proceedings. 654: 821–828. doi:10.1063/1.1541373. 
  58. ^ "High Power MPD Nuclear Electric Propulsion (NEP) for Artificial Gravity HOPE Missions to Callisto" (PDF). NASA. 2003. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-07-02. Diakses tanggal 2013-06-18. 

Pranala luar