Wayang beber: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Kembangraps (bicara | kontrib)
Baris 16: Baris 16:
==Koleksi==
==Koleksi==
[[Berkas:KITLV 3956 - Kassian Céphas - Wayang beber performance of the desa Gelaran at the home of Dr. Wahidin Soedirohoesoedo at Yogyakarta - Around 1902.tif|jmpl|Pertunjukan wayang beber Gunungkidul (l.k. 1902) di rumah dokter [[Wahidin Sudirohusodo|Wahidin]] di Yogyakarta.]]
[[Berkas:KITLV 3956 - Kassian Céphas - Wayang beber performance of the desa Gelaran at the home of Dr. Wahidin Soedirohoesoedo at Yogyakarta - Around 1902.tif|jmpl|Pertunjukan wayang beber Gunungkidul (l.k. 1902) di rumah dokter [[Wahidin Sudirohusodo|Wahidin]] di Yogyakarta.]]
Salah satu wayang beber tertua ditemukan di Dukuh Karangtalun, Desa [[Gedompol, Donorojo, Pacitan]] yang dibuat di atas [[daluang]] yang besar buatan [[Ponorogo]].<ref name="goid" /><ref>{{Cite web|url=https://pacitanisti.wordpress.com/tentang/sejarah/wayang-beber-donorojo/|title=Wayang Beber Donorojo|date=|last=|first=|website=pacitanisti.wordpress.com|access-date=26 Maret 2020}}</ref> Wayang ini dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat luhur yang harus dipelihara. Selain di Pacitan, juga diketahui terdapat koleksi di Dusun Gelaran, Desa [[Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul]], yang masih menyimpan dan memainkan wayang beber ini.<ref>{{cite web |url=http://lifestyle.kontan.co.id/news/wayang-beber-di-bentara-budaya-jakarta |title=Wayang Beber di Bentara Budaya Jakarta |author=Uji Agung Santosa/BBJ |date=Selasa, 27 Maret 2012 |work= |publisher=Kontan.co.id |accessdate=20 May 2012}}</ref> Cerita yang ada pada dua lokasi penyimpanan ini adalah cerita Panji (Panji Jaka Kembang Kuning di Pacitan dan Panji Remeng Mangunwijaya di Gunungkidul)<ref name=":0" />.
Ada dua koleksi wayang beber pusaka yang dikoleksi secara partikelir oleh keturunan dalang. Yang pertama adalah salah satu wayang beber tertua yang dipelihara di Dukuh Karangtalun, Desa [[Gedompol, Donorojo, Pacitan|Gedompol, Donorojo, Pacitan. Wayang ini]] dibuat di atas [[daluang]] yang besar buatan [[Ponorogo]]<ref name="goid" /><ref>{{Cite web|url=https://pacitanisti.wordpress.com/tentang/sejarah/wayang-beber-donorojo/|title=Wayang Beber Donorojo|date=|last=|first=|website=pacitanisti.wordpress.com|access-date=26 Maret 2020}}</ref> dan dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat leluhur yang harus dipelihara. Selain di Pacitan, koleksi kedua dipelihara di Dusun Gelaran, Desa [[Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul]].<ref>{{cite web |url=http://lifestyle.kontan.co.id/news/wayang-beber-di-bentara-budaya-jakarta |title=Wayang Beber di Bentara Budaya Jakarta |author=Uji Agung Santosa/BBJ |date=Selasa, 27 Maret 2012 |work= |publisher=Kontan.co.id |accessdate=20 May 2012}}</ref> Cerita yang diangkat adalah cerita Panji ("Panji Jaka Kembang Kuning" di Pacitan dan "Panji Remeng Mangunjaya" di Gunungkidul)<ref name=":0" />.


Menurut Kitab Sastro Mirudo, wayang beber dibuat pada tahun 1283, dengan Condro Sengkolo ''Gunaning Bujonggo Nembah Ing Dewo'' (1283), Kemudian dilanjutkan oleh Putra Prabu Bhre Wijaya, Raden Sungging Prabangkara, dalam pembuatan wayang beber.{{fact}}
Menurut Kitab Sastro Mirudo, wayang beber dibuat pada tahun 1283, dengan Condro Sengkolo ''Gunaning Bujonggo Nembah Ing Dewo'' (1283), Kemudian dilanjutkan oleh Putra Prabu Bhre Wijaya, Raden Sungging Prabangkara, dalam pembuatan wayang beber.{{fact}}

Revisi per 5 Agustus 2020 16.14

Wayang beber menampilkan adegan pertempuran. Koleksi Istana Mangkunagaran.


Wayang beber adalah seni pertunjukan wayang yang penyajiannya diwujudkan dalam bentangan (Jawa: bèbèran, han.: ꦧꦺꦧꦺꦂꦫꦤ꧀​) lembaran kertas atau kain bergambar dengan stilisasi wayang (kulit) disertai narasi oleh seorang dalang. Pertunjukan wayang beber muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra-Islam, tetapi terus berlanjut hingga masa kerajaan-kerajaan Islam (seperti Kesultanan Mataram). Cerita yang ditampilkan diambil dari Mahabharata maupun Ramayana.[1] Setelah Islam menjadi agama utama di Jawa, cerita-cerita Panji lebih banyak yang ditampilkan[2].

Riwayat

Gulungan wayang beber.

Catatan asing pertama mengenai pertunjukan ini dilaporkan oleh Ma Huan dan Fei Xin dalam kitab Ying-Yai-Sheng-Lan[2]. Kitab tersebut menceritakan kunjungan Cheng Ho ke Jawa pada sekitar tahun 1413-1415 (masa kerajaan Majapahit dipimpin oleh Wikramawardhana, anak Hayam Wuruk). Mereka menyaksikan orang-orang berkerumun mendengarkan seseorang bercerita mengenai gambar-gambar yang ditampilkan pada lembaran kertas yang sebagian tergulung. Pencerita memegang sebilah kayu yang dipakai untuk menunjuk gambar-gambar yang terdapat pada lembaran tersebut. Praktik semacam itu masih sama seperti pertunjukan wayang beber di masa-masa kemudian. Namun demikian, menurut penuturan dari kalangan pujangga Jawa, wayang beber diawali dari masa Kerajaan Pajajaran[2].

Gambar-gambar adegan pewayangan dilukiskan pada lembaran kain atau deluwang, setiap lembar berisi beberapa adegan (disebut (pe)jagong) sesuai dengan urutan cerita. Gambar-gambar ini dimainkan dengan cara "dibeber", yaitu membuka gulungan sesuai adegan satu per satu. Dalang bercerita mengenai hal-hal terkait dengan adegan yang ditampilkan, termasuk dialog.

Konon oleh Walisanga, di antaranya adalah Sunan Kalijaga, wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi wayang kulit dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamen yang dikenal sekarang, karena ajaran Islam tidak menganjurkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung serta menambahkan Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal sekarang.

Koleksi

Pertunjukan wayang beber Gunungkidul (l.k. 1902) di rumah dokter Wahidin di Yogyakarta.

Ada dua koleksi wayang beber pusaka yang dikoleksi secara partikelir oleh keturunan dalang. Yang pertama adalah salah satu wayang beber tertua yang dipelihara di Dukuh Karangtalun, Desa Gedompol, Donorojo, Pacitan. Wayang ini dibuat di atas daluang yang besar buatan Ponorogo[1][3] dan dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat leluhur yang harus dipelihara. Selain di Pacitan, koleksi kedua dipelihara di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul.[4] Cerita yang diangkat adalah cerita Panji ("Panji Jaka Kembang Kuning" di Pacitan dan "Panji Remeng Mangunjaya" di Gunungkidul)[2].

Menurut Kitab Sastro Mirudo, wayang beber dibuat pada tahun 1283, dengan Condro Sengkolo Gunaning Bujonggo Nembah Ing Dewo (1283), Kemudian dilanjutkan oleh Putra Prabu Bhre Wijaya, Raden Sungging Prabangkara, dalam pembuatan wayang beber.[butuh rujukan]

Referensi

  1. ^ a b "Kisah Wayang Beber, Wayang Tertua di Indonesia". Indonesia.go.id. 8 April 2019. Diakses tanggal 26 Maret 2020. 
  2. ^ a b c d Maharsi, Indiria (2013). "Wayang Beber yang Tidak Pernah Lagi Digeber". Adiluhung (2): 34–37. 
  3. ^ "Wayang Beber Donorojo". pacitanisti.wordpress.com. Diakses tanggal 26 Maret 2020. 
  4. ^ Uji Agung Santosa/BBJ (Selasa, 27 Maret 2012). "Wayang Beber di Bentara Budaya Jakarta". Kontan.co.id. Diakses tanggal 20 May 2012. 

Pranala luar