Potorono, Banguntapan, Bantul: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Hudha.nurhani (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Hudha.nurhani (bicara | kontrib)
Baris 52: Baris 52:


Secara Geografis terletak diantara 110 25’ 52” BT dan 7 50’56 ”LS , atau sebelah tenggara [[Kota Yogyakarta]] dengan jarak 9 Km dari pusat Kota Yogyakarta.
Secara Geografis terletak diantara 110 25’ 52” BT dan 7 50’56 ”LS , atau sebelah tenggara [[Kota Yogyakarta]] dengan jarak 9 Km dari pusat Kota Yogyakarta.
Di bagian tengah wilayah desa dilewati oleh Sungai Mruwe yang debit airnya cukup besar, stabil, dan digunakan untuk keperluan irigasi Pertanian, rumah tangga, serta budidaya perikanan pada daerah sekitarnya. Selain itu, di tepi Sungai Mruwe, tepatnya di Pedukuhan Salakan, terdapat Embung Desa Potorono. Embung Desa Potorono ini juga dijadikan sebagai objek wisata dan cukup banyak wisatawan yang datang karena mudah dijangkau.
Di bagian tengah wilayah desa dilewati oleh Sungai Mruwe yang debit airnya cukup besar, stabil, dan digunakan untuk keperluan irigasi Pertanian, rumah tangga, serta budidaya perikanan pada daerah sekitarnya. Selain itu, di tepi Sungai Mruwe, tepatnya di Pedukuhan Salakan, terdapat Wanadesa (hutan) dan Telaga Desa Potorono. Wanadesa dan Telaga Desa Potorono ini juga dijadikan sebagai objek wisata dan cukup banyak wisatawan yang datang karena mudah dijangkau.


{{Banguntapan, Bantul}}
{{Banguntapan, Bantul}}

Revisi per 24 Oktober 2018 02.20

Potorono
Negara Indonesia
ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta
KabupatenBantul
KecamatanBanguntapan
Kode pos
55196
Kode Kemendagri34.02.12.2006

Potorono (bahasa Jawa: Patarana) adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.


Sejarah Desa

Desa Potorono dibentuk pada tahun 1946, nama Potorono merupakan pemberian dari lurah pertama H.M. Chamim. Potorono merupakan wilayah Kapanewon Gondowulung. Desa Potorono sendiri pada awalnya terdiri dari 3 kelurahan/kring, yaitu:

  1. Kelurahan mayungan, lurahnya Yoso
  2. Kelurahan mertosnanwetan, lurahnya Sastro Tinoyo
  3. Kelurahan balong, lurahnya Mangun Suwarno

Masing-masing Kelurahan lama berdiri pada tahun 1918, pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda dipimpin oleh seorang Iurah saja tanpa perangkat/pembantu. Pada tahun 1922 mengalami penyempurnaan lurah telah mempunyai/dilengkapi dengan perangkatnya kelurahan yakni, Carik, Jogoboyo, Sosial, Ulu-ulu dan Modin

Dari 3 (tiga) kelurahan/kring tersebut, pada tahun 1946 digabung menjadi satu dengan nama Potorono, yang diambil nama Potorono karena Potorono merupakan wilayah pedukuhan kelurahan Iama yang tertua (Kelurahan Mayungan). Adapun susunan perangkat desa sebagai berikut.

  1. Lurah : H.M. Chamim (Kelurahan Mayungan)
  2. Carik : H. Djuwaeni (Kelurahan Mertosananwetan)
  3. Jogoboyo : Cipto (Kelurahan Mayungan)
  4. Sosial : Sastro Tinoyo (Kelurahan Mertosananwetan)
  5. Ulu-Ulu : Marto Wiyono (Kelurahan Mertosananwetan)
  6. Modin : H.M. Daldiri (Kelurahan Mertosananwetan)

Enam Orang personil itulah cikal bakal pamong pertama Desa Potorono dengan Balai Desa di rumah H.M. Chamim dan kemudian pindah ke Balai Desa. Dilengkapi pula dengan Dewan Kelurahan (sekarang BPD) yang diketuai Idris (Kelurahan Mayungan). Aturan kala itu untuk status pejabat Lurah Desa di Wilayah Potorono mempunyai masa jabatan seumur hidup.

Pada masa bhakti ke 33 Tahunnya, H.M. Chamim meninggal dan mengakhiri masa jabatannya sebagai lurah Desa Potorono pada Tahun 1979 yang kemudian posisinya digantikan sementara oleh Bagian Sosial yaitu Sastro Tinoyo. Setelah 4 tahun pucuk pimpinan Kelurahan Potorono diisi oleh bagian Sosial, akhirnya dilaksanakan kembali pemilihan lurah yang baru. Terpilihnya H.M. Suhardi Sanani secara otomatis namanya tercatat menjadi lurah ke-2 Desa Potorono serta membawa Potorono dalam periode yang baru di bawah kepemimpinannya.

Pedukuhan

Wilayah Desa terdiri dari 9 pedukuhan, yaitu:

  1. Pedukuhan Potorono
  2. Pedukuhan Salakan
  3. Pedukuhan Prangwedanan
  4. Pedukuhan Nglaren
  5. Pedukuhan Mertosanan Wetan
  6. Pedukuhan Condrowangsan
  7. Pedukuhan Mertosanan Kulon
  8. Pedukuhan Balong lor
  9. Pedukuhan Banjardadap

Batas Wilayah

  1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sendangtirto, Berbah, Sleman.
  2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul.
  3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Jambidan, Banguntapan, Bantul.
  4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Baturetno dan Desa Wirokerten, Banguntapan, Bantul.

Iklim dan Geografis

Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah. Komponen pembentuk iklim terdiri dari curah hujan dan temperatur. Seperti kondisi di Kabupaten Bantul pada umumnya, Desa Potorono mengalami dua musim yaitu musim kemarau (April – Oktober) dan musim penghujan (Oktober-April).

Secara Geografis terletak diantara 110 25’ 52” BT dan 7 50’56 ”LS , atau sebelah tenggara Kota Yogyakarta dengan jarak 9 Km dari pusat Kota Yogyakarta. Di bagian tengah wilayah desa dilewati oleh Sungai Mruwe yang debit airnya cukup besar, stabil, dan digunakan untuk keperluan irigasi Pertanian, rumah tangga, serta budidaya perikanan pada daerah sekitarnya. Selain itu, di tepi Sungai Mruwe, tepatnya di Pedukuhan Salakan, terdapat Wanadesa (hutan) dan Telaga Desa Potorono. Wanadesa dan Telaga Desa Potorono ini juga dijadikan sebagai objek wisata dan cukup banyak wisatawan yang datang karena mudah dijangkau.