Lompat ke isi

Eryx (Sisilia)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Eryx (bahasa Yunani: Ἔρυξ, translit. Éryx)[1][2] adalah sebuah kota kuno dan sebuah gunung yang terletak di bagian barat Sisilia, suatu tempat yang bernama Erice modern sekarang. Kota ini berlokasi sekitar 10 km dari Drepana (Trapani modern) dan berjarak 3 km dari garis pantai.

Cyclopean masonry

Gunung Eryx

[sunting | sunting sumber]

Gunung[3] yang terletak di kota tersebut saat ini bernama Monte Erice yang puncak gunungnya terisolasi penuh. Gunung Eryx menjulang di tengah bidang luas yang bergelombang sehingga menyebabkan ketinggiannya tampak lebih tinggi dari ketinggian sebenarnya. Hal ini menyebabkan pada zaman kuno gunung tersebut dianggap sebagai puncak yang paling tinggi diseluruh pulau di sebelah Aetna,[4] meskipun ketinggian gunung tersebut tidak melebihi 2.184 kaki (666 meter).[5] Oleh karenanya, gunung tersebut dirujuk oleh Virgil dan penyair latin lainnya sebagai gunung dengan urutan terbesar pertama yang dikaitkan dengan Athos, Aetna dan lain-lain.[6] Di puncak gunung tersebut berdiri sebuah kuil terkenal Venus atau Afrodit yang menurut legenda sekarang didirikan oleh Aineias,[7] di mana sang dewi memperoleh nama keluarga Venus Erycina yang juga dirujuk oleh penyair-penyair latin.[8]

Legenda lainnya yang diikuti oleh Diodorus, yang menurut anggapannya bahwa pendirian kuil dan kota tersebut, berasal dari eponim seorang hero bernama Eryx,[9] yang diriwayatkan telah menerima kunjungan Herkules dalam lawatannya ke Sisilia, kemudian bertarung dengan hero tersebut dalam sebuah pertandingan gulat dan berhasil menaklukkan Herkules. Eryx adalah anak dari Afrodit dan Butes, seorang raja dari suatu negeri, oleh karenanya ia berulangkali disinggung oleh Virgil sebagai saudara laki-laki Aeneas, meskipun penyair tersebut tidak merujuk kepadanya sebagai pendiri kota.[10] Legenda yang menghubungkannya dengan Aeneas dan seorang pemimpin Troya yang bernama Elymus, pada kenyataannya menunjuk pada apa yang dipelajari dari Thukidides (460–395 SM) sebagai fakta sejarah bahwa Eryx dan Segesta adalah kota Elimia, suku Sisilia yang diwakili oleh hampir semua penulis-penulis kuno sebagai keturunan Troya.[11]

Namun, versi lain juga diungkap oleh Apollonius dari Rodos dalam wiracarita Argonautika. Dalam hal ini Butes adalah seorang Argonaut dari Athena yang jatuh ke laut saat mendengarkan Siren. Ia diselamatkan karena Cypris (Afrodit) memiliki belas kasihan terhadapnya. Kemudian Butes dibawanya ke Eryx, di mana ia memerintah dan menempatkannya di tanjung Lilybaeum.[12]

Pemukiman asli

[sunting | sunting sumber]

Eryx sepertinya tidak pernah menerima koloni Yunani, tetapi secara bertahap menjadi Helenisasi seperti kebanyakan dan sebagian besar kota-kota lain di Sisilia, meskipun Thukidides masih berbicara tentang Elimia, termasuk masyarakat Eryx dan Segesta sebagai orang-orang barbar. Tidak ada yang dapat diketahui tentang sejarahnya sebelum periode tersebut, tetapi tampaknya mungkin sebagian besar mengikuti jejak kota Segesta yang lebih kuat, kemudian setelah kegagalan Ekspedisi Athena, Eryx menjadi sekutu yang bergantung pada Kartago.

Koloni Punik

[sunting | sunting sumber]

Pada 406 SM, terjadi pertempuran laut antara Kartago dan Sirakusa disekitar Eryx, di mana pertempuran tersebut dimenangkan oleh Sirakusa.[13] Dalam suatu ekspedisi besar Dionysius I dari Sirakusa ke wilayah barat Sisilia tahun 397 SM, Eryx adalah salah satu kota yang bergabung dengan Sirakusa yang lalim, beberapa saat sebelum pengepungan Motya, tetapi kota tersebut dengan cepat dipulihkan oleh Himilco pada tahun berikutnya.[14] Kemudian kota tersebut jatuh lagi ke tangan Dionysius sesaat sebelum kematiannya,[15] lalu kembali dipulihkan oleh Kartago dan tetap dibawah kekuasaannya hingga ekspedisi Pyrrhos (278 SM). Pada saat itu, kota tersebut diduduki oleh garnisun yang kuat, dikombinasikan dengan kekuatan posisinya secara geografis (alami) yang memungkinkannya melawan perlawanan yang kuat dari raja Epiros. Namun, akhirnya kota tersebut berhasil diambil alih oleh Pyrrhos yang memimpin sendiri serangan terhadap kota tersebut dan mengambil kesempatan untuk menunjukkan kehebatan dirinya sebagai keturunan Herakles.[16]

Pada Perang Punik I (264–241 SM), diriwayatkan bahwa Eryx telah kembali ke tangan Kartago dan pada 260 SM, seorang Jenderalnya yang bernama Hamilcar, menghancurkan kota dan memindahkan penduduknya ke tanjung Drepanum yang berdekatan dengan Eryx, di mana ia mendirikan kota dengan nama tersebut.[17] Sementara kota Eryx tidak sepenuhnya kosong, selama beberapa tahun kemudian, diriwayatkan bahwa seorang konsul Romawi yang bernama L. Junius secara mengejutkan menguasai kuil dan kota.[18] Di mana sebelumnya kota Eryx telah dibentengi dengan baik dan berada di puncak gunung yang merupakan pos militer dengan kekuatan besar. Oleh karenanya, kemungkinan Hamilcar Barca yang secara tiba-tiba meninggalkan posisi yang telah lama dikuasainya di gunung Ercte lalu memindahkan pasukannya ke Eryx, sebagai benteng yang tidak mudah untuk ditembus. Namun, garnisun Romawi berhasil menentang semua usahanya. Sementara itu, Hamilcar yang masih mempertahankan posisinya di Eryx dan memindahkan penduduk yang tersisa ke Drepanum, walaupun diblokade oleh pasukan Romawi di kaki gunung, ia mempertahankan komunikasinya melalui jalur laut, sehingga ia terpaksa meninggalkan Eryx dan Drepanum, ketika kemenangan besar Angkatan Laut Gaius Lutatius Catulus atas Kartago, memaksa orang-orang menuntut perdamaian pada 241 SM.[19]

Sejarah selanjutnya

[sunting | sunting sumber]

Sejak saat itu, kota Eryx tenggelam dalam ketidakberartian dan bahkan mungkin diragukan apakah kota tersebut pernah dipulihkan. Sejarawan Cicero (106-43 SM) menyinggung tentang kuil, tetapi tidak pernah memperhatikan kotanya. Kemudian sejarawan Strabo mengutarakan sepertinya pada zamannya, kota tersebut hampir tidak berpenghuni. Nyatanya Plinius menyebutkan Erycini berada di antara masyarakat kota di Sisilia, tetapi situasi yang disebutkan oleh Tacitus, bahwa orang-orang Segesta yang mengajukan permohonan kepada Tiberius untuk melakukan pemugaran kuil, tampaknya menandakan bahwa tempat suci tersebut menjadi tanggungan kota di Segesta.[20] Selanjutnya, tidak ada keberadaan jejak kota Eryx ditemukan. Penduduk yang tersisa sepertinya telah menetap di puncak bukit, di mana kota modern Erice telah berkembang di lokasi kuil. Tidak tampak keberadaaan sisa-sisa kota kuno yang dapat terlihat, tetapi tampaknya saat ini kota tersebut menempati situs yang sekarang ditandai sebagai Biara Santa Anna, sekitar setengah perjalanan menuruni gunung.[21]

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kuil umumnya dihubungkan oleh legenda populer dengan pemukiman Troya di wilayah bagian Sisilia ini. Jika terdapat nilai yang dapat dikaitkan dengan tradisi-tradisi tersebut, maka tradisi tersebut merupakan tempat pemujaan kuno Pelasgoi, bukan asal Fenisia, seperti yang diperkirakan oleh para penulis. Bahkan para penulis yang menyatakannya, kuil tersebut didirikan sebelum zaman Aeneas yang mengisahkan bahwa kuil tersebut pernah dikunjungi oleh hero dan menghiasinya dengan megah.[22] Sudah pasti bahwa tempat suci memiliki peruntungan yang baik untuk dianggap sebagai tempat pemujaan yang sama oleh Bangsa Fenisia, Kartago, Yunani dan Romawi. Sejak ekspedisi Athena ke Sisilia (415 SM), diketahui dari Thukidides bahwa tempat tersebut kaya akan bejana persembahan emas dan perak yang digunakan oleh Bangsa Segestan untuk memperdayai utusan Athena agar percaya terhadap kekayaan mereka.[23] Bangsa Kartago tampaknya telah mengenali Venus Erycina dengan dewi Fenisia Astarte, oleh sebab itu mereka pun memujanya, sementara Bangsa Romawi selain memuja sang dewi, juga memuja kuilnya karena hubungan mereka dengan Aeneas. Mereka tidak dapat mencegah tentara bayaran mereka orang-orang Galia yang menjarah kuil pada saat ditangkap oleh Junius,[9] tetapi hal ini sepertinya menjadi satu-satunya kehilangan yang diderita dan kerugiannya dapat dengan cepat dipulihkan, karena Diodorus berbicara tentang kondisi yang sejahtera dan berkembang. Para Hakim Romawi yang ditunjuk untuk pemerintahan Sisilia, tidak pernah urung untuk selalu melakukan kunjungan kehormatan ke tempat suci yang terkenal ini. Sekelompok pasukan ditunjuk untuk menjaga kehormatan dan mengawasinya, kemudian tujuh belas kota-kota utama di Sisilia diperintahkan untuk membayar sejumlah emas setiap tahun untuk mempercantik kuil tersebut.[24] Meskipun demikian, keruntuhan dan penurunan kondisi kota di bagian Sisilia ini secara umum, sepertinya menyebabkan kuil tersebut juga diabaikan. Oleh sebab itu, pada tahun 25, orang-orang Segestan mengajukan permohonan kepada Tiberius untuk melakukan pemugaran kuil, yang menurut Tacitus, Tiberius berjanji untuk melakukannya, tapi tidak pernah melaksanakannya, sehingga akhirnya persoalan ini diserahkannya kepada Claudius untuk dilaksanakan di kemudian hari.[25] Hal ini merupakan catatan terakhir dalam sejarah yang menyebutkan tentang Eryx, periode setelah masa ini dan kehancuran terakhirnya, tidak diketahui.

Pada abad ke-12, situs di mana kuil tersebut berada, ditempati oleh sebuah kastil, kemudian diubah menjadi penjara dan sebagian kecil pondasi yang dibangun dengan batu-batu yang besar dan kokoh adalah semua yang tersisa dari bangunan kuno, tetapi beberapa tiang granit lebih kecil yang masih ada dibagian lain dari kota, tidak diragukan pada awalnya adalah milik kuil yang dikisahkan bahwa kuil tersebut dikelilingi oleh benteng, sehingga merupakan tempat perlindungan yang kokoh.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Head & al. (1911), hlm. 877.
  2. ^ Filigheddu (2006), hlm. 158–159.
  3. ^ "Mons Eryx", Pliny iii. 8. s. 14; but "Mons Erycus", Cicero In Verrem ii. 4. 7; Tacitus Ann. iv. 43.
  4. ^ Pol. i. 55; Pomponius Mela ii. 7. § 17; Gaius Julius Solinus 5. § 9.
  5. ^ William Henry Smyth, Sicily, p. 242.
  6. ^ Virgil The Aeneid xii. 701; Val. Flacc. ii. 523.
  7. ^ Strabo, xiii. p. 608: "... and others say that he landed at Aegesta in Sicily with Elymus the Trojan and took possession of Eryx and Lilybaeum, and gave the names Scamander and Simoeis to rivers near Aegesta, ..."; Virg. Aeneid v. 759.
  8. ^ Horace Carm. i. 2. 33; Ovid, Heroid. 15. 57, etc.
  9. ^ a b "ERYX – Sicilian King of Greek Mythology". www.theoi.com. Diakses tanggal 2016-12-01. 
  10. ^ Diod. iv. 23, 83; Virgil Aeneid v. 24, 412, &c.; Servius ad loc.
  11. ^ Thucydides vi. 2; Strabo xiii. p. 608.
  12. ^ W. H. Race, Apollonius Rhodius: Argonautica, Loeb Classical Library (2008), 4.912–919, p.402
  13. ^ Diod. xiii. 80.
  14. ^ Id. xiv. 48, 55.
  15. ^ Id. xv. 73.
  16. ^ Diod. xx. 10, Exc. H. p. 498.
  17. ^ Id. xxiii. 9.
  18. ^ Id. xxiv. 1; Pol. i. 55; Zonar. viii. 15.
  19. ^ Pol. i. 58; Diod. xxiv. 8. p. 509; Livy xxi. 10, xxviii. 41.
  20. ^ Strabo VI-2, p. 272: "The last and longest side is not populous either, but still it is fairly well peopled; in fact, Alaesa, Tyndaris, the Emporium of the Aegestes, and Cephaloedis123 are all cities, and Panormus has also a Roman settlement. Aegestaea was founded, it is said, by those who crossed over with Philoctetes to the territory of Croton, as I have stated in my account of Italy; they were sent to Sicily by him along with Aegestes the Trojan"; Cicero, In Verrem ii. 8, 47; Pliny iii. 8. s. 14; Tacitus Ann. iv. 43.)
  21. ^ William Henry Smyth, Sicily, p. 243.
  22. ^ Diod. iv. 83; Dionys. i. 53.
  23. ^ Thucydides vi. 46.
  24. ^ Diod. iv. 83; Strabo v. p. 272; Cicero In Verrem] ii. 8.
  25. ^ Tacitus Ann. iv. 43; Suetonius Claud. 25.
  • Filigheddu, Paolo (2007), "Die Ortsnamen des Mittelmeerraums in der Phönizischen und Punischen Überlieferung", dalam Manfried Dietrich; Oswald Loretz, Ugarit-Forschungen: Internationales Jahrbuch für die Altertumskunde Syrien-Palästinas, Vol. 38 2006, Munster: Ugarit Verlag, hlm. 149–266, ISSN 0342-2356, OCLC 649060638 . (dalam bahasa Jerman)
  • Head, Barclay; G.F. Hill; George MacDonald; W. Wroth (191), "Zeugitana", dalam Ed Snible, Historia Numorum (edisi ke-2nd), Oxford: Clarendon Press, hlm. 877–882 .

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]